tag:blogger.com,1999:blog-39837980221465362832024-03-04T20:25:26.886-08:00Denyutkan jantungmu dengan dzikrullahIrwanhttp://www.blogger.com/profile/03401834275701612256noreply@blogger.comBlogger18125tag:blogger.com,1999:blog-3983798022146536283.post-16690705887153381002009-06-20T07:04:00.000-07:002009-06-20T07:18:33.974-07:00<h2><span lang="EN-GB" style="font-size:36;"><span style="font-size:180%;"><a href="http://suryoptm.wordpress.com/2007/05/03/dosa-yang-lebih-hebat-dari-berzina/" title="Taut Tetap ke Cintanya Rasullulah SAW">Cintanya Rasullulah SAW</a></span><o:p></o:p></span></h2> <p><span class="htmltypewriter3" style="font-size:130%;"><span style=";font-family:";" lang="EN-GB">Assalamu ‘alaikum Warahmatullhi Wabarakatuh..</span></span><span lang="EN-GB" style="font-size:130%;"><br /></span><span class="htmltypewriter3" style="font-size:130%;"><span style=";font-family:";" lang="EN-GB">Bism ilLah wa lhamdu li lLah washshalatu wassalamu ‘ala rasuli lLah wa ‘ala alihi wa ashhabihi wa ma wwalah, amma ba’d, Sejenak mengingat hari esok ditengah kesibukan, dan kehingar bingaran suasana di dalam kehidupan kita semua. Mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua,…Amin….</span></span><span lang="EN-GB" style="font-size:130%;"><o:p></o:p></span></p> <p><span lang="EN-GB" style="font-size:130%;"><br /></span><span style="font-size:130%;"><st1:city st="on"><st1:place st="on"><span class="htmltypewriter3"><span style=";font-family:";color:black;" lang="EN-GB">Ada</span></span></st1:place></st1:city></span><span class="htmltypewriter3" style="font-size:130%;"><span style=";font-family:";color:black;" lang="EN-GB"> sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, meski langit telah mulai menguning,burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap :</span></span><span lang="EN-GB" style="font-size:130%;"><o:p></o:p></span></p> <p><span class="htmltypewriter3" style="font-size:130%;"><span style=";font-family:";" lang="EN-GB">Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, “Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. <span style="color:black;">Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur’an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku.”</span></span></span><span lang="EN-GB" style="font-size:130%;"><o:p></o:p></span></p> <p><span class="htmltypewriter3" style="font-size:130%;"><span style=";font-family:";" lang="EN-GB">Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.</span></span><span lang="EN-GB" style="font-size:130%;"><o:p></o:p></span></p> <p><span class="htmltypewriter3" style="font-size:130%;"><span style=";font-family:";" lang="EN-GB">“Rasulullah akan meninggalkan kita semua,” desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar.</span></span><span lang="EN-GB" style="font-size:130%;"><o:p></o:p></span></p> <p><span class="htmltypewriter3" style="font-size:130%;"><span style=";font-family:";" lang="EN-GB">Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di <st1:city st="on"><st1:place st="on">sana</st1:place></st1:city> pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa. Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.</span></span><span lang="EN-GB" style="font-size:130%;"><o:p></o:p></span></p> <p><span class="htmltypewriter3" style="font-size:130%;"><span style=";font-family:";" lang="EN-GB">Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. “Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.</span></span><span lang="EN-GB" style="font-size:130%;"><o:p></o:p></span></p> <p><span class="htmltypewriter3" style="font-size:130%;"><span style=";font-family:";" lang="EN-GB">Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?” “Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut.</span></span><span lang="EN-GB" style="font-size:130%;"><o:p></o:p></span></p> <p><span class="htmltypewriter3" style="font-size:130%;"><span style=";font-family:";" lang="EN-GB">Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak di kenang.”Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut,” kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.</span></span><span lang="EN-GB" style="font-size:130%;"><o:p></o:p></span></p> <p><span class="htmltypewriter3" style="font-size:130%;"><span style=";font-family:";" lang="EN-GB">Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.</span></span><span lang="EN-GB" style="font-size:130%;"><o:p></o:p></span></p> <p><span class="htmltypewriter3" style="font-size:130%;"><span style=";font-family:";" lang="EN-GB">“Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?” Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata jibril.</span></span><span lang="EN-GB" style="font-size:130%;"><o:p></o:p></span></p> <p><span class="htmltypewriter3" style="font-size:130%;"><span style=";font-family:";" lang="EN-GB">Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. “Engkau tidak senang mendengar kabar ini?” Tanya Jibril lagi. “Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?” “Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ” Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya,” kata Jibril.</span></span><span lang="EN-GB" style="font-size:130%;"><o:p></o:p></span></p> <p><span class="htmltypewriter3" style="font-size:130%;"><span style=";font-family:";" lang="EN-GB">Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. “Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.”</span></span><span lang="EN-GB" style="font-size:130%;"><o:p></o:p></span></p> <p><span class="htmltypewriter3" style="font-size:130%;"><span style=";font-family:";" lang="EN-GB">Lirih Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka. “Jijikkah kau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu Jibril?” Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. “Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril.</span></span><span lang="EN-GB" style="font-size:130%;"><o:p></o:p></span></p> <p><span class="htmltypewriter3" style="font-size:130%;"><span style=";font-family:";" lang="EN-GB">Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. “Ya Allah, dahsyat niat maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku.” Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. “Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanukum, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu.”</span></span><span lang="EN-GB" style="font-size:130%;"><o:p></o:p></span></p> <p><span class="htmltypewriter3" style="font-size:130%;"><span style=";font-family:";" lang="EN-GB">Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.<span style="color:black;">“Ummatii, ummatii, ummatiii” - “Umatku, umatku, umatku”</span></span></span><span lang="EN-GB" style="font-size:130%;"><o:p></o:p></span></p> <p><span class="htmltypewriter3" style="font-size:130%;"><span style=";font-family:";" lang="EN-GB">Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu. Kini, mampukah kita mencinta sepertinya? Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa baarik wa salim ‘alaihi</span></span><span lang="EN-GB" style="font-size:130%;"><o:p></o:p></span></p> <p><span class="htmltypewriter3" style="font-size:130%;"><span style=";font-family:";" lang="EN-GB">* * *</span></span><span lang="EN-GB" style="font-size:130%;"><br /></span><span class="htmltypewriter3" style="font-size:130%;"><span style=";font-family:";" lang="EN-GB">Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. Kirimkan kepada sahabat-2 muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencinta kita. Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka.</span></span><span lang="EN-GB" style="font-size:130%;"><o:p></o:p></span></p> <p><span class="htmltypewriter3" style="font-size:130%;"><span style=";font-family:";" lang="EN-GB">Subhanakallahumma wa bihamdiKa asyhadu allaa Ilaaha illa Anta, </span></span><span lang="EN-GB" style="font-size:130%;"><br /></span><span class="htmltypewriter3" style="font-size:130%;"><span style=";font-family:";" lang="EN-GB">astaghfiruKa wa atubu ilaik. </span></span><span lang="EN-GB" style="font-size:130%;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span class="htmltypewriter3" style="font-size:130%;"><span style=";font-family:";color:black;" lang="EN-GB">Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh</span></span><span class="htmltypewriter3" style="font-size:130%;"><span style=";font-family:";color:black;" lang="EN-GB">.</span></span></p>Irwanhttp://www.blogger.com/profile/03401834275701612256noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3983798022146536283.post-4363894261522318572009-06-20T05:54:00.000-07:002009-06-20T06:44:36.045-07:00<p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: normal;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 24pt; font-family: "Times New Roman","serif"; color: rgb(0, 112, 192);">BUAT BUNDA TERTAWA<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Saat kita masih dalam buaian, dengan bersimbah keringat dan badan pegal-pegal, ibu bisa berjam-jam menggendong kita hanya agar jerit tangis terhenti, agar membias senyuman indah di bibir kita. Kala itu, rasa pegal-pegal di bagian punggungnya atau rasa sakit di pinggang dan lehernya, sudah tidak dirasakan lagi. Senyuman kita, bagi seorang ibu, adalah hadiah mahal yang mau dia bayar dengan apapun juga.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Saat usia sudah mulai menggerogoti kekuatan fisik seorang ibu, teronggaklah dia menjadi orang tua yang serba pasrah menerima segalanya. Ia hanya terus berharap, agar segala upayanya selama ini tidak sia-sia. Agar anaknya bisa hidup berbahagia lebih beruntung dari dirinya. Meski demikian, tali kasih itu ternyata tidak pernah terputus. Dengan merangkak pun dia siap, untuk mendatangi kediaman anaknya yang amat jauh, demi berkesempatan melihat wajah anaknya yang ceria, demi memastikan bahwa anaknya itu masih baik-baik saja.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Dengan realitas itu seorang anak harus sedikit tahu diri. Ia sudah sepatutnya bekerja keras untuk dapat membahagiakan orang tuanya, terutama sang ibu, sebagaimana ibunya telah berusaha membahagiakannya. Seorang ibu mungkin tidak pernah mengharapkan apa-apa. Namun lubuk hatinya, teramat membutuhkan siraman kebahagiaan melalui tawa dan canda.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";">“Abdulah bin Amru, suatu hari datang menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalla. Isa berkata, ‘Duhai Rasulullah! Aku sangat ingin berhijrah bersamamu. Namun tadi, aku meninggalkan kedua orang tuaku dalam keadaan menangis. Apa yang harus kulakukan’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Pulanglah. Buatlah mereka tertawa, sebagaimana engkau telah membuatnya menangis.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahih-nya II: 63, Abu Dawud II: 17, Ibnu Majah II: 930, dan Ahmad I: 160)<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Berupayalah untuk membuat sang ibu tertawa bahagia. Umumnya, pekerjaan itu hanya membutuhkan secercah keikhlasan. Sepucuk surat yang memuat doa hangat, sapaan santun dan sedikit basa-basi menceritakan kabar-kabar terkini sang anak, sudah cukup untuk membuat ibu menyunggingkan senyuman,bahkan terkadang, memaksanya meneteskan airmata naru.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Berupayalah untuk membuat sang ibu tertawa berbahagia. Bisa jadi, terkadang kita harus merelakan biaya cukup besar dikuras dari kantong kita, hanya untuk bisa berjumpa dengan sang ibu. Bahkan, waktu berjam-jam mungkin malah berhari-hari, harus kita habiskan di perjalanan menuju kediamannya. Tapi sadarlah, bahwa kebahagiaan sang ibu adalah kebahagiaan kita juga. Sebesar apapun biaya itu tetap tak ada nilainya, bila dibandingkan doa tulus yang keluar dari mulutnya, ‘Mudah-mudahan, kamu murah rezeki.’<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Duhg, dentuman keras seperti membelah jantung, saat kita sadar, bahwa doa itu keluar dari mulut wanita agung yang bukan lebih berkecukupan dibandingkan kita, yang selayaknya doa itu diperuntukkan bagi dirinya sendiri, atau justru keluar dari mulut kita untuk si ibu yang terkasih. Tapi, tampaknya luapan kasihnya yang tidak terbentung, membuatnya mampu untuk lebnih enteng mengucapkan doa mulia tersebut, ketimbang kita…<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Berupayalah untuk membuat sang ibu tersenyum bahagia. Di hari-hari tua itu mereka akan sangat membutuhkan hiburan kita.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="color: rgb(102, 102, 204); font-weight: bold;font-size:180%;" >Surat untuk Ibu:</span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Ibunda. Maafkan kami, bila kurang mengisi hari-harimu dengan tawa.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Maafkan kami, bila kurang mampu membuatmu berbagahagia.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Bahkan kamipun tahu, banyak tindakan dan ucapan kami yang telah membuat hatimu terluka. Demi Allah, kami menyesali semuaitu. Tertawalah bunda, agar hari-hari kamipun menjadi semakin ceria..<o:p></o:p></span></p>Irwanhttp://www.blogger.com/profile/03401834275701612256noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3983798022146536283.post-9683095970580315372009-05-23T01:37:00.000-07:002009-07-08T16:31:28.213-07:00ALLAH MENGABULKAN DOA SETIAP ORANG<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 12"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 12"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><link rel="themeData" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx"><link rel="colorSchemeMapping" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>IN</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:1; mso-generic-font-family:roman; mso-font-format:other; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} a:link, span.MsoHyperlink {mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; color:blue; text-decoration:underline; text-underline:single;} a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed {mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; color:purple; mso-themecolor:followedhyperlink; text-decoration:underline; text-underline:single;} p {mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0cm; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0cm; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} span.chapter {mso-style-name:chapter; mso-style-unhide:no;} p.hyg, li.hyg, div.hyg {mso-style-name:hyg; mso-style-unhide:no; mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0cm; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0cm; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} p.ayetler, li.ayetler, div.ayetler {mso-style-name:ayetler; mso-style-unhide:no; mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0cm; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0cm; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin-top:0cm; mso-para-margin-right:0cm; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;} </style> <![endif]--> <p class="hyg" style="text-align: justify;">Allah Yang Mahakuasa, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang, telah berfirman dalam al-Qur'an bahwa Dia dekat dengan manusia dan akan mengabulkan permohonan orang-orang yang berdoa kepada-Nya. Adapun salah satu ayat yang membicarakan masalah tersebut adalah:</p> <p class="ayetler" style="text-align: justify;">"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi-Ku, dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (Q.s. al-Baqarah: 186).</p> <p class="hyg" style="text-align: justify;">Sebagaimana dinyatakan dalam ayat di atas, Allah itu dekat kepada setiap orang. Dia Maha Mengetahui keinginan, perasaan, pikiran, kata-kata yang diucapkan, bisikan, bahkan apa saja yang tersembunyi dalam hati setiap orang. Dengan demikian, Allah Mendengar dan Mengetahui setiap orang yang berpaling kepada-Nya dan berdoa kepada-Nya. Inilah karunia Allah kepada manusia dan sebagai wujud dari kasih-sayang-Nya, rahmat-Nya, dan kekuasaan-Nya yang tiada batas.</p> <p class="hyg" style="text-align: justify;">Allah memiliki kekuasaan dan pengetahuan yang tiada batas. Dialah Pemilik segala sesuatu di seluruh alam semesta. Setiap makhluk, setiap benda, dari orang-orang yang tampaknya paling kuat hingga orang-orang yang sangat kaya, dari binatang-binatang yang sangat besar hingga yang sangat kecil yang mendiami bumi, semuanya milik Allah dan semuanya berada dalam kehendak-Nya dan pegaturan-Nya yang mutlak. </p> <p class="hyg" style="text-align: justify;">Seseorang yang beriman terhadap kebenaran ini dapat berdoa kepada Allah mengenai apa saja dan dapat berharap bahwa Allah akan mengabulkan doa-doanya. Misalnya, seseorang yang mengidap penyakit yang tidak dapat disembuhkan tentu saja akan berusaha untuk melakukan berbagai macam pengobatan. Namun ketika mengetahui bahwa hanya Allah yang dapat memberikan kesehatan, lalu ia pun berdoa kepada-Nya memohon kesembuhan. Demikian pula, orang yang mengalami ketakutan atau kecemasan dapat berdoa kepada Allah agar terbebas dari ketakutan dan kecemasan. Seseorang yang menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan dapat berpaling kepada Allah untuk menghilangkan kesulitannya. Seseorang dapat berdoa kepada Allah untuk memohon berbagai hal yang tidak terhitung banyaknya seperti untuk memohon bimbingan kepada jalan yang benar, untuk dimasukkan ke dalam surga bersama-sama orang-orang beriman lainnya, agar lebih meyakini surga, neraka, Kekuasaan Allah, untuk kesehatan, dan sebagainya. Inilah yang telah ditekankan Rasulullah saw. dalam sabdanya:</p> <p class="hyg" style="text-align: justify;">"Maukah aku beritahukan kepadamu suatu senjata yang dapat melindungimu dari kejahatan musuh dan agar rezekimu bertambah?" Mereka berkata, "Tentu saja wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Serulah Tuhanmu siang dan malam, karena 'doa' itu merupakan senjata bagi orang yang beriman."<a href="http://www.harunyahya.com/indo/buku/bebarapa002.htm#1">1</a> <a name="1."></a></p> <p class="hyg" style="text-align: justify;">Namun demikian, terdapat rahasia lain di balik apa yang diungkapkan dalam al-Qur'an yang perlu kita bicarakan dalam masalah ini. Sebagaimana Allah telah menyatakan dalam ayat:</p> <p class="ayetler" style="text-align: justify;">"Dan manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan. Dan manusia itu tergesa-gesa." (Q.s. al-Isra':11).
<br /></p><meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 12"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 12"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><link rel="themeData" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx"><link rel="colorSchemeMapping" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>IN</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:1; mso-generic-font-family:roman; mso-font-format:other; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} p.hyg, li.hyg, div.hyg {mso-style-name:hyg; mso-style-unhide:no; mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0cm; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0cm; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} p.ayetler, li.ayetler, div.ayetler {mso-style-name:ayetler; mso-style-unhide:no; mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0cm; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0cm; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} p.baslik3, li.baslik3, div.baslik3 {mso-style-name:baslik3; mso-style-unhide:no; mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0cm; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0cm; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} span.ayetler1 {mso-style-name:ayetler1; mso-style-unhide:no;} span.baslik31 {mso-style-name:baslik31; mso-style-unhide:no;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin-top:0cm; mso-para-margin-right:0cm; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;} </style> <![endif]--> <p class="hyg" style="text-align: justify;">Tidak setiap doa yang dipanjatkan oleh manusia itu bermanfaat. Misalnya seseorang memohon kepada Allah agar diberi harta dan kekayaan yang banyak untuk anak-anaknya kelak. Akan tetapi Allah tidak melihat kebaikan di dalam doanya itu. Yakni, kekayaan yang banyak itu justru dapat memalingkan anak-anak tersebut dari Allah. Dalam hal ini, Allah mendengar doa orang tersebut, menerimanya sebagai amal ibadah, dan mengabulkannya dengan cara yang sebaik-baiknya. Sebagai contoh lainnya, seseorang berdoa agar tidak terlambat dalam memenuhi perjanjian. Namun tampaknya lebih baik baginya jika ia sampai di tujuan setelah waktu yang ditentukan, karena ia dapat bertemu dengan seseorang yang memberikan sesuatu yang lebih bermanfaat untuk kehidupan yang abadi. Allah mengetahui masalah ini, dan Dia mengabulkan doa bukan berdasarkan apa yang dipikirkan orang itu, tetapi dengan cara yang terbaik. Yakni, Allah mendengar doa orang itu, tetapi jika Dia melihat tidak ada kebaikan dalam doanya itu, Dia memberikan apa yang terbaik bagi orang itu. Tentu saja hal ini merupakan rahasia yang sangat penting.</p> <p class="hyg" style="text-align: justify;">Ketika doa tidak dikabulkan, orang-orang tidak menyadari tentang rahasia ini, mereka mengira bahwa Allah tidak mendengar doa mereka. Sesungguhnya hal ini merupakan keyakinan orang-orang bodoh yang sesat, karena "Allah itu lebih dekat kepada manusia daripada urat lehernya sendiri." (Q.s. Qaf: 16). Dia Maha Mengetahui perkataan apa saja yang diucapkan, apa saja yang dipikirkan, dan peristiwa apa saja yang dialami seseorang. Bahkan ketika seseorang tertidur, Allah mengetahui apa yang ia alami dalam mimpinya. Allah adalah Yang menciptakan segala sesuatu. Oleh karena itu, kapan saja seseorang berdoa kepada Allah, ia harus menyadari bahwa Allah akan menerima doanya pada saat yang paling tepat dan akan memberikan apa yang terbaik baginya. </p> <p class="hyg" style="text-align: justify;">Doa, di samping sebagai bentuk amal ibadah, juga merupakan karunia Allah yang sangat berharga bagi manusia, karena melalui doa, Allah akan memberikan kepada manusia sesuatu yang Dia pandang baik dan bermanfaat bagi dirinya. Allah menyatakan pentingnya doa dalam sebuah ayat:</p> <p class="ayetler" style="text-align: justify;">"Katakanlah: 'Tuhanku tidak mengindahkan kamu, andaikan tidak karena doamu. Tetapi kamu sungguh telah mendustakan-Nya, karena itu kelak azab pasti akan menimpamu'." (Q.s. al-Furqan: 77)</p> <p class="hyg">" Allah Mengabulkan Doa Orang-orang yang Menderita dan Berada dalam Kesulitan </p> <p class="hyg" style="text-align: justify;">Doa adalah saat-saat ketika kedekatan seseorang dengan Allah dapat dirasakan. Sebagai hamba Allah, seseorang sangat memerlukan Dia. Hal ini karena ketika seseorang berdoa, ia akan menyadari betapa lemahnya dan betapa hinanya dirinya di hadapan Allah, dan ia menyadari bahwa tak seorang pun yang dapat menolongnya kecuali Allah. Keikhlasan dan kesungguhan seseorang dalam berdoa tergantung pada sejauh mana ia merasa memerlukan. Misalnya, setiap orang berdoa kepada Allah untuk memohon keselamatan di dunia. Namun, orang yang merasa putus asa di tengah-tengah medan perang akan berdoa lebih sungguh-sungguh dan dengan berendah diri di hadapan Allah. Demikian pula, ketika terjadi badai yang menerpa sebuah kapal atau pesawat terbang sehingga terancam bahaya, orang-orang akan memohon kepada Allah dengan berendah diri. Mereka akan ikhlas dan berserah diri dalam berdoa. Allah menceritakan keadaan ini dalam sebuah ayat:</p> <p class="ayetler" style="text-align: justify;">"Katakanlah: Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan berendah diri dengan suara yang lembut: 'Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur'." (Q.s. al-An'am: 63).</p> <p class="hyg">Di dalam al-Qur'an, Allah memerintahkan manusia agar berdoa dengan merendahkan diri:</p> <p class="ayetler" style="text-align: justify;">"Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (Q.s. al-A'raf: 55).</p> <p class="hyg">Dalam ayat lainnya, Allah menyatakan bahwa Dia mengabulkan doa orang-orang yang teraniaya dan orang-orang yang berada dalam kesusahan:</p> <p class="ayetler" style="text-align: justify;">"Atau siapakah yang mengabulkan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu sebagai khalifah di bumi? Apakah ada tuhan lain selain Allah? Sedikit sekali kamu yang memperhatikannya." (Q.s. an-Naml: 62).</p> <p class="hyg" style="text-align: justify;">Tentu saja orang tidak harus berada dalam keadaan bahaya ketika berdoa kepada Allah. Contoh-contoh ini diberikan agar orang-orang dapat memahami maknanya sehingga mereka berdoa dengan ikhlas dan merenungkan saat kematian, ketika seseorang tidak lagi merasa lalai sehingga mereka berpaling kepada Allah dengan keikhlasan yang dalam. Dalam pada itu, orang-orang yang beriman, yang dengan sepenuh hati berbakti kepada Allah, selalu menyadari kelemahan mereka dan kekurangan mereka, mereka selalu berpaling kepada Allah dengan ikhlas, sekalipun mereka tidak berada dalam keadaan bahaya. Ini merupakan ciri penting yang membedakan mereka dengan orang-orang kafir dan orang-orang yang imannya lemah.</p> <p class="baslik3">" Tidak Ada Pembatasan Apa pun dalam Berdoa</p> <p class="hyg" style="text-align: justify;">Seseorang dapat memohon apa saja kepada Allah asalkan halal. Hal ini karena sebagaimana telah disebutkan terdahulu, Allah adalah satu-satunya penguasa dan pemilik seluruh alam semesta; dan jika Dia menghendaki, Dia dapat memberikan kepada manusia apa saja yang Dia inginkan. Setiap orang yang berpaling kepada Allah dan berdoa kepada-Nya, haruslah meyakini bahwa Allah berkuasa melakukan apa saja dan bersungguh-sungguhlah dalam berdoa sebagaimana disabdakan oleh Nabi saw.2 Ia perlu mengetahui bahwa mudah saja bagi-Nya untuk memenuhi keinginan apa saja, dan Dia akan memberikan apa yang diminta oleh seseorang jika di dalamnya terdapat kebaikan bagi orang itu dalam doa tersebut. Doa-doa para nabi dan orang-orang beriman yang disebutkan dalam al-Qur'an merupakan contoh bagi orang-orang beriman tentang hal-hal yang dapat mereka mohon kepada Allah. Misalnya, Nabi Zakaria a.s. berdoa kepada Allah agar diberi keturunan yang diridhai, dan Allah pun mengabulkan doanya, meskipun istrinya mandul:</p> <p class="ayetler" style="text-align: justify;">"Yaitu ketika ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. Ia berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi-Mu seorang putra. Yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan jadikanlah ia ya Tuhanku, seorang yang diridhai'." (Q.s. Maryam: 3-6).</p> <p class="hyg" style="text-align: justify;">Maka Allah mengabulkan doa Nabi Zakaria dan memberikan kepadanya berita gembira tentang Nabi Yahya a.s.. Setelah menerima berita gembira tentang seorang anak laki-laki, Nabi Zakaria merasa heran karena istrinya mandul. Jawaban Allah kepada Nabi Zakaria menjelaskan tentang sebuah rahasia yang hendaknya selalu dicamkan dalam hati orang-orang yang beriman:</p> <p class="ayetler" style="text-align: justify;">"Zakaria berkata, 'Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal istriku adalah seorang yang mandul dan aku sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua.' Tuhan berfirman, 'Demikianlah.' Tuhan berfirman, 'Hal itu mudah bagi-Ku, dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu belum ada sama sekali'." (Q.s. Maryam: 8-9)</p> <p class="hyg" style="text-align: justify;">Ada beberapa Nabi lainnya yang disebutkan dalam al-Qur'an yang doa-doa mereka dikabulkan. Misalnya, Nabi Nuh a.s. memohon kepada Allah untuk menimpakan azab kepada kaumnya yang tersesat meskipun ia telah berusaha sekuat tenaga untuk membimbing mereka kepada jalan yang lurus. Sebagai jawaban dari doanya, Allah menimpakan azab besar kepada mereka yang tercatat dalam sejarah.</p> <p class="hyg" style="text-align: justify;">Nabi Ayub a.s. menyeru Tuhannya ketika ia sakit, ia berkata, <span class="ayetler1">"… Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang." (Q.s. al-Anbiya': 83).</span> Sebagai jawaban terhadap doa Nabi Ayub, Allah berfirman sebagai berikut:</p> <p class="ayetler" style="text-align: justify;">"Maka Kami pun mengabulkan doanya itu, lalu Kami hilangkan penyakit yang menimpanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah. (Q.s. al-Anbiya': 84). </p> <p class="hyg" style="text-align: justify;">Allah mengabulkan Nabi Sulaiman a.s. yang berdoa, <span class="ayetler1">"Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapa pun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi." (Q.s. Shad: 35).</span> Maka Allah mengaruniakan kekuasaan yang besar dan kekayaan yang banyak kepadanya. </p> <p class="hyg" style="text-align: justify;">Oleh karena itu, orang-orang yang berdoa hendaknya mencamkan dalam hati ayat ini,<span class="ayetler1"> "Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, 'Jadilah.' Maka terjadilah ia. (Q.s. Yasin: 82) </span>Sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, segala sesuatu itu mudah bagi Allah dan Dia Mendengar dan Mengetahui setiap doa. </p> <p class="hyg" style="text-align: justify;"><span class="baslik31">" Allah Memberi Karunia di Dunia ini bagi Orang-orang yang Menginginkannya, Tetapi di Akhirat Mereka akan Menderita Kerugian </span></p> <p class="hyg" style="text-align: justify;">Orang-orang yang tidak memiliki ketakwaan kepada Allah dalam hatinya, dan imannya sangat lemah terhadap kehidupan akhirat, hanyalah menginginkan keduniaan. Mereka meminta kekayaan, harta benda, dan kedudukan hanyalah untuk kehidupan di dunia ini. Allah memberi tahu kita bahwa orang-orang yang hanya menginginkan keduniaan tidak akan memperoleh pahala di akhirat. Tetapi bagi orang-orang yang beriman, mereka berdoa memohon dunia dan akhirat karena mereka percaya bahwa kehidupan di akhirat sama pastinya dan sama dekatnya dengan kehidupan dunia ini. Tentang masalah ini, Allah menyatakan sebagai berikut: </p> <p class="ayetler" style="text-align: justify;">"Di antara manusia ada orang yang berdoa, 'Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia,' dan tidak ada baginya bagian di akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang berdoa, 'Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.' Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian dari apa yang mereka usahakan, dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya. (Q.s. al-Baqarah: 200-2).</p> <p class="hyg" style="text-align: justify;">Orang-orang yang beriman juga berdoa memohon kesehatan, kekayaan, ilmu, dan kebahagiaan. Akan tetapi, semua doa mereka adalah untuk mencari keridhaan Allah dan untuk memperoleh kebaikan bagi agamanya. Mereka memohon kekayaan misalnya, adalah untuk digunakan di jalan Allah. Berkenaan dengan masalah ini, Allah memberikan contoh tentang Nabi Sulaiman di dalam al-Qur'an. Jauh dari keinginan untuk memperoleh dunia, doa Nabi Sulaiman untuk meminta kekayaan adalah demi tujuan mulia untuk digunakan di jalan Allah, untuk menyeru manusia kepada agama Allah, dan agar dirinya sibuk berdzikir kepada Allah. Kata-kata Nabi Sulaiman sebagaimana yang diceritakan dalam al-Qur'an menunjukkan niatnya yang ikhlas:</p> <p class="ayetler" style="text-align: justify;">"Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik karena ingat kepada Tuhanku." (Q.s. Shad: 32).</p> <p class="hyg" style="text-align: justify;">Maka Allah mengabulkan doa Nabi Sulaiman a.s. tersebut dengan mengaruniakan kepadanya kekayaan yang sangat banyak di dunia dan ia akan memperoleh pahala di akhirat. Dalam pada itu, Allah juga mengabulkan keinginan orang-orang yang hanya menghendaki kehidupan dunia, namun azab yang pedih menunggu mereka di akhirat. Keuntungan yang telah mereka peroleh di dunia ini tidak akan mereka peroleh lagi di akhirat kelak.</p> <p class="hyg">Kenyataan yang sangat penting ini diceritakan dalam al-Qur'an sebagai berikut:</p> <p class="ayetler" style="text-align: justify;">"Barangsiapa menghendaki keuntungan di akhirat, akan Kami tambah keuntungan itu baginya, dan barangsiapa menghendaki keuntungan di dunia, Kami akan memberikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia, dan tidak ada baginya bagian sedikit pun di akhirat. (Q.s. asy-Syura: 20).</p> <p class="ayetler" style="text-align: justify;">"Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang, maka Kami segerakan baginya di dunia apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahanam, ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. (Q.s. al-Isra': 18).</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: normal;" align="center"><b style=""><span style=";font-family:";font-size:12;" >ALLAH MENAMBAHKAN NIKMATNYA KEPADA ORANG-ORANG YANG BERSYUKUR<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:12;" >Setiap orang sangat memerlukan Allah dalam setiap gerak kehidupannya. Dari udara untuk bernafas hingga makanan yang ia makan, dari kemampuannya untuk menggunakan tangannya hingga kemampuan berbicara, dari perasaan aman hingga perasaan bahagia, seseorang benar-benar sangat memerlukan apa yang telah diciptakan oleh Allah dan apa yang dikaruniakan kepadanya. Akan tetapi kebanyakan orang tidak menyadari kelemahan mereka dan tidak menyadari bahwa mereka sangat memerlukan Allah. Mereka menganggap bahwa segala sesuatunya terjadi dengan sendirinya atau mereka menganggap bahwa segala sesuatu yang mereka peroleh adalah karena hasil jerih payah mereka sendiri. Anggapan ini merupakan kesalahan yang sangat fatal dan benar-benar tidak mensyukuri nikmat Allah. Anehnya, orang-orang yang telah menyatakan rasa terima kasihnya kepada seseorang karena telah memberi sesuatu yang remeh kepadanya, mereka menghabiskan hidupnya dengan mengabaikan nikmat Allah yang tidak terhitung banyaknya di sepanjang hidupnya. Bagaimanapun, nikmat yang diberikan Allah kepada seseorang sangatlah besar sehingga tak seorang pun yang dapat menghitungnya. Allah menceritakan kenyataan ini dalam sebuah ayat sebagai berikut:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:12;" >"Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Q.s. an-Nahl: 18).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:12;" >Meskipun kenyataannya demikian, kebanyakan manusia tidak mampu mensyukuri kenikmatan yang telah mereka terima. Adapun penyebabnya diceritakan dalam al-Qur'an: Setan, yang berjanji akan menyesatkan manusia dari jalan Allah, berkata bahwa tujuan utamanya adalah untuk menjadikan manusia tidak bersyukur kepada Allah. Pernyataan setan yang mendurhakai Allah ini menegaskan pentingnya bersyukur kepada Allah:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:12;" >"Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur. Allah berfirman, 'Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahanam dengan kamu semuanya'." (Q.s. al-A'raf: 17-8).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:12;" >Dalam pada itu, orang-orang yang beriman karena menyadari kelemahan mereka, di hadapan Allah mereka memanjatkan syukur dengan rendah diri atas setiap nikmat yang diterima. Bukan hanya kekayaan dan harta benda yang disyukuri oleh orang-orang yang beriman. Karena orang-orang yang beriman mengetahui bahwa Allah adalah Pemilik segala sesuatu, mereka juga bersyukur atas kesehatan, keindahan, ilmu, hikmah, kepahaman, wawasan, dan kekuatan yang dikaruniakan kepada mereka, dan mereka mencintai keimanan dan membenci kekufuran. Mereka bersyukur karena telah dibimbing dalam kebenaran dan dimasukkan dalam golongan orang-orang beriman. Pemandangan yang indah, urusan yang mudah, keinginan yang tercapai, berita-berita yang menggembirakan, perbuatan yang terpuji, dan nikmat-nikmat lainnya, semua ini menjadikan orang-orang beriman berpaling kepada Allah, bersyukur kepada-Nya yang telah menunjukkan rahmat dan kasih sayang-Nya. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:12;" >Sebagai balasan atas kesyukurannya, sebuah pahala menunggu orang-orang yang beriman. Ini merupakan rahasia lain yang dinyatakan dalam al-Qur'an; Allah menambah nikmat-Nya kepada orang-orang yang bersyukur. Misalnya, bahkan Allah memberikan kesehatan dan kekuatan yang lebih banyak lagi kepada orang-orang yang bersyukur kepada Allah atas kesehatan dan kekuatan yang mereka miliki. Bahkan Allah mengaruniakan ilmu dan kekayaan yang lebih banyak kepada orang-orang yang mensyukuri ilmu dan kekayaan tersebut. Hal ini karena mereka adalah orang-orang yang ikhlas yang merasa puas dengan apa yang diberikan Allah dan mereka ridha dengan karunia tersebut, dan mereka menjadikan Allah sebagai pelindung mereka. Allah menceritakan rahasia ini dalam al-Qur'an sebagai berikut:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:12;" >"Dan ketika Tuhanmu memaklumkan: 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih'." (Q.s. Ibrahim: 7)<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:12;" >Mensyukuri nikmat juga menunjukkan tanda kedekatan dan kecintaan seseorang kepada Allah. Orang-orang yang bersyukur memiliki kesadaran dan kemampuan untuk melihat keindahan dan kenikmatan yang dikaruniakan Allah. Rasulullah saw. juga menyebutkan masalah ini, beliau saw. bersabda:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:12;" >"Jika Allah memberikan harta kepadamu, maka akan tampak kegembiraan pada dirimu dengan nikmat dan karunia Allah itu.<a href="http://www.harunyahya.com/indo/buku/bebarapa003.htm#1"><span style="color:blue;">1</span></a> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:12;" >Dalam pada itu, seorang kafir atau orang yang tidak mensyukuri nikmat hanya akan melihat cacat dan kekurangan, bahkan pada lingkungan yang sangat indah, sehingga ia akan merasa tidak berbahagia dan tidak puas, maka Allah menjadikan orang-orang seperti ini hanya menjumpai berbagai peristiwa dan pemandangan yang tidak menyenangkan. Akan tetapi Allah menampakkan lebih banyak nikmat dan karunia-Nya kepada orang-orang yang ikhlas dan memiliki hati nurani. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:12;" >Bahwa Allah menambah kenikmatan kepada orang-orang yang bersyukur, ini juga merupakan salah satu rahasia dari al-Qur'an. Bagaimanapun harus kita camkan dalam hati bahwa keikhlasan merupakan prasyarat agar dapat mensyukuri nikmat. Jika seseorang menunjukkan rasa syukurnya tanpa berpaling dengan ikhlas kepada Allah dan tanpa menghayati rahmat dan kasih sayang Allah yang tiada batas, tetapi rasa syukurnya itu hanya untuk menarik perhatian orang, tentu saja ini merupakan ketidakikhlasan yang parah. Allah mengetahui apa yang tersimpan dalam hati dan mengetahui ketidakikhlasannya tersebut. Orang-orang yang memiliki niat yang tidak ikhlas bisa saja menyembunyikan apa yang tersimpan dalam hati dari orang lain. Tetapi ia tidak dapat menyembunyikannya dari Allah. Orang-orang seperti itu bisa saja mensyukuri nikmat ketika tidak menghadapi penderitaan. Tetapi pada saat-saat berada dalam kesulitan, mungkin mereka akan mengingkari nikmat. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:12;" >Perlu diperhatikan, bahwa orang-orang mukmin sejati tetap bersyukur kepada Allah sekalipun mereka berada dalam keadaan yang sangat sulit. Seseorang yang melihat dari luar mungkin melihat berkurangnya nikmat pada diri orang-orang yang beriman. Padahal, orang-orang beriman yang mampu melihat sisi-sisi kebaikan dalam setiap peristiwa dan keadaan juga mampu melihat kebaikan dalam penderitaan tersebut. Misalnya, Allah menyatakan bahwa Dia akan menguji manusia dengan rasa takut, lapar, kehilangan harta dan jiwa. Dalam keadaan seperti itu, orang-orang beriman tetap bergembira dan merasa bersyukur, mereka berharap bahwa Allah akan memberi pahala kepada mereka berupa surga sebagai pahala atas sikap mereka yang tetap istiqamah dalam menghadapi ujian tersebut. Mereka mengetahui bahwa Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kekuatannya. Sikap istiqamah dan tawakal yang mereka jalani dalam menghadapi penderitaan tersebut akan membuahkan sifat sabar dan syukur dalam diri mereka. Dengan demikian, ciri-ciri orang yang beriman adalah tetap menunjukkan ketaatan dan bertawakal kepada-Nya, dan Allah berjanji akan menambah nikmat kepada hamba-hamba-Nya yang mensyukuri nikmat-Nya, baik di dunia ini maupun di akhirat kelak. <o:p></o:p></span></p> <table class="MsoNormalTable" style="width: 100%;" border="0" cellpadding="0" width="100%"> <tbody><tr style=""> <td style="padding: 0.75pt; width: 48%;" width="48%">
<br /></td> <td style="padding: 0.75pt; width: 52%;" width="52%">
<br /></td> </tr> </tbody></table> <p class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:12;" > <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; line-height: normal;" align="center"><span style=";font-family:";font-size:12;" >© Harun Yahya Internasional 2004.
<br />Hak Cipta Terpelihara. Semua materi dapat disalin, dicetak dan disebarkan dengan mencantumkan sumber situs web ini
<br /><a href="mailto:info@harunyahya.com"><span style="color:blue;">info@harunyahya.com </span></a><o:p></o:p></span></p> Irwanhttp://www.blogger.com/profile/03401834275701612256noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3983798022146536283.post-41686159874085511032009-04-29T19:55:00.000-07:002009-05-23T01:44:25.531-07:00Karomah Abah<br />Irwanhttp://www.blogger.com/profile/03401834275701612256noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3983798022146536283.post-10369964917796980402009-04-23T01:55:00.000-07:002009-04-23T01:58:08.740-07:00<div class="snap_preview"><p style="text-align: center;"><em><strong><span style="color: rgb(102, 0, 0);">Singkirkan Syetan-syetanmu</span><br /></strong></em></p><p style="text-align: center;"><em><strong>“Oleh : Syeikh Abdul Qadir Al-Jilany”</strong></em></p> <p>Rasulullah Saw. Bersabda:</p> <div style="text-align: center;"><blockquote><p>“Singkirkan syetan-syetanmu dengan ucapan Laailaaha Illalloh Muhammadur-Rasululloh, karena syetan itu diikat dengan kalimat itu sebagaimana kalian memembebani derita untanya dengan banyaknya tumpangan dan beban-beban yang dipikulnya.”</p></blockquote></div> <p style="text-align: justify;"><img class="alignleft" style="border: 0pt none rgb(0, 0, 0);" src="http://i267.photobucket.com/albums/ii302/seomanias/13ArRad.jpg" alt="" width="115" border="0" height="115" />Singkirkan syetan-syetanmu dengan ikhlas dalam ucapan<strong> Laailaaha Illall0h</strong>, bukan sekadar ucapan verbal. Karena tauhid itu membakar syetan Jin dan syetan manusia, karena tauhid adalah neraka bagi syetan dan cahaya bagi orang yang manunggal (tauhid) pada Aloh.</p> <blockquote><p>Bagaimana anda mengucapkan Laailaaha Illalloh sedangkan dalam hati anda banyak Tuhan?</p></blockquote> <p style="text-align: justify;"><span id="more-392"></span>Segala sesuatu yang anda jadikan pegangan dan anda andalkan selain Alloh, maka sesuatu itu adalah berhala anda. Tauhid verbal (ucapan) tidak ada artinya jika qalbu anda musyrik. Tidak ada artinya menyucikan fisik sedangkan hati tetap najis.</p> <p style="text-align: justify;">Orang bertauhid itu menepiskan syetannya, sedangkan orang musyrik malah diperdaya oleh syetannya. Ikhlas adalah isi dari ucapan dan perbuatan, karena tanpa keikhlasan ucapan hanyalah kulit belaka, tanpa isi, yang tidak layak melainkan neraka belaka. Dengarkan ucapanku dan amalkan, karena mengamalkannya bisa mematikan neraka tamakmu dan menghancurkan duri nafsumu. Janganlah anda datangi suatu tempat yang bisa mengobarkan api watakmu yang bisa merobohkan rumah agama dan imanmu, dimana watak nafsu dan syetan berkobar lalu menghapus agama, iman dan yaqinmu. Karena itu jangan anda dengarkan ucapan mereka yang munafik yang penuh dengan kepura-puraan penuh dengan retorika keindahan. Nafsu itu senang dengan gaya seperti itu, seperti adonan roti yang masih mentah tanpa garam yang malah bisa merusak perut dan membuat hancur se-isi rumah.</p> <p style="text-align: justify;">Pengetahuan itu diambil dari ucapan para tokoh. Diantara para tokoh itu ada tokohnya Allah Azza wa-Jalla. Mereka adalah kaum Muttaqin, yang hatinya meninggalkan dunia, yang menjadi pewaris, dan yang ahli ma’rifat, mengamalkan ilmu dengan ikhlas. Dan segalanya tanpa ketaqwaan hanyalah sia-sia dan batil.</p> <p style="text-align: justify;">Kewalian itu hanya bagi orang yang taqwa di dunia dan di akhirat. Seluruh fondasi dan bangunan, dunia dan akhirat dari jiwa mereka. Sesungguhnya Alloh mencintai hamba-hambaNya yang taqwa dan berbuat kebajikan, yang sabar. Manakala anda punya intuisi yang benar, pasti anda akan mengenal mereka, mencintai mereka dan mensahabati mereka.</p> <p style="text-align: justify;">Intuisi itu benar manakala dicahayai oleh kema’rifatan kepada Alloh dalam hati. Karena itu jangan berpijak pada intuisi-mu jika belum ditimbang dengan ma’rifatulloh Azza wa-Jalla, hingga jelas benar informasi mengenai kebenaran dan kebajikan.</p> <div style="text-align: justify;">Tutuplah matamu dari perkara yang haram, dan kendalikan dirimu dari syahwat, lalu kembalikan dirimu pada makanan yang halal, serta jagalah batinmu dengan muroqobah kepada Alloh Azza-Wajalla, lahiriyahmu mengikuti jejak Sunnah Nabi saw. Maka intuisimu akan benar dan layak, benar pula ma’rifatmu kepada Alloh Azza wa-Jalla Akal<br /></div><p style="text-align: justify;"> dan hatimu anda didik. Sedangkan watak dan nafsu serta kebiasaan sehari-hari yang buruk, tidak bisa dididik dan tidak ada kemuliaannya.<br /></p><div style="text-align: justify;"> Anak-anak sekalian…Belajarlah dan ikhlaslah, hingga anda bersih dari duri kemunafikan, lalu ikatlah. Carilah ilmu karena Alloh Azza wa-Jalla, bukan demi kepentingan makhluk dan dunia.</div> <div style="text-align: justify;">Tanda anda mencari ilmu karena Alloh Azza-wa-Jalla, adalah rasa takut dan gentarmu dari Alloh ketika perintah dan laranganNya tiba, dan anda sangat fokus di sana, merasa hina di hadapanNya, tawadlu terhadap sesama namun tanpa kepentingan pada mereka, sama sekali tidak berharap dari apa yang menjadi milik mereka.<br /></div><p style="text-align: justify;"> Anda malah harus bersedekah karena Alloh Azza wa-Jalla dan konsisten. Karena shadaqah yang diberikan bukan karena Alloh Azza-wa-Jalla adalah musuh, dan berpijak pada tindakan seperti itu akan musnah. Pemberian yang motivasinya bukan karena Alloh adalah kegagalan.</p> <p>Nabi Saw, bersabda:</p> <blockquote><p>“Iman ini ada dua bagian; sebagian sabar dan sebagian lagi syukur.”<br />(Hr. As-Suyuthy dari Anas ra)</p></blockquote> <p style="text-align: justify;">Bila anda tidak sabar atas derita, tidak syukur atas nikmat, maka anda belum beriman. Karena hakikat Islam adalah Istyislam (pasrah diri total pada Allah).</p> <p>Ya Allah hidupkan hati kami dengan tawakkal kepadaMu, dengan taat dan dzikir hanya bagiMu, dengan berserasi padaMu, dengan Tauhid hanya bagiMu.</p> <div style="text-align: justify;">Kalau bukan karena tokoh-tokoh Allah di muka bumi yang ada di hatimu, pastilah sudah hancur kalian semua. Sebab Allah azza wa-Jalla mengalihkan adzabNya, karena doa mereka itu. Rupa Nabi memang sudah tiada, namun maknanya senantiasa abadi sampai kiamat. Bila tidak, bagaimana mungkin senantiasa ada 40 tokoh Ilahi yang senantiasa muncul di muka bumi? Dimana hati mereka ada makna-makna nubuwwah, hatinya seperti satu hati dari para Nabi. Diantara mereka ada Khalifah Allah dan rasul-rasulNya di muka bumi, yaitu para Ulama yang menggantikan sebagai pewaris Nabi.<br /></div><p> Nabi Saw; bersabda:<br />“Para Ulama adalah pewaris para Nabi.” (Dikeluarkan oleh Ibnu Majah, Abu Dawud, dan Ibnu Hajar).</p> <div style="text-align: justify;">Merekalah pewaris, penjaga, baik tindakan maupun ucapan. Karena ucapan tanpa tindakan sama sekali tidak menyamainya, dan itu hanya pengakuan-pengakuan belaka tanpa bukti, sama sekali tidak sama<br /></div><p> (tidak berhak menyandang pewaris).<br /></p><div style="text-align: justify;"> Anak-anak sekalian, aku jelaskan agar kalian memegang teguh Kitab dan Sunnah serta mengamalkan keduanya, ikhlas dalam beramal.<br /></div><p> Aku melihat Uama-ulama kalian bodoh-bodoh. Yang anda anggap zuhud malah memburu dunia, berserah diri pada makhluk, namun alpa pada Al-Khaliq Azza wa-Jalla. Percaya pada selain Alloh Azza wa-Jalla adalah penyebab laknat. Nabi saw, bersabda:</p> <blockquote><p>“Dilaknati! Dilaknati! Makhluk yang kepercayaannya pada makhluk sesamanya”.</p></blockquote> <p>Sabdanya pula:</p> <blockquote><p>“Siapa yang menggantungkan rasa butuhnya pada makhluk maka dia menjadi hina.”</p></blockquote> <div style="text-align: justify;">Sungguh! Bila anda keluar dari makhluk maka anda akan bersama Sang Khaliq Azza wa-Jalla, Dia Yang Maha Tahu apa yang membahagiakanmu dan mencelakakanmu. Bedakan apa yang membahagiakan bagimu dan apa yang bagi orang lain.<br /></div><div style="text-align: justify;"> Hendaknya anda tetap teguh dengan langgeng di pintuNya Azza wa-Jalla, dan memutuskan dunia dari hatimu, maka anda bakal menemukan kebajikan dunia dan akhirat. Dan hal demikian tidak bisa sempurna, ketika makhluk dan riya’ ada di hatimu, yang lain dan segala selain Alloh Azza wa-Jalla tetap di hatimu, maka tak bisa dinilai sedikit pun hati anda.<br /></div><p> Jika anda tidak sabar anda tidak bisa beragama, tidak ada modal bagi iman anda.<br />Nabi saw, bersabda:</p> <blockquote style="font-weight: bold; font-style: italic;"><p>“Sabar itu bagian dari iman, seperti kepala bagi fisik tubuh”</p></blockquote> <p style="font-weight: bold; font-style: italic;">(H.r. Al-Hindy dan al-Iraqy).</p> <p>Makna sabar, berarti anda tidak pernah mengeluh, tidak bergantung pada sebab akibat dunia, dan tidak membenci cobaan, juga tidak senang hilangnya cobaan. Seorang hamba ketika tawadlu karena Alloh Azza wa-Jalla saat fakir dan sangat butuh, dan ia sabar bersamaNya untuk mengikuti kehendakNya, tidak tidak congkak dengan sifat-sifatnya, lalu meraih pencerahan dalam ibadah di tengah kegelapan, berusaha dengan pandangan mata kasih sayang, maka Alloh akan mencukupinya dan keluarganya dengan kecukupan tiada terduka.<br />Allah swt berfirman:</p> <blockquote><p>“Siapa yang bertaqwa kepada Alloh maka bakal diberi jalan keluar, dan diberi rizki yang tak terhingga.” (Ath-Thalaq 2).</p></blockquote> <p>Anda ini seperti tukang bekam yang mengeluarkan penyakit orang lain, sedangkan dirimu penuh penyakit yang tak bisa anda keluarkan. Saya melihat anda semua sepertinya bertambah ilmunya secara lahiriyah, namun secara batin malah tampak tolol.</p> <p>Dalam kitab Taurat disebutkan: “Siapa yang bertambah ilmunya, maka bertambahlah sedihnya.”</p> <p style="font-weight: bold;"><em>sumber : http://sufinews.com/ </em></p> </div>Irwanhttp://www.blogger.com/profile/03401834275701612256noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3983798022146536283.post-78965647758631652102009-04-23T01:47:00.000-07:002009-07-08T16:24:37.221-07:00Cinta Kepada Allah dan Cinta Kepada Rasulullah SAW<div class="snap_preview"><p><span style="color: rgb(0, 128, 0);"><strong><br /></strong></span></p> <p><em><span style="color: rgb(0, 0, 255);">Di sini tak ada penyesalan<br />Yang ada hanyalah cinta Kepada Allah dan Kepada Rasulullah SAW<br />Disamping mengetahui haknya Sebagai hamba<br />Dan haknya Terhadap sesama</span></em></p> <p style="text-align: justify;"><img class="alignleft" style="border: 0pt none rgb(0, 0, 0);" src="http://i267.photobucket.com/albums/ii302/seomanias/ebdc1de04e.gif" alt="" border="0" width="245" height="175" />Kalimat hikmat tersebut tertulis dalam sebuah sudut tembok tua di Pesantren Pesulukan Thariqat Agung Tulung Agung. Para santri, para tamu dan mereka yang sedang melakukan suluk Thoriqoh senantiasa membaca kalimat ini. Kalimat yang sepintas aneh namun memiliki sentakan hati yang menusuk kegelapan dunia, sekaligus membangunkan kelelapan hamba.</p> <p style="text-align: justify;">Kalimat sederhana, tetapi merupakan simpul dari seluruh perjalanan Mi’raj Kaum Sufi di seluruh dunia, pengetahuan sekaligus hikmah terdalam, dan akhir sebuah perjalanan. Mencintai Allah dan mencintai Rasul SAW-Nya, mengetahui haknya sebagai hamba dan haknya terhadap sesama hamba.<span id="more-596"></span> Menemui Allah itu tidak akan pernah tergapai manakala sang hamba tidak pernah mencintai Rasul SAW-Nya. Mencintai Rasul SAW kelak secara otomatis mengikuti jejak-jejak sang Rasul SAW. Ketika seorang hamba menempuh perjalanan amal dan menggapai derajat luhur: bahwa semua itu merupakan penjejakan dalam Islam, suatu orientasi semata menuju kepada Allah SWT.</p> <div style="text-align: center;"><blockquote><p>Dalam suatu ayat Al-Qur’an dijelaskan: “<span style="color: rgb(0, 128, 0);">Katakanlah, apabila orangtuamu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu dan keluargamu, dan harta-harta yang kamu berusaha meraih keuntungannya, serta perdagangan yang kamu takutkan akan kebangkrutannya dan tempat-tempat tinggal yang kamu senangi, ternyata lebih kamu cintai dibandingkan mencintai Allah dan Rasul SAW-Nya serta jihad di jalan-Nya, maka tunggulah, sampai Allah mendatangkan Keputusan-Nya. Dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik</span>.”(at-Taubah : 25)</p></blockquote></div> <p style="text-align: justify;">Cinta atau mahabbah ternyata menempati posisi luhur dalam kehidupan beragama. Banyak orang menyangka, apa yang dilakukan selama ini sudah menempati posisi cinta itu, padahal ia sekedar menjalankan suatu perintah belaka, tanpa penghayatan rasa cinta sampai ke dalam batin, rasa cinta yang menyentuh ruh dan lubuk kalbunya. Betapa dahsyatnya cinta kepada Allah dan Rasul SAW-Nya ini, sampai Allah memperingatkan dengan berbagai versi dalam ayat Al Qur’an maupun Hadits Rasul SAW dalam riwayat Al Bukhari dan Abdullah bin Hisyam dijelaskan.</p> <div style="text-align: center;"><blockquote><p><span style="color: rgb(0, 128, 0);">“Kami bersama Rasulullah SAW. Ketika itu Rasulullah SAW sedang memegang tangan Umar bin Al Khatab, lalu Umar berkata, “Wahai Rasulullah SAW engkau adalah orang yang paling kucintai dibanding segalanya selain diriku.” Lalu Rasulullah SAW balik menjawab, “Tak seorang pun beriman secara sempurna sampai aku lebih dicintai dibanding dirinya sendiri.” Umar kembali menegaskan, “Engkau sekarang, lebih kucintai dibanding diriku sendiri.” Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Sekarang begitu wahai Umar.”</span></p></blockquote></div> <p>Dalam hadits lain yang dikeluarkan oleh Imam Muslim disebutkan,</p> <div style="text-align: center;"><blockquote><p><span style="color: rgb(0, 128, 0);">” Nabi SAW bersabda, “Apabila Allah Azza wa Jalla mencintai seorang hamba, Dia berfirman kepada Jibril. “Wahai Jibril Aku mencintai seseorang, maka cintailah dia.” Lantas Jibril mengumumkan kepada seluruh penghuni langit, “Sesungguhnya Allah Ta’ala benar-benar mencintai seorang hamba maka hendaknya kalian mencintainya. ” Lalu penghuni langitpun mencintai hamba itu, dan hamba itu pun diterima oleh manusia di muka bumi….dst.</span></p></blockquote></div> <p style="text-align: justify;">Dalam konsep Sufi, mahabbah atau cinta menempati posisi ruhani yang luhur dan mulia. Menurut <span style="color: rgb(255, 0, 0);">Abul Qasim al-Qusyairy dalam kitabnya Ar Risalah al-Qusyairiyah</span>, Allah menyaksikan sang hamba melalui cinta itu dan Allah mempermaklumkan cinta-Nya itu kepada hamba tersebut. Maka Allah SWT disifati sebagai sang Pecinta kepada hamba dan begitu pula si hamba disifati sebagai pencinta kepada Allah SWT. Itu berarti bahwa cinta Allah kepada hambaNya itu adalah semata Kehendak-Nya agar ada pelimpahan</p> <p style="text-align: justify;">Kasih Sayang kepada sang hamba sebagaimana dengan rahmat-Nya ketika melimpahkan nikmat-Nya kepada hamba. Jadi Mahabbah atau cintai memiliki nuansa khusus dibanding Rahmat. Sementara Rahmat tersebut lebih sebagai merupakan pelimpahan-pelimpah an nikmat secara umum. Secara khusus Allah melimpahkan nikmat kepada hamba-Nya dalam gairah ruhani sang hamba, yang kemudian disebut cinta atau mahabbah.</p> <p><span style="color: rgb(0, 0, 128);"><strong>Pengalaman Sufi</strong></span></p> <p style="text-align: justify;">Para sufi seringkali menyebutkan mahabbah atau cinta. Hampir seluruh puja dan puji para Sufi mendendangkan keharuan cinta dan kedahsyatan rindunya. Pecinta agung sepanjang zaman <span style="color: rgb(255, 0, 0);">Rabi’ah Adawiyah</span> misalnya, telah mampu mencapai tingkat cinta tertinggi dan dengan cinta itu pula Rabi’ah mendapatkan tempat mulia di sisi Allah SWT. Seluruh istana sufi, hampir-hampir dipenuhi ornamen-oprnamen kecintaan kepada Sang Kekasih hingga pada tahap tertentu sang hamba seakan-akan menyatu dengan Kekasih-Nya. Sejumlah pengalaman cinta para sufi begitu kuat terdefinisi dalam simpul-simpul berikut:</p> <ul><li>Cinta berarti kecenderungan pesona sang kekasih dengan penuh kebimbangan hati.</li><li>Cinta adalah mengutamakan kekasihnya di atas segala yang dikasihi.</li><li>Cinta adalah keselarasan jiwa dengan Sang Kekasih di dalam dunia nyata maupun dunia tidak nyata.</li><li>Cinta adalah peleburan si pencita dengan sifat-sifat Nya dan Peneguhan Cinta-Nya dengan Dzat-Nya.</li><li>Cinta merupakan selaras hati dengan Kehendak-Nya.</li><li>Cinta berarti rasa takut bila berlaku tidak sopan pada saat menegakkan pengabdiannya.</li></ul> <p><span style="color: rgb(255, 0, 0);">Al Bustamy </span>mengatakan, cinta adalah membebaskan segala hal-hal sebesar apapun yang datang dari egomu, dan membesarkan hal-hal yang kecil yang datang dari kekasihmu.</p> <p style="text-align: justify;"><span style="color: rgb(255, 0, 0);">Junaid al-Bagdady</span> menegaskan, cinta berarti merasuknya sifat-sifat Sang Kekasih, meraih sifat-sifat sang pecinta. Si pencita sudah lebur dalam kenangan dan ingatan sang kekasih.</p> <p style="text-align: justify;"><span style="color: rgb(255, 0, 0);">Abu Abdullah al-Qurasy</span> mengatakan, cinta berarti menyerahkan dirimu kepada Sang Kekasih tanpa sedikitpun tersisa.</p> <p style="text-align: justify;">Sedangkan <span style="color: rgb(255, 0, 0);">Asy Syibly</span> menyatakan, cinta yang kemudian disebut mahabbah hanya karena mahabbah sudah melenyapkan seluruh sisi hati, kecuali hanya Sang Kekasih.</p> <p style="text-align: justify;">Dalam suatu forum diantara para syeikh sufi di Mekkah, <span style="color: rgb(255, 0, 0);">al-Junaid</span> adalah peserta termuda. Lalu ia dipanggil, “Hai orang Irak, apa pendapatmu tentang cinta?” Tiba-tiba al Junaid menundukkan kepala. Air matanya meleleh dan sesenggukan, lalu bicara. “Cinta adalah seorang pelayan yang meninggalkan jiwanya dan melekatkan dalam pelukan Dizkir kepada-Nya. Mengukuhkan diri dalam melaksanakan perintah-Nya dengan kesadaran penuh bahwa Dia dalam hatinya. Cahaya Dzat-Nya telah membakar hatinya lalu ikut meminum dalam pesta minuman suci dari cangkir cinta-Nya. Lalu Yang Maha Kuasa tersingkap dari balik tiraiNya sampai ia hanya bicara dengan kata-kata yang selaras denga perintah-Nya, apa yang diucapkannya berasal dari-Nya. Ketika ia bergerak, ia bergerak karena perintah-Nya, ketika ia diam karena diamnya bersama Allah.” Mendengar penuturan al-Junaid semua syeikh menangis, lalu berkata, “Tak ada yang perlu diucapkan lagi. Semoga Allah menguatkan dirimu, wahai mahkota para sufi.”</p> <p>Dalam riwayat, Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Daud as,</p> <div style="text-align: center;"><blockquote><p>“<span style="color: rgb(0, 128, 0);">Aku telah melarang cinta untuk-Ku yang merasuk di hati manusia, manakala cinta kepada selain diri-Ku masih punya tempat di hatinya</span>.”</p></blockquote></div> <p style="text-align: justify;">Dikisahkan tentang munajat Rabi’ah Adawiyah, “Tuhanku, akankah Engkau membakar dengan api, hati yang mencintaiMu? ” Tiba-tiba muncul bisikan lembut, “Kami tidak akan melakukan hal seperti itu. Jangan dirimu menyangka buruk seperti itu kepadaKu…”</p> <p><span style="color: rgb(0, 0, 128);"><strong>Cinta Kepada Rasulullah SAW</strong></span></p> <p style="text-align: justify;">Pengalaman-pengalaman sufi tentang cinta, sebenarnya tidak bisa lepas dari rasa cintanya kepada Rasulullah SAW. <span style="color: rgb(255, 0, 0);">Al Bushiry Asy Syadizily</span>, penulis sajak-sajak Al Burdah yang monumental itu, sungguh sangat anggun ketika melantunkan gairah cintanya kepada Rasulullah SAW. Sebab selain seorang Rasul SAW utama, Kanjeng Nabi Muhammad SAW adalah kekasih utama-Nya pula. Bentuk cinta seorang hamba kepada Rasulullah SAW-Nya adalah melalui peneladanan sunnah-sunnahnya, mendoakan melalui Shalawat Nabi kepadanya. Bahkan menghayati seluruh jalan hidupnya. Rasulullah SAW adalah teladan mulia, bagaimana para hamba mencintainya, sampai pada dataran dimana cinta benar-benar agung dalam jiwa para hamba, sebagaimana cinta yang dilukiskan para sufi itu. Mencintai Rasulullah SAW berarti mencintai Allah, dan sebaliknya mencintai Allah juga berarti mencintai Rasulullah SAW.</p> <p style="text-align: justify;">Apa yang disebut dengan Cahaya Muhammad adalah bentuk Kemaharinduan dan Kemahacintaan Ilahi, dimana Cahaya Muhammad adalah titik Pertama yang kelak melimpah menjadi Jagad Raya dan seluruh mahluk ciptaan-Nya. Karena itu dalam tradisi tarekat, shalawat kepada Nabi senantiasa mengiringi dzikir para sufi karena Cahaya Muhammad itulah awal dimana Allah menciptakan dan kemudian ciptaan-Nya itu mengenal-Nya dengan gairah cinta-Nya.</p> <p style="text-align: justify;">Dalam hadits Qudsi disebutkan, “Aku adalah khazanah tersembunyi, lalu aku ingin sekali (dengan segala Cinta-Ku) untuk dikenal, maka Kuciptakanlah mahluk agar ma’rifat kepadaKu.” Cinta kepada Rasulullah SAW berati juga suatu kesadaran agung dimana seorang hamba mengenal dirinya sebagai hamba, dengan segala hak-hak (kewajiban kehambaan, ubudiyah) dan mengenal dirinya sebagai hamba yang memiliki hak terhadap sesama hamba. Cinta tidak mengenal batas agama, batas golongan, batas geografi, batas suku dan batas-batas sosial lainnya. Cinta kepada Rasulullah SAW adalah awal kecintaan hamba terhadap sesama hamba mahluk Allah SWT. Kecintaan yang tak bisa digambarkan dengan jual beli duniawi atau penghargaan materi. Tetapi cinta yang membumbung dalam rahasia terdalam dari lubuk hamba kepada kekasih-Nya, Muhammad SAW. Mari kita renungkan, suatu wacana cinta di bawah ini: <span style="color: rgb(0, 128, 0);">“Dosa <span style="color: rgb(0, 0, 153);">orang-orang yang ma’rifat adalah menggunakan ucapan, penglihatan mereka untuk kepentingan duniawi dan meraih keuntungan darinya. Sedangkan pengkhianatan pecinta adalah mengutamakan hawa nafsu mereka dibandingkan mengutamakan Ridha Allah SWT dalam urusan yang mereka hadapi. Sedang dusta para pemula di jalan sufi adalah jika mereka lebih peduli terhadap kesadaran akan hal-hal manusiawi, dibanding kesadaran akan dzikir dan memandang Allah SWT,”</span></span> demikian kata sufi besar, <span style="color: rgb(255, 0, 0);">Abu Utsman</span>.</p> <p><span style="color: rgb(0, 0, 128);"><strong>Di Balik istighfar dan Shalawat Nabi SAW</strong></span></p> <p style="text-align: justify;">Apa hubungan lstighfar dengan Shalawat Nabi SAW? Mengapa dalam praktik sufi senantiasa ada dzikir istighfar dan Shalawat Nabi dalam setiap wirid-wiridnya? Hubungan istighfar dengan shalawat, ibarat dua keping mata uang. Sebab orang yang bershalawat mengakui dirinya sebagai hamba yang lebur dalam wahana Sunnah Nabi. Leburnya kehambaan itulah yang identik dengan kefanaan hamba ketika beristighfar. Shalawat Nabi merupakan syariat sekaligus mengandung hakikat. Disebut syariat karena Allah SWT memerintahkan kepada para hamba-Nya yang beriman agar memohonkan Shalawat dan Salam kepada nabi.</p> <div style="text-align: center;"><blockquote><p>Dalam firman-Nya: “<span style="color: rgb(0, 128, 0);">Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya senantiasa bershalawat kepada nabi. Wahai, orang-orang beriman bershalawatlah kepada Nabi dan mohonkan salam baginya,” (QS. 33 : 56)</span></p></blockquote></div> <p>Beberapa hadits di bawah ini sangat mendukung firman Allah Ta’ala tersebut:</p> <ol><li>Suatu hari Rasulullah SAW datang dengan wajah tampak berseri-seri dan bersabda: “Malaikat Jibril datang kepadaku sambil berkata, “Sangat menyenangkan untuk engkau ketahui wahai Muhammad, bahwa untuk satu shalawat dari seorang umatmu akan kuimbangi dengan sepuluh doa baginya. Dan sepuluh salam bagiku akan kubalas dengan sepuluh salam baginya.” (HR. An-Nasal)</li><li>Sabda Rasulullah SAW: “Kalau orang bershalawat kepadaku maka malaikat juga akan mendoakan keselamatan yang sama baginya. Untuk itu hendaknya dilakukan meskipun sedikit atau banyak.” (HR. lbnu Majah dan Thabrani).</li><li>Sabda Nabi SAW: “Manusia yang paling utama bagiku adalah yang paling banyak shalawatnya. “ (HR. Abu Dhawud).</li><li>Sabdanya: “Paling bakhilnya manusia ketika ia mendengar namaku disebut dia tidak mengucapkan shalawat bagiku,” (HR. At-Tharmidzi) . “Perbanyaklah shalawat bagiku di hari Jum’at.” (HR. An-Nasal)</li><li>Sabdanya: “Sesungguhnya di bumi ada malaikat yang berkeliling dengan tujuan menyampaikan shalawat umatku kepadaku.” (HR. An-Nasa’i)</li><li>Sabdanya: “Tak seorangpun yang bershalawat kepadaku melainkan Allah mengembali-kan ke ruhku sehingga aku menjawab salam kepadanya.” (HR. Abu Dhawud)</li></ol> <p>Tentu, tidak sederhana menyelami keagungan Shalawat Nabi. Karena setiap kata dan huruf dalam shalawat yang kita ucapkan mengandung atmosfir ruhani yang sangat dahsyat. Kedahsyatan itu tentu karena posisi Nabi Muhammad SAW sebagai hamba Allah, Nabiyullah,<br /></p><p style="text-align: justify;">Rasulullah SA<img class="alignright" style="border: 0pt none rgb(0, 0, 0); width: 280px; height: 141px;" src="http://i267.photobucket.com/albums/ii302/seomanias/Muhamadsaw.jpg" alt="" border="0" />W, Kekasih Allah dan Cahaya Allah. Dan semesta raya ini diciptakan dari Nur Muhammad sehingga setiap detak huruf dalam shalawat pasti mengandung elemen metafisik yang luar biasa. Mengapa kita musti membaca Shalawat dan Salam kepada nabi, sedangkan nabi adalah manusia paripurna, sudah diampuni dosa-dosanya yang terdahulu maupun yang akan datang?</p> <p>Beberapa alasan berikut ini sangat mendukung perintah Allah SWT.</p> <ol><li>Nabi Muhammad SAW adalah sentral semesta fisik dan metafisik, karena itu seluruh elemen lahir dan batin mahluk ini merupakan refleksi dari cahayanya yang agung. Bershalawat dan bersalam yang berarti mendoakan beliau adalah bentuk lain dari proses kita menuju jati diri kehambaan yang hakiki di hadapan Allah melalui “titik pusat gravitasi” ruhani, yaitu Muhammad Rasulullah SAW.</li><li>Nabi Muhammad SAW adalah manusia paripurna. Segala doa dan upaya untuk mencintainya berarti kembali kepada orang yang mendoakan tanpa reserve. Ibarat gelas yang sudah penuh air, jika kita tuangkan air pada gelas tersebut, pasti tumpah. Tumpahan itulah kembali pada diri kita, tumpahan Rahmad dan AnugerahNya melalui gelas piala Kekasih-Nya, Muhammad SAW.</li><li>Shalawat Nabi mengandung syafa’at dunia dan akhirat. Semata karena filosofi Kecintaan Ilahi kepada Kekasih-Nya itu meruntuhkan Amarah-Nya. Sebagaimana dalam hadits Qudsi, “Sesungguhnya Rahmat-Ku mengalahkan Amarah-Ku.” Siksaaan Allah tidak akan turun pada ahli Shalawat Nabi karena kandungan kebajikannya yang begitu par-exellent.</li><li>Shalawat Nabi menjadi tawashul bagi perjalanan ruhani umat Islam. Getaran bibir dan detak jantung akan senantiasa membumbung ke alam Samawat (alam ruhani) ketika nama Muhammad SAW disebutnya. Karena itu mereka yang hendak menuju kepada Allah (wushul), peran Shalawat sebagai pendampingnya. Karena keparipurnaan Nabi itu menjadi jaminan bagi siapa pun yang hendak bertemu dengan Yang Maha Paripurna.</li><li>Nabi Muhammad SAW sebagai nama dan predikat bukan sekadar lambang dari sifat-sifat terpuji tetapi mengandung fakta tersembunyi yang universal yang ada dalam Jiwa Muhammad SAW. Dan dialah sentral satelit ruhani yang menghubungkan hamba-hamba Allah dengan Allah. Karena sebuah penghargaan Cinta yang agung itu hilang begitu saja. Estetika Cinta Ilahi justru tercermin dalam Keagungan-Nya dan Keagungan itu ada di balik desah doa yang disampaikan hamba-hamba- Nya buat Kekasih-Nya.</li><li>Allah pun bershalawat kepada Nabi, begitu juga para malaikat-Nya. Duhai kaum beriman bershalawat dan bersalamlah kepada Nabi SAW.</li></ol> <p>Para sufi memberikan pengajaran sistematis kepada umat melalui Shalawat Nabi itu sendiri. Dan Shalawat Nabi yang berjumlah ratusan macam itu lebih banyak justru dari ajaran Nabi sendiri. Model shalawat yang diwiridkan para pengikut tarekat juga memiliki sanad yang sampai kepada Nabi SAW. Oleh sebab itu itu, Shalawat adalah cermin Nabi Muhammad SAW yang memantul melalui jutaan bahkan milyaran hamba-hamba Allah bahkan bilyunan para malaikat-Nya.</p> <p>Wa Allohu A’lam</p> <p style="font-weight: bold; font-style: italic;">sumber :<span style="text-decoration: underline;"> http://masharryy.wordpress.com </span></p> </div>Irwanhttp://www.blogger.com/profile/03401834275701612256noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3983798022146536283.post-90660515185940291132009-04-18T19:54:00.001-07:002009-04-18T19:54:22.992-07:00<div class="post hentry category-hidmat-manakib tag-sabar" id="post-144" style="margin-bottom: 20px;"> <div class="p-head"> <h1>SABAR TERHADAP TAKDIR</h1> <p class="p-who-date">Posted by: Sirna Warna on: September 6, 2008</p> </div> <div class="p-det"> <ul><li class="p-cat">In: <a href="http://en.wordpress.com/tag/hidmat-manakib/" title="View all posts in hidmat manakib" rel="category tag">hidmat manakib</a></li><li class="p-com"><a href="http://sirnawarna.wordpress.com/2008/09/06/sabar-terhadap-takdir/#respond" rel="bookmark" title="Permanent Link to SABAR TERHADAP TAKDIR">Comment!</a></li></ul> </div> <div class="p-con"> <div class="snap_preview"><p><a href="http://sirnawarna.files.wordpress.com/2008/09/img_0411_resize.jpg"><img class="alignleft size-medium wp-image-145" title="img_0411_resize" src="http://sirnawarna.files.wordpress.com/2008/09/img_0411_resize.jpg?w=300&h=225" alt="" width="300" height="225" />Jika seseorang telah meyakini bahwa musibah itu terjadi dengan izin Alloh dan dibalik takdir tersebut tersimpan hikmah yang agung, maka dia akan ridho dengan keputusan Alloh dan berserah diri kepada-Nya. Ia juga akan bersabar atas musibah tersebut dalam rangka mengharap pahala dari Alloh. Akhlaknya semakin baik dan hatinya semakin tenang serta iman dan tauhidnya semakin kuat.<br /></a><br />Imam ahmad mengatakan, “Sabar disebutkan di dalam Al-Qur’an sebanyak lebih dari 70 ayat. Kaitan sabar dan iman seperti halnya kedudukan kepala dan jasad… Seorang yang tidak sabar dalam melaksanakan ketaatan, dalam menjauhi kemaksiatan serta ketika tertimpa musibah maka ia sudah kehilangan sebagian besar dari imannya.” (At Tamhid: 391)</p> <p>Alloh Tidak Pernah Salah Dalam Menempatkan Musibah</p> <p>Para pembaca yang budiman, perlu kita ketahui bersama bahwa Alloh tidak akan pernah salah di dalam menempatkan musibah, kepada siapa, kapan dan dampak yang ditimbulkannya. Alloh berfirman, “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (At Taghobun: 11) <a href="http://sirnawarna.files.wordpress.com/2008/09/berdoa1.jpg"><img class="alignleft size-medium wp-image-147" title="berdoa1" src="http://sirnawarna.files.wordpress.com/2008/09/berdoa1.jpg?w=300&h=225" alt="" width="300" height="225" />Setiap musibah yang menimpa seseorang baik berkaitan dengan jiwa, harta atau yang lain pasti berasal dari takdir Alloh yang tidak akan bisa terelakkan. Barang siapa membenarkan dan yakin bahwa seluruh musibah itu datangnya dari Alloh maka Alloh akan memberikan taufik kepadanya untuk rela dengan musibah tersebut dan merasa tenang atas musibah tersebut karena meyakini adanya hikmah Alloh yang agung di balik itu semua. Hal ini karena ia meyakini bahwa Allohlah yang paling tahu yang terbaik bagi hambaNya. Oleh karena itu, saudara-saudara yang budiman, ungkapan ‘takdir memang kejam’ adalah ungkapan yang sangat kejam. Ungkapan semacam ini tidaklah keluar kecuali dari orang-orang yang lemah iman. Semoga Alloh memperbaiki keadaan kaum muslimin.<br /></a><br />Iman dan Kekufuran Punya Cabang</p> <p>Saudara-saudara yang budiman, sesungguhnya sabar adalah cabang keimanan karena tidak sabar di dalam menerima taqdir Alloh merupakan salah satu cabang kekufuran. Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam besabda, “Ada dua perkara yang masih dilakukan orang, padahal keduanya adalah bentuk kekufuran, yaitu mencela keturunan dan meratapi orang yang telah meninggal.” (Muslim). Lawan dari cabang kekufuran adalah cabang keimanan. Karena meratapi mayit adalah cabang kekufuran maka lawannya yaitu sabar menghadapi musibah adalah cabang keimanan</p> <p>Saudara-saudara sekalian, sabar ialah menahan hati dari marah, menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota badan dari melakukan perbuatan haram. Meratapi mayit adalah bentuk ketidaksabaran karena tidak menahan lisan dari ratapan. Dua hal yang disebutkan dalam hadits adalah adat jahiliyah, tetapi rosul telah mengabarkan bahwa kebiasaaan tersebut akan menurun pada umatnya.</p> <p>Menahan Anggota Badan Dari Menampakkan Kemarahan</p> <p>Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak termasuk golongan kami orang yang memukul pipi, merobek-robek pakaian dan menyeru dengan seruan jahiliyah.” (Muttafaq alaihi)</p> <p>Para pembaca yang budiman, marilah kita mencoba untuk memperhatikan hadits di atas bagaimana Islam mengajarkan akhlak yang baik tatkala mendapat musibah. Seorang muslim dilarang untuk mengekspresikan ketidakpuasannya terhadap takdir buruk yang menimpanya, terlebih lagi seperti adat jahiliyah. Perbuatan seperti ini bukanlah dari Islam sama sekali.</p> <p>Musibah Adalah Bukti Kecintaan Alloh</p> <p>Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila Alloh menghendaki kebaikan bagi hambanya, maka disegerakan hukuman baginya di dunia. Sebaliknya apabila Alloh menghendaki keburukan pada seseorang maka ditangguhkan dosanya sampai dipenuhi balasannya di hari kiamat.” (HR. Tirmidzi dan Al Hakim)</p> <p>Alloh menimpakan musibah kepada hamba-Nya yang mukmin untuk membersihkan dosa dan kesalahannya, sehingga di hari akhir kelak beban keburukannya berkurang. Adapun orang yang tidak Alloh timpakan musibah padanya tatkala di dunia tidaklah bisa diambil kesimpulan bahwa Alloh cinta atau memuliakannya tapi mungkin saja hal ini merupakan istidroj ketika ia hidup sehingga ketika di hari akhir menjadikan dosa dan timbangan amal buruknya makin besar. Alloh memberikan nikmat kepada siapapun dan menghalanginya dari siapapun. Alloh tidak ditanya tentang yang Dia perbuat tapi manusia lah yang akan ditanya tentang yang diperbuatnya. Bencana kepada mukmin adalah tanda kebaikan sepanjang bukan musibah agama meninggalkan kewajiban dan melaksanakan keharaman.</p> <p>Ridho Diganjar Dengan Ridho, Marah Diganjar Dengan Marah</p> <p>Reaksi seseorang ketika tertimpa musibah itulah yang akan menentuan penilaian Alloh terhadapnya. Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Sesungguhnya besar pahala berbanding lurus dengan besar cobaan. Apabila Alloh mencintai suatu kaum, maka Alloh uji mereka. Barang siapa yang ridho maka baginya keridhoan Alloh dan barang siapa yang marah maka baginya kemarahan Alloh.” (HR. Tirmidzi)</p> <p>Tidak Ada Yang Bisa Menghalangi Takdir Alloh</p> <p>Para pembaca yang budiman, sesunguhnya tidak ada gunanya berteriak-teriak karena itu tidak akan menghilangkan musibah. Mencela Alloh juga tidak akan membuat Alloh mengurungkan keputusanNya, bahkan akan mendatangkan murkaNya.</p> <p>Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketahuilah seandainya seluruh orang bersepakat untuk memberikan kebaikan kepadamu, maka mereka tidak akan bisa memberikannya kecuali dengan yang memang sudah ditakdirkan Alloh untukmu. Sebaliknya seandainya mereka bersepakat untuk menimpakan bahaya kepadamu maka mereka tidak akan dapat mencelakaaknmu keculi dengan yang memang telah Alloh takdirkan atasmu.” (HR. Tirmidzi, beliau berkata hadits hasan shohih)</p> <p>Saudara-saudara yang budiman, karena kebaikan yang didapatkan itu dari Alloh, maka hendaknya kita semua menggantungkan seluruh harapan kepada Alloh dan tidak berpaling kepada makhluk. Wallohu a’lam.</p> </div> </div> <div class="p-tag">Tags: <a href="http://en.wordpress.com/tag/sabar/" rel="tag">sabar</a></div> </div>Irwanhttp://www.blogger.com/profile/03401834275701612256noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3983798022146536283.post-1512352007006306222009-04-18T19:50:00.001-07:002009-04-18T19:50:42.693-07:00<div class="p-head"> <h1>KENAPA HARUS KE PANGERSA ABAH(KH.Drs. Jujun Junaedi)</h1> <p class="p-who-date">Posted by: Sirna Warna on: August 22, 2008</p> </div> <div class="p-det"> <ul><li class="p-cat">In: <a href="http://en.wordpress.com/tag/hidmat-manakib/" title="View all posts in hidmat manakib" rel="category tag">hidmat manakib</a></li><li class="p-com"><a href="http://sirnawarna.wordpress.com/2008/08/22/kenapa-harus-ke-pangersa-abahkhdrs-jujun-junaedi/#respond" rel="bookmark" title="Permanent Link to KENAPA HARUS KE PANGERSA ABAH(KH.Drs. Jujun Junaedi)">Comment!</a></li></ul> </div> <p><img class="alignnone size-thumbnail wp-image-42" src="http://sirnawarna.files.wordpress.com/2008/08/06042008253.jpg?w=128&h=96" alt="" width="128" height="96" />Kita semua termasuk yang dari Malaysia dan Singapura datang ke Pondok Pesantren Suryalaya atas kehendak Allah dan tidak diundang Pangersa Abah. Kita hadir ke sini dikarenakan sangat membutuhkan barokahnya. Oleh karena itu walaupun dari Malaysia dan Singapura terasa dekat karena kebutuhan di atas. Sebaliknya banyak juga orang dekat terasa jauh akibat tidak ada kebutuhan terhadap barokah tadi.<br />Hal demikian sudah ada sejak jaman Nabinya, dimana ajaran Islam menyebar ke berbagai pelosok tetapi pamannya sendiri tidak mau mengikutinya, bahkan sampai waktu kematiannya, Nabi Muhammad SAW tidak berhak untuk memberinya hidayah. Sebagaimana ditegaskan Allah : “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. (Al-Qashash :56).</p> <p>Kita beruntung hadir kesini atas kehendak Allah SWT. Mengapa datang ke sini ? dan mengapa harus ke Pangersa Abah ? Padahal banyak Kyai atau pesantren yang lebih bagus seperti di Bandung dan di tempat lain. Itulah keunikannya, banyak orang sekarang yang merasa “sok tahu”, padahal kita sangat membutuhkan petunjuk dan orang yang menunjukkannya. Tentunya orang yang menunjukkan adalah orang yang sudah tahu, bahkan mungkin orang sana yang datang ke sini yang disebut Mursyid.</p> <p>Ibarat ada 2 orang yang satu ingin pergi dari Tasik ke Cianjur dan yang satu lagi ingin pergi sari Tasik ke Bandung. Lalu berangkatlah orang yang ingin ke Cianjur itu bersama seorang penunjuk jalan yang sudah tahu Cianjur bahkan berasal dari Cianjur. Sedangkan orang yang ingin pergi ke Bandung pergi sendirian tanpa petunjuk jalan, padahal baru pertama akan pergi ke Bandung serta tidak tahu sama sekali tentang Bandung. Dari kedua orang diatas mana yang paling cepat sampai tujuan ? tentu orang yang pergi ke Cianjur, sehingga tidak perlu banyak bertanya dijalannya dan tidak mungkin kesasar. Sebaliknya orang yang pergi ke Bandung yang pergi sendirian dan tidak tahu jalan malah kesasar.<br />Ternyata orang yang ke Bandung itu ingin pergi ke Alun-alun Bandung. Tetapi kesasar malah pergi ke Gasibu. Begitu sampai di lapangan Gasibu dia berkata : “Ini dia sudah sampai di alun-alun Bandung”, padahal bukan. Lalu ada orang yang mengingatkan bahwa alun-alun Bandung itu bukan disini, terus ditunjukkan jalan ke alun-alun Bandung depan Masjid, malah berkata : “Bohong ini ! masa alun-alun tidak ada lapangannya dan malah dipenuhi toko-toko ? Demikianlah gambaran orang hidup di dunia tanpa Guru Mursyid.</p> <p>Banyak orang bertanya mengapa ke Pondok Pesantren Suryalaya? Padahal banyak pesantren yang lebih besar dan lebih terkenal. Sebenarnya kita pergi ke Pondok Pesantren Suryalaya ini tujuannya adalah ingin diakui murid oleh Pangersa Abah, dimana Beliau sendiri sebagai Mursyidnya. Dan kita kesini (Pondok Pesantren Suryalaya) ingin belajar Tarekat yang selama ini oleh para penjajah dibiaskan serta dipisah-pisahkan dalam kehidupan Bangsa Indonesia.<br />Islam asalnya bulat, tetapi begitu datang ke Indonesia tidak bulat lagi akibat para penjajah. Islam yang benar adalah terdiri dari Iman, Islam dan Ihsan. Iman dipelajari dalam Ilmu Tauhid (Aqoid), Islam dipelajari dalam Ilmu Fiqh, dan Ihsan dipelajari dalam Ilmu Tasawuf.</p> <p>Maka apabila kita mempelajari Tauhid, pasti akan menemukan Firqoh, dan apabila mempelajari Fiqh akan menemukan madzhab. Begitu juga apabila mempelajari Tasawuf, pasti akan menemukan Thariqot (tarekat). Sebenarnya kita itu baru bicara : “Biar terpetik hasilnya dan diambil buahnya”. Seharusnya diteruskan dimakan itu buahnya biar terasa nikmatnya.<br />Maka di Pondok Pesantren Suryalaya bukan sekedar untuk mengisi kepada, tetapi yang lebih penting mengisi hati. Seperti dalam sholat : bacaannya Fasih, apakah sudah merasakan nikmatnya Shalat ? sudahkan kita merasakan nikmat dikala berkumandang Adzan ? lalu diaplikasikan dalam tindakan dengan langsung ke masjid. Bahkan di Pondok Pesantren Suryalaya diajarkan dan dicontohkan oleh Guru Mursyid sebelum berkumandang adzan sudah siap dan duduk ditempat sujud. Inilah bedanya, dimana sebelum ke Pondok Pesantren Suryalaya setelah adzan itu lalu mengumandangkan sholawat sambil menunggu Sang Imam (Kyai) datang ke mesjid atau menunggu orang yang sedang shalat sunat. Sehingga melaksanakan sholat wajibnya diakhir waktu.</p> <p>Seorang Guru Mursyid telah mengajarkan agar kita siap menghadap Allah sebelum waktunya datang. Hal ini sebagai tanda bahwa kita telah siap tatap muka dan ridho serta tunduk terhadap aturan Allah, yang dibuktikan dengan perbuatan. Karena Allah sendiri telah berfirman : “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk bershalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) itu dihadapan manusia. Dan tidaklah mereka mengingat Allah kecuali sedikit sekali”. (An-Nisa : 142).</p> <p>Apakah kita termasuk diantara mereka (munafik) ? ketika mendengar adzan, malah berkata :”Ah gila ! sedang asyiknya Adzan”. Mengapa mereka berbuat seperti itu ? kata Allah karena mereka hanya berdzikir kepada Allah sedikit sekali. Mengapa mereka berdzikir sedikit kepada Allah? Karena mereka hanya mengandalkan dzikir dengan lisannya saja. Dzikirnya hanya didalam mesjid, begitu keluar dari mesjid otomatis berhenti dzikirnya. Padahal Allah SWT telah menyuruh kita untuk terue menerus dzikir kepada-Nya dalam keadaan apapun. Allah berfirman dalam surat Ali Imron : 191 : “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaanlangit dan bumi (seraya berkata) : Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau meciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami darisiksa neraka”.</p> <p>Dalam ayat diatas Allah menyebut dengan gelar Ulil Albab, yaitu para ilmuwan yang selalu berdzikir kepada Allah. Kerena berpikir tanpa diikuti berdzikir akan “ngaco”, sehingga banyak dari para ilmuwan itu tidak memberikan manfaat banyak dalam kehidupan. Itulah sebabnya, motto IAILM adalah “Ilmu Amaliyah-Amal Ilmiah”. Ilmu tanpa amal tidak memberikan manfaat.<br />Lebih penting lagi bahwa tidak ada jaminan bagi orang pintar masuk surga. Berbeda kepada orang yang selalu berdzikir kepada Allah sudah dijamin masuk surga. Maka orang bodoh mau beramal lebih baik daripada orang pintar tidak mau beramal. Akan tetapi kalau merasa bodoh jangan diam saja, harusnya mau bertanya dan belajar. Adapun bisa tidaknya itu urusan Allah.</p> <p>Bagaimana agar bisa berdzikir yang tidak pernah berhenti? Ilmulah sebenarnya jawaban mengapa kita harus pergi ke Pangersa Abah, di Pondok Pesantren Suryalaya bisa menemukan dzikir yang bisa dibawa kemana-mana : dibawa ke WC? Kalau tidak pergi ke Pondok Pesantren Suryalaya kita tidak tahu. Padahal seandainya ketika di dalam WC itu datang kematian, tentu akan merugi kalau tidak sedang berdzikir kepada Allah. Maka Allah menegaskan : “Sembahlah (beribadahlah) kepada Tuhanmu sampai datang kepadamu ajal (kematian)”. (Al Hijr : 99).<br />Tujuan hidup kita tidak lain : “Ya Tuhanku Hanya Engkaulah yang kumaksud, dan keridhoan-Mulah yang kucari. Berilah aku kemampuan untuk mencintai dan ma’rifat kepada-Mu”.</p> <p>Jangan sekali-kali kita berjalan dari makhluk ke makhluk, tetapi berjalanlah dari makhluk kepada yang menciptakan makhluk. Lebih tegas lagi dalam surat Al-Kahfi : 17 disebutkan : “Dan yang mendapat petunjuk. Dan barang siapa yang disesatkan-Nya maka kamu tak akan mendapatkan Wali Mursyid yang memberi petunjuk”.</p> <p>Kita tinggal mengamalkannya, karena wali Mursyid telah menunjukkan jalan dan telah memberi alatnya. Barang siapa lagi yang akan dijadikan figur selain Beliau ?</p>Irwanhttp://www.blogger.com/profile/03401834275701612256noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3983798022146536283.post-24880745110755226552009-04-18T19:10:00.000-07:002009-04-18T19:49:25.296-07:00<div class="post hentry category-hidmat-manakib tag-agung" id="post-48" style="margin-bottom: 20px;"> <div class="p-head"> <h1>Cara Mengagungkan Guru yang Betul</h1> <p class="p-who-date">Posted by: Sirna Warna on: August 22, 2008</p> </div> <div class="p-det"> <ul><li class="p-cat">In: <a href="http://en.wordpress.com/tag/hidmat-manakib/" title="View all posts in hidmat manakib" rel="category tag">hidmat manakib</a></li><li class="p-com"><a href="http://sirnawarna.wordpress.com/2008/08/22/cara-mengagungkan-guru-yang-betul/#respond" rel="bookmark" title="Permanent Link to Cara Mengagungkan Guru yang Betul">Comment!</a></li></ul> </div> <div class="p-con"> <div class="snap_preview"><p style="text-align: center;"><img class="size-thumbnail wp-image-50 aligncenter" src="http://sirnawarna.files.wordpress.com/2008/08/ajgn-gaos2.jpg?w=128&h=96" alt="" width="128" height="96" /></p> <p style="text-align: center;"> </p><p style="text-align: center;"> </p><p style="text-align: center;"> </p><p style="text-align: center;"> </p><p style="text-align: center;"> </p><p style="text-align: center;">Kita datang ke Pondok Pesantren Suryalaya tidak diundang dan tidak ada promosi untuk datang ke sini, justru kita datang ke Pondok Pesantren Suryalaya karena merasa perlu untuk mengobati penyakit hati. Kalau kita lapar tentu harus makan, kalau sakit pasti pergi ke dokter untuk berobat, apalagi kalau hatinya sakit harus diobati. Orang bisa kenyang perutnya, tetapi ruhnya tetap lapar. Apa buktinya ? Dia mampu memikul sampai 50 Kg. tetapi diperintahkan shalat tidak kuat. Oleh karena itu ruh kita pun harus diberi makan agar tidak lapar. Apa makanannya ? Dzikir lisan adalah makanan ruh, kalau makan harus membuka mulut, maka ruh pun kalau ingin diberi makan harus dibuka yaitu dengan Talqin Dzikir. Talqin itu pembuka agar masuk kedalam ruh. Kita jangan mengotori dan mengkebiri kebesaran Pondok Pesantren Suryalaya.</p> <p>Justru mengapa Pondok Pesantren Suryalaya dikunjungi oleh berbagai lapisan masyarakat dikarenakan Komplit. Seperti Pangersa Abah dulu beliau pernah menuntut ilmu di Pesantren Gentur. Tidak mungkinorang yang tidak berilmu mampu mengarang sebuah kitab Miftahus Shudur, apa itu bukan ilmu ladunni ? Yang dimaksud Ilmu Ladunni itu adalah bagi orang yang pernah belajar puluhan tahun secara lengkap lalu dia ikhlas mengamalkan semata-mata ingin meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah. Setelah itu Allah memberi imbalan sebagai ilmu tambahan disebabkan keikhlasannya. Ini bukan berarti tidak pernah belajar, sehingga ketika ingin ceramah tidak pernah membuat persiapan, biar menunggu “ilham” dari Abah.</p> <p>Oleh karena itu Ilmu Fiqh, Ilmu Tauhid dan Ilmu Tasawuf dipelajari di Pondok Pesantren Suryalaya jangan sampai ada Ikhwan yang ketiduran ketika akan melaksanakan sholat tidak berwudhu lagi, karena secara biologis kalau orang tidur itu, bagian belakangnya terbuka, sehingga membatalkan wudhunya. Begitu juga Sifat 20 yang menjadi inti Sifat-sifat Allah perlu dipelajari, karena tidak akan ada tharekat kalau tidak ada Tauhid. Tharekat itu gabungan dari Tauhid, Fiqh, dan Tasawuf. Ibarat sambal terdiri dari garam. Terasi, cabe dan gula. Tidak dikatakan sambal jika tidak diaduk dan dicampur.</p> <p>Begitu juga dalam pentalqinan dan manakiban perlu dipisahkan memakai pembatas antara lelaki dan perempuan agar tidak menjadi fitnah. Ini sesuai dengan wasiat Syeikh Abdul Qodir Jailani agar menjaga batas-batas syara. Kita jangan memberatkan kepada guru. Misalnya bahwa Tuan Syeikh akan berjaga-jaga dipintu neraka Jahannam, sehingga kalau ada muridnya dimasukan ke Neraka Beliau mengambilnya. Beliau berjaga itu hanya bagi muridnya saja. Siapa muridnya ? adalah mereka yang melaksanakan TANBIH (ulah aya carekeun Agama jeung Nagara / Jangan sampai melanggar perintah Agama dan Negara).</p> <p>Termasuk Mesjid Nurul Asror ini sudah dibentuk sedemikian rupa sesuai dengan aturan fiqh (agar sah dipakai berjamaah oleh seluruh orang yang shalat), karena Pangersa Abahpun adalah seorang faqih (Ahli fiqh). Kalau Tuan Syeikh Abdul Qodir seorang pengamal Tasawuf Junaed al-Bagdadi yang mencapai derajat tinggi, maka dalam fiqhnya Beliau mengikuti Imam Hambali. Jadi jangan sampai mengagungkan diluar batas, karena Nabi sekalipun ada batasnya yaitu jangan dijadikan Tuhan. Begitu juga Pangersa Abah mengamalkan Ilmu Fiqh Imam Syafi’i dalam Tharekatnya adalah Tharekat Tuan Syeikh Abdul Qodir Jaelani dan Naqsyabandi dan Tasawufnya adalah mengikuti Junaedi al-Baghdadi. Bagaimana Tauhidnya ? Pondok Pesantren Suryalaya mengikuti Imam Asy’ari dan Imam Ma’turidi. Maka Pondok Pesantren Suryalaya disebut Ahlu Sunnah wal Jama’ah. Sehingga di Pondok Pesantren Suryalaya dipelajari kitab Tijan, Fathul Majid, Kifayatul Awam, Ummul Barohim, Usulul Hamidiyah, Tanwirul Qulub. Dalam fiqh minimal Safinah dan Taqrib. Jadi silahkan agungkan Pangersa Abah seagung-agungnya, akan tetapi perlu diperhatikan batas-batas tertentu yang justru nantinya mengecilkan Pangersa. Seperti cara salam kepada Beliau Pangersa Aang KH. Abdul Gaos SM. : Assalamu’alaika Yaa Malika Zaman, wa Ya Imamal Makan, wa Ya Warisal kitab,wa Yaa Naiba Rosulillah, wa yaa man minassamai wal ardhi a’idatuhi, ya man ahlu waqtihi kulluhum ‘ailatuhu,, wa ya man yanzilul ghoisa bida’watihi, wa yadhirruddor’u bibarokatihi warohmatullohi wabarokatuhu. Karena beliau pantas dan layak menyandang sebutan demikian</p> <div style="margin-top: 1em;" class="possibly-related"><hr /><p><strong>Possibly related posts: (automatically generated)</strong></p><ul><li><a rel="related" href="http://sirnawarna.wordpress.com/2008/08/22/kenapa-harus-ke-pangersa-abahkhdrs-jujun-junaedi/" style="font-weight: bold;">KENAPA HARUS KE PANGERSA ABAH(KH.Drs. Jujun Junaedi)</a></li><li><a rel="related" href="http://mitrabinaantelkom.wordpress.com/2008/08/28/pelatihan-blog-untuk-pengelola-pondok-pesantren-di-semarang/">Pelatihan Blog untuk Pengelola Pondok Pesantren di Semarang</a></li><li><a rel="related" href="http://samsira.wordpress.com/2008/11/06/ibadah-rahasia/">Ibadah Rahasia</a></li><li><a rel="related" href="http://menulisbukumenulis.wordpress.com/2008/07/19/41-menulis-kenapa-takut/">4.1 Menulis Kenapa Takut?</a></li></ul></div></div> </div> <div class="p-tag">Tags: <a href="http://en.wordpress.com/tag/agung/" rel="tag">AGUNG</a></div> </div>Irwanhttp://www.blogger.com/profile/03401834275701612256noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3983798022146536283.post-69522592794624430522009-04-18T19:02:00.001-07:002009-04-18T19:02:41.651-07:00<p><span style="font-family:Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:100%;color:#666666;"><b>Nasional</b></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:130%;"><b>Pramono: Kunjungan Mega ke Abah Anom Murni Silaturrahmi</b></span><br /> <span style="font-family:Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;">Minggu, 05 September 2004 | 14:03 WIB </span> </p> <p><span style="font-family:Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;"><span style="color:#666666;"><b>TEMPO <i>Interaktif</i></b></span>, <span style="color:#666666;"><b>Jakarta</b></span>: Kunjungan Presiden Megawati ke Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya, Jawa Barat, pimpinan Abah Anom, murni silaturrahmi. Hal ini dijelaskan oleh Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Pramono Anung, kepada <i>Tempo News Room</i>, ketika mendampingi Mega dalam kunjungan itu, Minggu (5/9).<br /><br />"Yang jelas kunjungan itu adalah kunjungan silaturrahmi. Mereka saling mendoakan. Dan Ibu Mega menyatakan <i>concern</i>-nya terhadap Abah Anom berkaitan dengan jasa Abah Anom dalam membantu mengatasi masalah narkotika," katanya. Oleh karena itu, menurut Pramono, dalam sambutannya, Megawati hanya menyinggung masalah penanganan narkotika saja.<br /><br />Ketika ditanyakan apakah kunjungan tersebut merupakan bagian dari rangkaian kunjungan kampanye, Pramono menepisnya. "Murni silaturrahmi, terserah jika mau beranggapan kunjungan ini bagian dari kampanye," katanya.<br /><br />Dalam kunjungan ini, Megawati juga didampingi Ketua Umum Golkar Akbar Tandjung dan beberapa pengurus Partai Golkar.<br /><br /><b>Ami Afriatni - Tempo News Room</b> </span></p>Irwanhttp://www.blogger.com/profile/03401834275701612256noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3983798022146536283.post-37575586244468257762009-04-18T18:50:00.000-07:002009-04-18T18:54:40.411-07:00Kehebatan kalimat Laa Ilaaha Illallah<div class="post hentry category-suryalaya tag-laa-ilahaillolloh" id="post-13" style="margin-bottom: 20px;"> <div class="p-head"> <h1>KEHEBATAN KALIMAT LAA ILAAHA ILLALLAAH…….!!!</h1> <p class="p-who-date">Posted by: Sirna Warna on: August 22, 2008</p> </div> <div class="p-det"> <ul><li class="p-cat">In: <a href="http://en.wordpress.com/tag/suryalaya/" title="View all posts in SURYALAYA" rel="category tag">SURYALAYA</a></li><li class="p-com"><a href="http://sirnawarna.wordpress.com/2008/08/22/kehebatan-kalimat-laa-ilaaha-illallaah/#respond" rel="bookmark" title="Permanent Link to KEHEBATAN KALIMAT LAA ILAAHA ILLALLAAH…….!!!">Comment!</a></li></ul> </div> <div class="p-con"> <div class="snap_preview"><p><span style="color: rgb(255, 0, 0);"><strong>“… Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan” (QS. al-Maidah : 15). Nabi Muhammad diciptakan dari Nur keagungan Allah Swt. Dari Nur itulah kemudian tercipta seluruh makhluk. Kalimat ma’rifat yang sudah kita dapatkan juga merupakan bagian dari Nur Muhammad. Dzikir Jahar dan dzikir Khofi bisa menjadi cahaya penerang bagi kita dan menjadi api bagi syetan sehingga membakarnya.<br /></strong></span>Kalimat dzikir Laa ilahaa illallah mempunyai 19 nama diantaranya : Kalimat tauhid, Kalimat Ikhlas, Kalimat Ahsan, Kalimat da’watul haq, Kalimat thoyyibah, Kalimat ‘Urwatul wutsqo, Kalimat tsamma’ul jannah (harga dan pembeli syurga), Kalimat taqwa, Kalimat Islam, Kalimat kedekatan dengan Tuhan, Kalimat kemenangan dst. Alhamdulillah kita sudah mendapatkannya.</p> <p>Kehebatan Laa ilahaa illallah itu disebutkan : Tidak akan dibuka pintu langit (kesatu, kedua … ketujuh) oleh Allah bagi orang yang berdo’a jika tidak melalui kalimat Laa ilahaa illallah. Artinya do’a tidak akan diijabah apabila kalimat Laa ilahaa illallah menyertainya. Kunci Pintu Surga adalah Laa ilahaa illallah. Alhamdulillah kita sudah mendapatkannya dan mudah-mudahan bisa membukanya. Sebaliknya kalimat Laa ilahaa illallah bisa menutup pintu neraka. Barokah dari langit dan bumi akan datang kepada orang yang banyak mengucapkan Laa ilahaa illallah. Kalimat Laa ilahaa illallah bisa membuka/mengeluarkan ruh manusia yang tidak bisa kembali kepada Allah ketika azalnya tiba. Hakikat Laa ilahaa illallah adalah dzikir Khofi. Dengan dzikir inilah kita belajar untuk bisa kembali kepada Allah. Dzikir Laa ilahaa illallah bisa menutup, mengendalikan nafsu jelek yaitu nafsu amarah dan lawwamah juga untuk mengunci pintu kemaksiatan. Mudah-mudahan kita semua mampu mengamalkan dzikir ini sesuai dengan tuntunan, bimbingan dan contoh dari Guru Mursyid.</p> </div> </div> <div class="p-tag">Tags: <a href="http://en.wordpress.com/tag/laa-ilahaillolloh/" rel="tag">LAA ILAHAILLOLLOH..</a></div> </div>Irwanhttp://www.blogger.com/profile/03401834275701612256noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3983798022146536283.post-50711481639749050712009-04-17T20:26:00.000-07:002009-04-20T01:05:47.028-07:00Syeh Abdul Qodir Al Jaelani<h1 id="firstHeading" class="firstHeading">Syekh Abdul Qadir Jaelani</h1> <h3 id="siteSub">Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas</h3> <div id="jump-to-nav">Langsung ke: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Syekh_Abdul_Qadir_Jaelani#column-one">navigasi</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Syekh_Abdul_Qadir_Jaelani#searchInput">cari</a></div> <!-- start content --> <p><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Syekh" title="Syekh">Syekh</a> Abdul Qodir al Jaelani</b> (bernama lengkap <b>Muhyi al Din Abu Muhammad Abdul Qodir ibn Abi Shalih Zango Dost al Jaelani</b>). Lahir di <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jailan&action=edit&redlink=1" class="new" title="Jailan (halaman belum tersedia)">Jailan</a> atau Kailan tahun 470 <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hijriyah" title="Hijriyah" class="mw-redirect">H</a>/<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1077" title="1077">1077</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Masehi" title="Masehi">M</a> sehingga di akhir nama beliau ditambahkan kata al Jailani atau al Kailani atau juga al Jiliydan. Biografi beliau dimuat dalam Kitab الذيل على طبق الحنابلة <i>Adz Dzail ‘Ala Thabaqil Hanabilah</i> I/301-390, nomor 134, karya Imam Ibnu Rajab al Hambali. Beliau wafat pada hari Sabtu malam, setelah magrib, pada tanggal 9 <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rabiul_akhir" title="Rabiul akhir">Rabiul akhir</a> di daerah Babul Azajwafat di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Baghdad" title="Baghdad" class="mw-redirect">Baghdad</a> pada 561 H/<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1166" title="1166">1166</a> M.</p> <table id="toc" class="toc" summary="Daftar isi"> <tbody><tr> <td> <div id="toctitle"> <h2>Daftar isi</h2> <span class="toctoggle">[<a href="javascript:toggleToc()" class="internal" id="togglelink">sembunyikan</a>]</span></div> <ul><li class="toclevel-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Syekh_Abdul_Qadir_Jaelani#Masa_Muda"><span class="tocnumber">1</span> <span class="toctext">Masa Muda</span></a></li><li class="toclevel-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Syekh_Abdul_Qadir_Jaelani#Murid-Murid"><span class="tocnumber">2</span> <span class="toctext">Murid-Murid</span></a></li><li class="toclevel-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Syekh_Abdul_Qadir_Jaelani#Perkataan_Ulama_tentang_Beliau"><span class="tocnumber">3</span> <span class="toctext">Perkataan Ulama tentang Beliau</span></a></li><li class="toclevel-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Syekh_Abdul_Qadir_Jaelani#Tentang_Karamahnya"><span class="tocnumber">4</span> <span class="toctext">Tentang Karamahnya</span></a></li><li class="toclevel-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Syekh_Abdul_Qadir_Jaelani#Karya"><span class="tocnumber">5</span> <span class="toctext">Karya</span></a></li><li class="toclevel-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Syekh_Abdul_Qadir_Jaelani#Beberapa_Ajaran_Beliau"><span class="tocnumber">6</span> <span class="toctext">Beberapa Ajaran Beliau</span></a></li><li class="toclevel-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Syekh_Abdul_Qadir_Jaelani#Awal_Kemasyhuran"><span class="tocnumber">7</span> <span class="toctext">Awal Kemasyhuran</span></a></li><li class="toclevel-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Syekh_Abdul_Qadir_Jaelani#Beberapa_Kejadian_Penting"><span class="tocnumber">8</span> <span class="toctext">Beberapa Kejadian Penting</span></a></li><li class="toclevel-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Syekh_Abdul_Qadir_Jaelani#Hubungan_Guru_dan_Murid"><span class="tocnumber">9</span> <span class="toctext">Hubungan Guru dan Murid</span></a></li><li class="toclevel-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Syekh_Abdul_Qadir_Jaelani#Lain-Lain"><span class="tocnumber">10</span> <span class="toctext">Lain-Lain</span></a></li><li class="toclevel-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Syekh_Abdul_Qadir_Jaelani#Pranala_luar"><span class="tocnumber">11</span> <span class="toctext">Pranala luar</span></a></li><li class="toclevel-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Syekh_Abdul_Qadir_Jaelani#Referensi"><span class="tocnumber">12</span> <span class="toctext">Referensi</span></a></li></ul> </td> </tr> </tbody></table> <script type="text/javascript"> //<![CDATA[ if (window.showTocToggle) { var tocShowText = "tampilkan"; var tocHideText = "sembunyikan"; showTocToggle(); } //]]> </script> <p><a name="Masa_Muda" id="Masa_Muda"></a></p> <h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Syekh_Abdul_Qadir_Jaelani&action=edit&section=1" title="Sunting bagian: Masa Muda">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline">Masa Muda</span></h2> <p>Dalam usia 8 tahun ia sudah meninggalkan Jilan menuju Baghdad pada tahun 488 H/<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1095" title="1095">1095</a> M. Karena tidak diterima belajar di Madrasah Nizhamiyah Baghdad, yang waktu itu dipimpin <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ahmad_al_Ghazali&action=edit&redlink=1" class="new" title="Ahmad al Ghazali (halaman belum tersedia)">Ahmad al Ghazali</a>, yang menggantikan saudaranya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Al-Ghazali" title="Al-Ghazali">Abu Hamid al Ghazali</a>. Di Baghdad beliau belajar kepada beberapa orang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ulama" title="Ulama">ulama</a> seperti <b><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ibnu_Aqil&action=edit&redlink=1" class="new" title="Ibnu Aqil (halaman belum tersedia)">Ibnu Aqil</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Abul_Khatthat&action=edit&redlink=1" class="new" title="Abul Khatthat (halaman belum tersedia)">Abul Khatthat</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Abul_Husein_al_Farra%E2%80%99&action=edit&redlink=1" class="new" title="Abul Husein al Farra’ (halaman belum tersedia)">Abul Husein al Farra’</a> dan juga <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Abu_Sa%E2%80%99ad_al_Muharrimi&action=edit&redlink=1" class="new" title="Abu Sa’ad al Muharrimi (halaman belum tersedia)">Abu Sa’ad al Muharrimi</a></b>. Belaiu menimba ilmu pada ulama-ulama tersebut hingga mampu menguasai <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ushuludin&action=edit&redlink=1" class="new" title="Ushuludin (halaman belum tersedia)">ilmu-ilmu ushul</a> dan juga perbedaan-perbedaan pendapat para ulama. Dengan kemampuan itu, Abu Sa’ad al Mukharrimi yang membangun sekolah kecil-kecilan di daerah Babul Azaj menyerahkan pengelolaan sekolah itu sepenuhnya kepada Syeikh Abdul Qadir al Jailani. Beliau mengelola sekolah ini dengan sungguh-sungguh. Bermukim di sana sambil memberikan nasehat kepada orang-orang di sekitar sekolah tersebut. Banyak orang yang bertaubat setelah mendengar nasehat beliau. Banyak pula orang yang bersimpati kepada beliau, lalu datang menimba ilmu di sekolah beliau hingga sekolah itu tidak mampu menampung lagi.</p> <p><a name="Murid-Murid" id="Murid-Murid"></a></p> <h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Syekh_Abdul_Qadir_Jaelani&action=edit&section=2" title="Sunting bagian: Murid-Murid">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline">Murid-Murid</span></h2> <p>Murid-murid beliau banyak yang menjadi ulama terkenal, seperti al Hafidz Abdul Ghani yang menyusun kitab <i>Umdatul Ahkam Fi Kalami Khairil Anam</i>, Syeikh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Qudamah" title="Ibnu Qudamah">Qudamah</a>, penyusun kitab fiqh terkenal <i>al Mughni</i>.</p> <p><a name="Perkataan_Ulama_tentang_Beliau" id="Perkataan_Ulama_tentang_Beliau"></a></p> <h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Syekh_Abdul_Qadir_Jaelani&action=edit&section=3" title="Sunting bagian: Perkataan Ulama tentang Beliau">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline">Perkataan Ulama tentang Beliau</span></h2> <p>Syeikh Ibnu Qudamah sempat tinggal bersama beliau selama satu <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bulan" title="Bulan">bulan</a> sembilan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hari" title="Hari">hari</a>. Kesempatan ini digunakan untuk belajar kepada Syeikh Abdul Qadir al Jailani sampai beliau meninggal dunia. (<i>Siyar A’lamin Nubala</i> XX/442).</p> <p>Syeikh Ibnu Qudamah rahimahullah ketika ditanya tentang Syeikh Abdul Qadir menjawab, ”Kami sempat berjumpa dengan beliau di akhir masa kehidupannya. Beliau menempatkan kami di sekolahnya. Beliau sangat perhatian terhadap kami. Kadang beliau mengutus putra beliau yang bernama Yahya untuk menyalakan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lampu" title="Lampu">lampu</a> buat kami. Beliau senantiasa menjadi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Imam" title="Imam">imam</a> dalam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Shalat" title="Shalat">shalat</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Fardhu" title="Fardhu">fardhu</a>.”</p> <p>Beliau adalah seorang yang berilmu, ber<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aqidah" title="Aqidah">aqidah</a> <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ahlussunnah&action=edit&redlink=1" class="new" title="Ahlussunnah (halaman belum tersedia)">Ahlu Sunnah</a>, dan mengikuti jalan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Salaf" title="Salaf">Salaf al Shalih</a>. Belaiau dikenal pula banyak memiliki <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Karamah&action=edit&redlink=1" class="new" title="Karamah (halaman belum tersedia)">karamah</a>. Tetapi, banyak (pula) orang yang membuat-buat kedustaan atas nama beliau. Kedustaan itu baik berupa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kisah" title="Kisah">kisah-kisah</a>, perkataan-perkataan, <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ajaran&action=edit&redlink=1" class="new" title="Ajaran (halaman belum tersedia)">ajaran-ajaran</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tarekat" title="Tarekat">tariqah (tarekat/jalan)</a> yang berbeda dengan jalan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rasulullah" title="Rasulullah">Rasulullah</a>, para sahabatnya, dan lainnya. Di antaranya dapat diketahui dari pendapat Imam Ibnu Rajab.</p> <p><a name="Tentang_Karamahnya" id="Tentang_Karamahnya"></a></p> <h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Syekh_Abdul_Qadir_Jaelani&action=edit&section=4" title="Sunting bagian: Tentang Karamahnya">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline">Tentang Karamahnya</span></h2> <p>Syeikh Abdul Qadir al Jaelani adalah seorang yang diagungkan pada masanya. Diagungkan oleh para syeikh, ulama, dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Zuhud" title="Zuhud">ahli zuhud</a>. Beliau banyak memiliki keutamaan dan karamah. Tetapi, ada seorang yang bernama al Muqri’ Abul Hasan asy Syathnufi al Mishri (nama lengkapnya adalah Ali Ibnu Yusuf bin Jarir al Lakhmi asy Syathnufi) yang mengumpulkan kisah-kisah dan keutamaan-keutamaan Syeikh Abdul Qadir al Jailani dalam tiga jilid kitab. Al Muqri' lahir di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kairo" title="Kairo">Kairo</a> tahun 640 H, meninggal tahun 713 H. Dia dituduh berdusta dan tidak bertemu dengan Syeikh Abdul Qadir al Jailani. Dia telah menulis perkara-perkara yang aneh dan besar (kebohongannya).</p> <p>"Cukuplah seorang itu berdusta, jika dia menceritakan yang dia dengar", demikian kata Imam Ibnu Rajab. "Aku telah melihat sebagian kitab ini, tetapi hatiku tidak tentram untuk berpegang dengannya, sehingga aku tidak me<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Riwayat&action=edit&redlink=1" class="new" title="Riwayat (halaman belum tersedia)">riwayatkan</a> apa yang ada di dalamnya. Kecuali kisah-kisah yang telah masyhur dan terkenal dari selain kitab ini. Karena kitab ini banyak berisi riwayat dari orang-orang yang tidak dikenal. Juga terdapat perkara-perkara yang jauh dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Agama" title="Agama">agama</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Akal&action=edit&redlink=1" class="new" title="Akal (halaman belum tersedia)">akal</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sesat" title="Sesat">kesesatan-kesesatan</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Dakwa&action=edit&redlink=1" class="new" title="Dakwa (halaman belum tersedia)">dakwaan-dakwaan</a> dan perkataan yang <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Batil&action=edit&redlink=1" class="new" title="Batil (halaman belum tersedia)">batil</a> tidak berbatas, seperti kisah Syeikh Abdul Qadir menghidupkan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ayam" title="Ayam">ayam</a> yang telah mati, dan sebagainya. Semua itu tidak pantas <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Nisbat&action=edit&redlink=1" class="new" title="Nisbat (halaman belum tersedia)">dinisbatkan</a> kepada Syeikh Abdul Qadir al Jailani rahimahullah."</p> <p>Kemudian didapatkan pula bahwa al Kamal Ja’far al Adfwi (nama lengkapnya Ja’far bin Tsa’lab bin Ja’far bin Ali bin Muthahhar bin Naufal al Adfawi), seorang ulama <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mazhab" title="Mazhab">bermadzhab</a> <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Syafi%E2%80%99i&action=edit&redlink=1" class="new" title="Syafi’i (halaman belum tersedia)">Syafi’i</a>. Ia dilahirkan pada pertengahan bulan <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sya%E2%80%99ban&action=edit&redlink=1" class="new" title="Sya’ban (halaman belum tersedia)">Sya’ban</a> tahun 685 H dan wafat tahun 748 H di Kairo. Biografi beliau dimuat oleh al Hafidz di dalam kitab <i>Ad Durarul Kaminah</i>, biografi nomor 1452. al Kamal menyebutkan bahwa asy Syathnufi sendiri tertuduh berdusta atas kisah-kisah yang diriwayatkannya dalam kitab ini.(Dinukil dari kitab <i>At Tashawwuf Fii Mizanil Bahtsi Wat Tahqiq</i>, hal. 509, karya Syeikh Abdul Qadir bin Habibullah as Sindi, Penerbit Darul Manar, Cet. II, 8 <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dzulkaidah" title="Dzulkaidah"><i>Dzulqa'dah</i></a> 1415 H / 8 April 1995 M.).</p> <p><a name="Karya" id="Karya"></a></p> <h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Syekh_Abdul_Qadir_Jaelani&action=edit&section=5" title="Sunting bagian: Karya">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline">Karya</span></h2> <p>Imam Ibnu Rajab juga berkata, ”Syeikh Abdul Qadir al Jailani rahimahullah memiliki pemahaman yang bagus dalam masalah tauhid, sifat-sifat <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Allah" title="Allah">Allah</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Takdir" title="Takdir">takdir</a>, dan <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ma%27rifat&action=edit&redlink=1" class="new" title="Ma'rifat (halaman belum tersedia)">ilmu-ilmu ma’rifat</a> yang sesuai dengan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sunnah" title="Sunnah">sunnah</a>."</p> <p>Karya beliau, antara lain :</p> <ol><li><i>al Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq</i>,</li><li><i>Futuhul Ghaib</i>.</li></ol> <p>Murid-muridnya mengumpulkan ihwal yang berkaitan dengan nasehat dari majelis-majelis beliau. Dalam masalah-masalah sifat, takdir dan lainnya, ia berpegang dengan sunnah. Beliau membantah dengan keras terhadap orang-orang yang menyelisihi sunnah.</p> <p><a name="Beberapa_Ajaran_Beliau" id="Beberapa_Ajaran_Beliau"></a></p> <h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Syekh_Abdul_Qadir_Jaelani&action=edit&section=6" title="Sunting bagian: Beberapa Ajaran Beliau">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline">Beberapa Ajaran Beliau</span></h2> <p>Sam’ani berkata, ” Syeikh Abdul Qadir Al Jailani adalah penduduk kota Jailan. Beliau seorang Imam bermadzhab Hambali. Menjadi guru besar madzhab ini pada masa hidup beliau.” Imam Adz Dzahabi menyebutkan biografi Syeikh Abdul Qadir Al Jailani dalam Siyar A’lamin Nubala, dan menukilkan perkataan Syeikh sebagai berikut,”Lebih dari lima ratus orang masuk Islam lewat tanganku, dan lebih dari seratus ribu orang telah bertaubat.”</p> <p>Imam Adz Dzahabi menukilkan perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan Syeikh Abdul Qadir yang aneh-aneh sehingga memberikan kesan seakan-akan beliau mengetahui hal-hal yang ghaib. Kemudian mengakhiri perkataan, ”Intinya Syeikh Abdul Qadir memiliki kedudukan yang agung. Tetapi terdapat kritikan-kritikan terhadap sebagian perkataannya dan Allah menjanjikan (ampunan atas kesalahan-kesalahan orang beriman ). Namun sebagian perkataannya merupakan kedustaan atas nama beliau.”( Siyar XX/451 ). Imam Adz Dzahabi juga berkata, ” Tidak ada seorangpun para kibar masyasyeikh yang riwayat hidup dan karamahnya lebih banyak kisah hikayat, selain Syeikh Abdul Qadir Al Jailani, dan banyak diantara riwayat-riwayat itu yang tidak benar bahkan ada yang mustahil terjadi“.</p> <p>Syeikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhali berkata dalam kitabnya, Al Haddul Fashil,hal.136, ” Aku telah mendapatkan aqidah beliau ( Syeikh Abdul Qadir Al Jaelani ) didalam kitabnya yang bernama Al Ghunyah. (Lihat kitab Al-Ghunyah I/83-94) Maka aku mengetahui bahwa dia sebagai seorang Salafi. Beliau menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah dan aqidah-aqidah lainnya di atas manhaj Salaf. Beliau juga membantah kelompok-kelompok Syi’ah, Rafidhah, Jahmiyyah, Jabariyyah, Salimiyah, dan kelompok lainnya dengan manhaj Salaf.” (At Tashawwuf Fii Mizanil Bahtsi Wat Tahqiq, hal. 509, karya Syeikh Abdul Qadir bin Habibullah As Sindi, Penerbit Darul Manar, Cet. II, 8 Dzulqa’dah 1415 H / 8 April 1995 M.)</p> <p>Inilah tentang beliau secara ringkas. Seorang ‘alim Salafi, Sunni, tetapi banyak orang yang menyanjung dan membuat kedustaan atas nama beliau. Sedangkan beliau berlepas diri dari semua kebohongan itu. <i>Wallahu a’lam bishshawwab</i>.</p> <p><a name="Awal_Kemasyhuran" id="Awal_Kemasyhuran"></a></p> <h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Syekh_Abdul_Qadir_Jaelani&action=edit&section=7" title="Sunting bagian: Awal Kemasyhuran">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline">Awal Kemasyhuran</span></h2> <p>Al-Jaba’i berkata bahwa Syaikh Abdul Qadir al-Jaelani pernah berkata kepadanya, “Tidur dan bangunku sudah diatur. Pada suatu saat dalam dadaku timbul keinginan yang kuat untuk berbicara. Begitu kuatnya sampai aku merasa tercekik jika tidak berbicara. Dan ketika berbicara, aku tidak dapat menghentikannya. Pada saat itu ada dua atau tiga orang yang mendengarkan perkataanku. Kemudian mereka mengabarkan apa yang aku ucapkan kepada orang-orang, dan merekapun berduyun-duyun mendatangiku di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid" title="Masjid">masjid</a> Bab Al-Halbah. Karena tidak memungkinkan lagi, aku dipindahkan ke tengah kota dan dikelilingi dengan lampu. Orang-orang tetap datang di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Malam" title="Malam">malam</a> hari dengan membawa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lilin" title="Lilin">lilin</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Obor&action=edit&redlink=1" class="new" title="Obor (halaman belum tersedia)">obor</a> hingga memenuhi tempat tersebut. Kemudian, aku dibawa ke luar kota dan ditempatkan di sebuah <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Mushalla&action=edit&redlink=1" class="new" title="Mushalla (halaman belum tersedia)">mushalla</a>. Namun, orang-orang tetap datang kepadaku, dengan mengendarai <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kuda" title="Kuda">kuda</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Unta" title="Unta">unta</a> bahkan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Keledai" title="Keledai">keledai</a> dan menempati tempat di sekelilingku. Saat itu hadir sekitar 70 orang para wali <i>radhiallahu 'anhum]].</i></p> <p>Kemudian, Syaikh Abdul Qadir melanjutkan, “Aku melihat Rasulullah SAW sebelum <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dzuhur" title="Dzuhur" class="mw-redirect">dzuhur</a>, beliau berkata kepadaku, "anakku, mengapa engkau tidak berbicara?". Aku menjawab, "Ayahku, bagaimana aku yang non arab ini berbicara di depan orang-orang fasih dari Baghdad?". Beliau berkata, "buka mulutmu". Lalu, beliau meniup 7 kali ke dalam mulutku kemudian berkata, ”bicaralah dan ajak mereka ke jalan Allah dengan <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hikmah&action=edit&redlink=1" class="new" title="Hikmah (halaman belum tersedia)">hikmah</a> dan peringatan yang baik”. Setelah itu, aku shalat dzuhur dan duduk serta mendapati jumlah yang sangat luar biasa banyaknya sehingga membuatku gemetar. Kemudian aku melihat <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ali" title="Ali">Ali</a> r.a. datang dan berkata, "buka mulutmu". Beliau lalu meniup 6 kali ke dalam mulutku dan ketika aku bertanya kepadanya mengapa beliau tidak meniup 7 kali seperti yang dilakukan Rasulullah SAW, beliau menjawab bahwa beliau melakukan itu karena rasa hormat beliau kepada RasuluLlah SAW. Kemudian, aku berkata, "Pikiran, sang penyelam yang mencari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mutiara" title="Mutiara">mutiara</a> ma’rifah dengan menyelami laut hati, mencampakkannya ke pantai dada , dilelang oleh lidah sang calo, kemudian dibeli dengan permata ketaatan dalam rumah yang diizinkan Allah untuk diangkat”. Beliau kemudian menyitir, "Dan untuk wanita seperti Laila, seorang pria dapat membunuh dirinya dan menjadikan maut dan siksaan sebagai sesuatu yang manis."</p> <p>Dalam beberapa manuskrip didapatkan bahwa Syaikh Abdul Qadir al Jaelani berkata, ”Sebuah suara berkata kepadaku saat aku berada di pengasingan diri, "kembali ke Baghdad dan ceramahilah orang-orang". Aku pun ke Baghdad dan menemukan para penduduknya dalam kondisi yang tidak aku sukai dan karena itulah aku tidak jadi mengikuti mereka". "Sesungguhnya" kata suara tersebut, "Mereka akan mendapatkan manfaat dari keberadaan dirimu". "Apa hubungan mereka dengan keselamatan agamaku/keyakinanku" tanyaku. "Kembali (ke <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Baghdad" title="Baghdad" class="mw-redirect">Baghdad</a>) dan engkau akan mendapatkan keselamatan agamamu" jawab suara itu.</p> <p>Aku pun menbuat 70 perjanjian dengan Allah. Di antaranya adalah tidak ada seorang pun yang menentangku dan tidak ada seorang muridku yang meninggal kecuali dalam keadaan bertaubat. Setelah itu, aku kembali ke Baghdad dan mulai berceramah.</p> <p><a name="Beberapa_Kejadian_Penting" id="Beberapa_Kejadian_Penting"></a></p> <h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Syekh_Abdul_Qadir_Jaelani&action=edit&section=8" title="Sunting bagian: Beberapa Kejadian Penting">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline">Beberapa Kejadian Penting</span></h2> <p>Suatu ketika, saat aku berceramah aku melihat sebuah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cahaya" title="Cahaya">cahaya</a> terang benderang mendatangi aku. "Apa ini dan ada apa?" tanyaku. "Rasulullah SAW akan datang menemuimu untuk memberikan selamat" jawab sebuah suara. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sinar" title="Sinar">Sinar</a> tersebut semakin membesar dan aku mulai masuk dalam kondisi <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Spiritual&action=edit&redlink=1" class="new" title="Spiritual (halaman belum tersedia)">spiritual</a> yang membuatku setengah <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sadar&action=edit&redlink=1" class="new" title="Sadar (halaman belum tersedia)">sadar</a>. Lalu, aku melihat RasuLullah SAW di depan <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Mimbar&action=edit&redlink=1" class="new" title="Mimbar (halaman belum tersedia)">mimbar</a>, mengambang di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Udara" title="Udara">udara</a> dan memanggilku, "Wahai Abdul Qadir". Begitu gembiranya aku dengan kedatangan Rasulullah SAW, aku melangkah naik ke udara menghampirinya. Beliau meniup ke dalam mulutku 7 kali. Kemudian Ali datang dan meniup ke dalam mulutku 3 kali. "Mengapa engkau tidak melakukan seperti yang dilakukan Rasulullah SAW?" tanyaku kepadanya. "Sebagai rasa hormatku kepada Rasulullah SAW" jawab beliau.</p> <p>Rasulullah SAW kemudian memakaikan jubah kehormatan kepadaku. "apa ini?" tanyaku. "Ini" jawab Rasulullah, "adalah jubah kewalianmu dan dikhususkan kepada orang-orang yang mendapat derajad <i>Qutb</i> dalam jenjang kewalian". Setelah itu, aku pun tercerahkan dan mulai berceramah.</p> <p>Saat <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Khidir" title="Khidir">Khidir</a> as. Datang hendak mengujiku dengan ujian yang diberikan kepada para wali sebelumku, Allah membukakan rahasianya dan apa yang akan dikatakannya kepadaku. Aku berkata kepadanya, ”Wahai Khidir, apabila engkau berkata kepadaku, "Engkau tidak akan sabar kepadaku", aku akan berkata kepadamu, "Engkau tidak akan sabar kepadaku". "Wahai Khidir, Engkau termasuk golongan Israel sedangkan aku termasuk golongan Muhammad, inilah aku dan engkau. Aku dan engkau seperti sebuah bola dan lapangan, yang ini <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad" title="Muhammad">Muhammad</a> dan yang ini ar Rahman, ini kuda berpelana, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Busur" title="Busur" class="mw-redirect">busur</a> terentang dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pedang" title="Pedang">pedang</a> terhunus.”</p> <p>Al-Khattab pelayan Syaikh Abdul QAdir meriwayatkan bahwa suatu hari ketika beliau sedang berceramah tiba-tiba beliau berjalan naik ke udara dan berkata, “Hai orang Israel, dengarkan apa yang dikatakan oleh kaum Muhammad” lalu kembali ke tempatnya. Saat ditanya mengenai hal tersebut beliau menjawab, ”Tadi Abu Abbas al Khidir as lewat dan aku pun berbicara kepadanya seperti yang kalian dengar tadi dan ia berhenti”.</p> <p><a name="Hubungan_Guru_dan_Murid" id="Hubungan_Guru_dan_Murid"></a></p> <h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Syekh_Abdul_Qadir_Jaelani&action=edit&section=9" title="Sunting bagian: Hubungan Guru dan Murid">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline">Hubungan Guru dan Murid</span></h2> <p>Guru dan teladan kita Syaikh Abdul Qadir al Jilli berkata, ”Seorang Syaikh tidak dapat dikatakan mencapai puncak spiritual kecuali apabila 12 karakter berikut ini telah mendarah daging dalam dirinya.</p> <ol><li>Dua karakter dari Allah yaitu dia menjadi seorang yang <i>sattar</i> (menutup aib) dan <i>ghaffar</i> (pemaaf).</li><li>Dua karakter dari Rasulullah SAW yaitu penyayang dan lembut.</li><li>Dua karakter dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Bakar" title="Abu Bakar">Abu Bakar</a> yaitu jujur dan dapat dipercaya.</li><li>Dua karakter dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Umar" title="Umar">Umar</a> yaitu amar ma’ruf nahi munkar.</li><li>Dua karakter dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Utsman_bin_Affan" title="Utsman bin Affan">Utsman</a> yaitu dermawan dan bangun (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tahajjud" title="Tahajjud" class="mw-redirect">tahajjud</a>) pada waktu orang lain sedang tidur.</li><li>Dua karakter dari Ali yaitu aalim (<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Cerdas&action=edit&redlink=1" class="new" title="Cerdas (halaman belum tersedia)">cerdas</a>/<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Intelek&action=edit&redlink=1" class="new" title="Intelek (halaman belum tersedia)">intelek</a>) dan pemberani.</li></ol> <p>Masih berkenaan dengan pembicaraan di atas dalam bait <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Syair" title="Syair">syair</a> yang dinisbatkan kepada beliau dikatakan:</p> <p>Bila lima perkara tidak terdapat dalam diri seorang syaikh maka ia adalah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dajjal" title="Dajjal">Dajjal</a> yang mengajak kepada kesesatan.</p> <p>Dia harus sangat mengetahui hukum-hukum <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Syariat" title="Syariat" class="mw-redirect">syariat</a> dzahir, mencari ilmu <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hakekat&action=edit&redlink=1" class="new" title="Hakekat (halaman belum tersedia)">hakikah</a> dari sumbernya, hormat dan ramah kepada tamu, lemah lembut kepada si miskin, mengawasi para muridnya sedang ia selalu merasa diawasi oleh Allah.</p> <p>Syaikh Abdul Qadir juga menyatakan bahwa Syaikh al Junaid mengajarkan standar al Quran dan Sunnah kepada kita untuk menilai seorang syaikh. Apabila ia tidak hafal al Quran, tidak menulis dan menghafal Hadits, dia tidak pantas untuk diikuti.</p> <p>Menurut saya (penulis buku) yang harus dimiliki seorang syaikh ketika mendidik seseorang adalah dia menerima si murid untuk Allah, bukan untuk dirinya atau alasan lainnya. Selalu menasihati muridnya, mengawasi muridnya dengan pandangan kasih. Lemah lembut kepada muridnya saat sang murid tidak mampu menyelesaikan <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Riyadhah&action=edit&redlink=1" class="new" title="Riyadhah (halaman belum tersedia)">riyadhah</a>. Dia juga harus mendidik si murid bagaikan anak sendiri dan orang tua penuh dengan kasih dan kelemahlembutan dalam mendidik anaknya. Oleh karena itu, dia selalu memberikan yang paling mudah kepada si murid dan tidak membebaninya dengan sesuatu yang tidak mampu dilakukannya. Dan setelah sang murid bersumpah untuk bertobat dan selalu taat kepada Allah baru sang syaikh memberikan yang lebih berat kepadanya. Sesungguhnya <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bai%E2%80%99at&action=edit&redlink=1" class="new" title="Bai’at (halaman belum tersedia)">bai’at</a> bersumber dari hadits Rasulullah SAW ketika beliau mengambil bai’at para sahabatnya.</p> <p>Kemudian dia harus <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Talkin&action=edit&redlink=1" class="new" title="Talkin (halaman belum tersedia)">mentalqin</a> si murid dengan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Zikir" title="Zikir">zikir</a> lengkap dengan silsilahnya. Sesungguhnya Ali ra. bertanya kepada Rasulullah SAW, "Wahai Rasulullah, jalan manakah yang terdekat untuk sampai kepada Allah, paling mudah bagi hambanya dan paling <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Afdhal&action=edit&redlink=1" class="new" title="Afdhal (halaman belum tersedia)">afdhal</a> di sisi-Nya. Rasulullah berkata, "Ali, hendaknya jangan putus berzikir (mengingat) kepada Allah dalam <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Khalwat&action=edit&redlink=1" class="new" title="Khalwat (halaman belum tersedia)">khalwat</a> (<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kontemplasi&action=edit&redlink=1" class="new" title="Kontemplasi (halaman belum tersedia)">kontemplasinya</a>)". Kemudian, Ali ra. kembali berkata, "Hanya demikiankah <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Fadhilah&action=edit&redlink=1" class="new" title="Fadhilah (halaman belum tersedia)">fadhilah</a> zikir, sedangkan semua orang berzikir". Rasulullah berkata, "Tidak hanya itu wahai Ali, kiamat tidak akan terjadi di muka bumi ini selama masih ada orang yang mengucapkan 'Allah', 'Allah'. "Bagaimana aku berzikir?" tanya Ali. Rasulullah bersabda, "Dengarkan apa yang aku ucapkan. Aku akan mengucapkannya sebanyak tiga kali dan aku akan mendengarkan engkau mengulanginya sebanyak tiga kali pula". Lalu, Rasulullah berkata, “<i>Laa ilaaha illallah</i>” sebanyak tiga kali dengan mata terpejam dan suara keras. Ucapan tersebut di ulang oleh Ali dengan cara yang sama seperti yang Rasulullah lakukan. Inilah asal talqin kalimat <i>Laa ilaaha Illallah</i>. Semoga Allah memberikan taufiknya kepada kita dengan kalimat tersebut.</p> <p>Syaikh Abdul Qadir berkata, ”Kalimat tauhid akan sulit hadir pada seorang individu yang belum di talqin dengan zikir bersilsilah kepada Rasullullah oleh <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Mursyid&action=edit&redlink=1" class="new" title="Mursyid (halaman belum tersedia)">mursyidnya</a> saat menghadapi sakaratul maut”.</p> <p>Karena itulah Syaikh Abdul Qadir selalu mengulang-ulang syair yang berbunyi: Wahai yang enak diulang dan diucapkan (kalimat tauhid) jangan engkau lupakan aku saat perpisahan (maut).</p> <p><a name="Lain-Lain" id="Lain-Lain"></a></p> <h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Syekh_Abdul_Qadir_Jaelani&action=edit&section=10" title="Sunting bagian: Lain-Lain">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline">Lain-Lain</span></h2> <p>Kesimpulannya beliau adalah seorang ‘ulama besar. Apabila sekarang ini banyak kaum muslimin menyanjung-nyanjungnya dan mencintainya, maka itu adalah suatu kewajaran. Bahkan suatu keharusan. Akan tetapi kalau meninggi-ninggikan derajat beliau di atas Rasulullah shollallahu’alaihi wasalam, maka hal ini merupakan kekeliruan yang fatal. Karena Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasalam adalah rasul yang paling mulia diantara para nabi dan rasul. Derajatnya tidak akan terkalahkan disisi Allah oleh manusia manapun. Adapun sebagian kaum muslimin yang menjadikan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani sebagai wasilah ( perantara ) dalam do’a mereka, berkeyakinan bahwa do’a seseorang tidak akan dikabulkan oleh Allah, kecuali dengan perantaranya. Ini juga merupakan kesesatan. Menjadikan orang yang meninggal sebagai perantara, maka tidak ada syari’atnya dan ini diharamkan. Apalagi kalau ada orang yang berdo’a kepada beliau. Ini adalah sebuah kesyirikan besar. Sebab do’a merupakan salah satu bentuk ibadah yang tidak diberikan kepada selain Allah. Allah melarang mahluknya berdo’a kepada selain Allah. "Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya disamping (menyembah ) Allah. ( QS. Al-Jin : 18 )"</p> <p>Jadi sudah menjadi keharusan bagi setiap muslim untuk memperlakukan para ‘ulama dengan sebaik mungkin, namun tetap dalam batas-batas yang telah ditetapkan syari’ah. Akhirnya mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan petunjuk kepada kita sehingga tidak tersesat dalam kehidupan yang penuh dengan fitnah ini.</p> <p>Pada tahun 521 H/<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1127" title="1127">1127</a> M, dia mengajar dan berfatwa dalam semua madzhab pada masyarakat sampai dikenal masyarakat luas. Selama 25 tahun Abdul Qadir Jaelani menghabiskan waktunya sebagai pengembara <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sufi" title="Sufi">sufi</a> di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Padang_Pasir" title="Padang Pasir" class="mw-redirect">Padang Pasir</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Iraq" title="Iraq" class="mw-redirect">Iraq</a> dan akhirnya dikenal oleh dunia sebagai tokoh sufi besar dunia <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam" title="Islam">Islam</a>. Selain itu dia memimpin madrasah dan ribath di Baghdad yang didirikan sejak 521 H sampai wafatnya di tahun 561 H. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Madrasah" title="Madrasah">Madrasah</a> itu tetap bertahan dengan dipimpin anaknya Abdul Wahab (552-593 H/1151-1196 M), diteruskan anaknya Abdul Salam (611 H/1214 M). Juga dipimpin anak kedua Abdul Qadir Jaelani, Abdul Razaq (528-603 H/1134-1206 M), sampai hancurnya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Baghdad" title="Baghdad" class="mw-redirect">Baghdad</a> pada tahun 656 H/1258 M.</p> <p>Syeikh Abdul Qadir Jaelani juga dikenal sebagai pendiri sekaligus penyebar salah satu <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tarekat" title="Tarekat">tarekat</a> terbesar didunia bernama <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tarekat_Qodiriyah" title="Tarekat Qodiriyah">Tarekat Qodiriyah</a>.</p>Irwanhttp://www.blogger.com/profile/03401834275701612256noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3983798022146536283.post-73352234538456602262009-04-17T19:58:00.000-07:002009-04-17T19:59:25.077-07:00IBNU TAYMIYAH<h2 class="title">Ibnu Taymiyah</h2> <div class="meta"> <p>Posted by admin On 23 October 2008 3 Commented</p> </div> <div class="entry"> <p>Taman rindang itu dipenuhi beraneka tanaman. Bunga-bunga mewangi, sementara buah ranum menyembul disela-sela dahannya yang rimbun. Disatu pojok, sebatang tunas tumbuh dan berkembang dengan segarnya. Batangnya kokoh, rantingnya dihiasi pucuk-pucuk daun lebat dengan akar terhujam kebumi. Tunas itu khas. Ia berada ditempat yang khas. Jika fajar menyingsing sinar mentari menerpa pucuk-pucuknya. Ketika siang menjelang ia dipayungi rimbunan dahan di sekitarnya. Dan saat petang beranjak, sang raja siangpun sempat menyapa selamat tinggal melalui sinarnya yang lembut. Sang tunas tumbuh dalam suasana hangat. Maka tak heran jika ia tumbuh dalam, berbuah lebat, berbatang kokoh dan berdahan rindang. Tunas itu adalah Taqiyyudin Ahmad bin Abdilhalim bin Taymiyyah.</p> <p><span id="more-187"></span>Ia berasal dari keluarga taqwa. Ayahnya Syihabuddin bin Taymiyyah. Seorang Syaikh, hakim, khatib, ‘alim dan wara’. Kakeknya Majduddin Abul Birkan Abdussalam bin Abdullah bin Taymiyyah Al-Harrani. Syaikhul Islam, Ulama fiqih, ahli hadits, tafsir, Ilmu Ushul dan hafidz.</p> <p>Lahir di harran, 10 Rabiul Awwal 661 H di zaman ketika Baghdad merupakan pusat kekuasaan dan budaya Islam. Ketika berusia enam tahun, Taymiyyah kecil dibawa ayahnya ke Damaskus.</p> <p>Di Damaskus ia belajar pada banyak guru. Ilmu hitung, khat, Nahwu, Ushul fiqih merupakan bagian dari ilmu yang diperolehnya. Di usia belia ia telah mereguk limpahan ilmu utama dari manusia utama. Dan satu hal ia dikaruniai Allah Ta’ala kemampuan mudah hafal dan sukar lupa. Hingga dalam usia muda , ia telah hafal Al-qur’an.</p> <p>Tak hanya itu, iapun mengimbangi ketamakannya menuntut ilmu dengan kebersihan hatinya. Ia amat suka menghadiri majelis-majelis mudzakarah (dzikir). Pada usia tujuh belas tahun kepekaannya terhadap dunia ilmu mulai kentara. Dan umur 19, ia telah memberi fatwa.</p> <p>Ibnu Taymiyyah amat menguasai rijalul Hadits (perawi hadits) dan Fununul hadits (macam-macam hadits) baik yang lemah, cacat atau shahih. Beliau memahami semua hadits yang termuat dalam Kutubus Sittah dan Al-Musnad. Dalam mengemukakan ayat-ayat sebagai hujjah, ia memiliki kehebatan yang luar biasa, sehingga mampu mengemukakan kesalahan dan kelemahan para mufassir. Tiap malam ia menulis tafsir, fiqh, ilmu ‘ushul sambil mengomentari para filosof . Sehari semalam ia mampu menulis empat buah kurrosah (buku kecil) yang memuat berbagai pendapatnya dalam bidang syari’ah. Ibnul Wardi menuturkan dalam Tarikul Ibnul Warid bahwa karangan beliau mencapai lima ratus judul.</p> <p>Al-Washiti mengemukakan: “Demi Allah, syaikh kalian (Ibnu Taymiyyah) memiliki keagungan khuluqiyah, amaliyah, ilmiyah dan mampu menghadapi tantangan orang-orang yang menginjak-injak hak Allah dan kehormatanNya.”</p> <p><strong>Mujahid Dan Mujaddid</strong></p> <p>Dalam perjalanan hidupnya, beliau juga terjun ke masyarakat menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar. Ia tak mengambil sikap uzlah melihat merajalelanya kema’syiyatan dan kemungkaran. Suatu saat, dalam perjalanannya ke Damaskus, disebuah warung yang biasa jadi tempat berkumpulnya para pandai besi, ia melihat orang bermain catur. Ia langsung mendatangi tempat itu untuk mengambil papan catur dan membalikkannya. Mereka yang tengah bermain catur hanya termangu dan diam.</p> <p>Beliau juga pernah mengobrak-abrik tempat pemabukkan dan pendukungnya. Bahkan, pernah pada suatu jum’at, Ibnu Taymiyyah dan pengikutnya memerangi penduduk yang tinggal digunung jurdu dan Kasrawan karena mereka sesat dan rusak aqidahnya akibat perlakuan tentara tar-tar yang pernah menghancurkan kota itu. Beliau kemudian menerangkan hakikat Islam pada mereka.</p> <p>Tak hanya itu, beliau juga seorang mujahid yang menjadikan jihad sebagai jalan hidupnya. Katanya: “Jihad kami dalam hal ini adalah seperti jihad Qazan, jabaliah, Jahmiyah, Ittihadiyah dan lain-lain. Perang ini adalah sebagian nikmat besar yang dikaruniakan Allah Ta’ala pada kita dan manusia. Namun kebanyakan manusia tak banyak mengetahuinya.”</p> <p>Tahun 700 H, Syam dikepung tentara tar-tar. Ia segera mendatangi walikota Syam guna memecahkan segala kemungkinan yang terjadi. Dengan mengemukakan ayat Alqur’an ia bangkitkan keberanian membela tanah air menghalau musuh. Kegigihannya itu membuat ia dipercaya untuk meminta bantusan sultan di Kairo. Dengan argumentasi yang matang dan tepat, ia mampu menggugah hati sultan. Ia kerahkan seluruh tentaranya menuju Syam sehingga akhirnya diperoleh kemenangan yang gemilang.</p> <p>Pada Ramadhan 702 H, beliau terjun sendiri kemedan perang Syuquq yang menjadi pusat komando pasukan tar-tar. Bersama tentara Mesir, mereka semua maju bersama dibawah komando Sultan. Dengan semangat Allahu Akbar yang menggema mereka berhasil mengusir tentara tar-tar. Syuquq dapat dikuasai.</p> <p><strong>Pandangan Dan Jalan Fikiran</strong></p> <p>Pemikiran Ibnu Taymiyyah tak hanya merambah bidang syar’I, tapi juga mengupas masalah politik dan pemerintahan. Pemikiran beliau dalam bidang politik dapat dikaji dari bukunya Minhaj as-Sunnah an-Nabawiyah fi naqdh Kalam as-Syi’ah wal Qadariyah (Jalan Sunnah Nabi dalam pemyangkalan terhadap keyakinan kalangan Syi’ah dan Qadariyah), As-Siyasah as-Syar’iyah (Sistem Politik Syari’ah), Kitab al-Ikhriyaratul ‘Ilmiyah (Kitab aturan-aturan yuridis yang berdiri sendiri) dan Al-Hisbah fil Islam (Pengamat terhadap kesusilaan masyarakat dalam Islam)</p> <p>Sebagai penganut aliran salaf, beliau hanya percaya pada syari’at dan aqidah serta dalil-dalilnya yang ditunjukkan oleh nash-nash. Karena nash tersebut merupakan wahyu yang berasal dari Allah Ta’ala. Aliran ini tak percaya pada metode logika rasional yang asing bagi Islam, karena metode semacam ini tidak terdapat pada masa sahabat maupun tabi’in. Baik dalam masalah Ushuludin, fiqih, Akhlaq dan lain-lain, selalu ia kembalikan pada Qur’an dan Hadits yang mutawatir. Bila hal itu tidak dijumpai maka ia bersandar pada pendapat para sahabat, meskipun ia seringkali memberikan dalil-dalilnya berdasarkan perkataan tabi’in dan atsar-atsar yang mereka riwayatkan.</p> <p>Menurut Ibnu Taymiyyah, akal pikiran amatlah terbatas. Apalagi dalam menafsirkan Al-Qur’an maupun hadits. Ia meletakkan akal fikiran dibelakang nash-nash agama yang tak boleh berdiri sendiri. Akal tak berhak menafsirkan, menguraikan dan mentakwilkan qur’an, kecuali dalam batas-batas yang diizinkan oleh kata-kata (bahasa) dan dikuatkan oleh hadits. Akal fikiran hanyalah saksi pembenar dan penjelas dalil-dalil Al-Qur’an.</p> <p>Bagi beliau tak ada pertentangan antara cara memakai dalil naqli yang shahih dengan cara aqli yang sharih. Akal tidak berhak mengemukakan dalil sebelum didatangkan dalil naqli. Bila ada pertentangan antara aqal dan pendengaran (sam’i) maka harus didahulukan dalil qath’i, baik ia merupakan dalil qath’i maupun sam’i.</p> <p><strong>Polemik Ibnu Taymiyah</strong></p> <p>Pribadi Ibnu Taymiyyah memiliki banyak sisi. Sebuah peran yang sering terlihat adalah kegiatannya menentang segala bid’ah, khurafat dan pandangan-pandangan yang menurutnya sesat. Tak heran jika ia banyak mendapat tantangan dari para ulama.</p> <p>“Sesungguhnya saya lihat ahli-ahli bid’ah, orang-orang yang besar diombang-ambingkan hawa nafsu seperti kaum mufalsafah (ahli filsafat), Bathiniyah (pengikut kebathinan), Mulahadah (mereka yang keras menentang Allah) dan orang-orang yang menyatakan diri dengan wihdatul wujud (bersatunya hamba dengan khaliq), Dahriyah (mereka yang menyatakan segalanya waktu yang menentukan), Qadhariyah (manusia berkehendak dan berkuasa atas segala kemauannya), Nashiriyah, Jamhiyah, Hulliyah, mu’thilah, Mujassamah, Musyibihah, Rawandiyah, Kilabiyah, Salimiyah dan lain-lain yang terdiri atas orang-orang yang tenggelam dalam kesesatan, dan mereka yang telah tertarik masuk kedalamnya penuh sesat. Sebagian besar mereka bermaksud melenyapkan syari’at Muhammad yang suci, yang berada diatas segala agama. Para pemuka aliran sesat tersebut menyebabkan manusia berada dalam keraguan tentang dasar-dasar agama mereka. Sedikit sekali saya mendengan mereka menggunakan Al-qur’an dan hadits dengan sebenarnya. Mereka adalah orang-orang zindiq yang tak yakin dengan agama. Setelah saya melihat semua itu, jelaslah bagi saya bahwa wajib bagi setiap orang yang mampu untuk menentang kebathilan serta melemahkan hujjah-hujjah mereka, untuk mengerahkan tenaganya dalam menyingkap keburukkan-keburukkannya dan membatalkan dalil-dalilnya.” Demikian diantara beberapa pendapatnya yang mendapat tantangan dari mereka yang merasa dipojokkan dan disalahkan.</p> <p>Tahun 705 H, kemampuan dan keampuhan Ibnu Taymiyyah diuji. Para Qadhi berkumpul bersama sultan di istana. Setelah melalui perdebatan yang sengit antara mereka, akhirnya jelah bahwa Ibnu Taymiyyah memegang aqidah sunniyah salafiyah. Banyak diantara mereka menyadari akan kebenaran Ibnu Taymiyyah.</p> <p>Namun, upaya pendeskriditan terhadap pribadi Ibnu Taymiyyah terus berlangsung. Dalam sebuah pertemuan di Kairo beliau dituduh meresahkan masyarakat melalui pendapat-pendapatnya yang kontroversial. Sang qadhi yang telah terkena hasutan memutuskan Ibnu Taymiyyah bersalah. Beliau diputuskan tinggal dalam penjara selama satu tahun beberapa bulan.</p> <p>Dalam perjalanan hidupnya, ia tak hanya sekali merasakan kehidupan penjara. Tahun 726 H, berdasarkan fakta yang diputar balikkan, Sultan megeluarkan perintah penangkapannya. Mendengar ini ia berujar, “Saya menunggu hal itu. Disana ada masalah dan kebaikkan banyak sekali.”</p> <p>Kehidupan dalam penjara ia manfaatkan untuk membaca dan menulis. Tulisan-tulisannya tetap mengesankan kekuatan hujjah dan semangat serta pendapat beliau. Sikap itu malah mempersempit ruang gerak Ibnu Taymiyyah. Tanggal 9 Jumadil Akhir 728 H, semua buku, kertas, tinta dan pena-nya dirampas. Perampasan itu merupakan hantaman berat bagi Ibnu Taymiyyah. Setelah itu ia lebih banyak membaca ayat suci dan beribadah. Memperbanyak tahajjud hingga keyakinanya makin mantap.</p> <p>Setelah menderita sakit selama dua puluh hari, beliau menghadap Rabbnya sesuai dengan cita-citanya: mati membela kebenaran dalam penjara.<br />Hari itu, tanggal 20 Dzulqaidah 728 H pasar-pasar di Damaskus sepi-sepi. Kehidupan berhenti sejenak. Para Emir, pemimpin, ulama dan fuqaha, tentara, laki-laki dan perempuan, anak-anak kecil semuanya keluar rumah. Semua manusia turun kejalan mengantar jenazahnya.</p> </div>Irwanhttp://www.blogger.com/profile/03401834275701612256noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3983798022146536283.post-73665178382056972002009-04-17T19:54:00.000-07:002009-04-17T19:57:11.892-07:00Syeh siti Jenar<p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><strong><span style="font-size: 14pt; color: rgb(51, 102, 255); font-family: "";" lang="IN">Syeh Siti Jenar (Lemah Abang) dalam Mengenal Tuhan</span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN"><span> </span>Ajaran Siti Jenar memahami Tuhan sebagai ruh yang tertinggi, ruh maulana yang utama, yang mulia yang sakti, yang suci tanpa kekurangan. Itulah Hyang Widhi, ruh maulana yang tinggi dan suci menjelma menjadi diri manusia. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN"><span> </span>Hyang Widhi itu di mana-mana, tidak di langit, tidak di bumi, tidak di utara atau selatan. Manusia tidak akan menemukan biarpun keliling dunia. Ruh maulana ada dalam diri manusia karena ruh manusia sebagai penjelmaan ruh maulana, sebagaimana dirinya yang sama-sama menggunakan hidup ini dengan indera, jasad yang akan kembali pada asalnya, busuk, kotor, hancur, tanah. Jika manusia itu mati ruhnya kembali bersatu ke asalnya, yaitu ruh maulana yang bebas dari segala penderitaan. Lebih lanjut Siti Jenar mengungkapkan sifat-sifat hakikat ruh manusia adalah ruh diri manusia yang tidak berubah, tidak berawal, tidak berakhir, tidak bermula, ruh tidak lupa dan tidak tidur, yang tidak terikat dengan rangsangan indera yang meliputi jasad manusia. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN"><span> </span>Syeh Siti Jenar mengaku bahwa, “<em>aku adalah Allah, Allah adalah aku</em>”. <em>Lihatlah, Allah ada dalam diriku, aku ada dalam diri Allah</em>. <span> </span>Pengakuan Siti Jenar bukan bermaksud mengaku-aku dirinya sebagai Tuhan Allah Sang Pencipta ajali abadi, melainkan kesadarannya tetap teguh sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan. Siti Jenar merasa bahwa dirinya bersatu dengan “ruh” Tuhan. Memang ada persamaan antara ruh manusia dengan “ruh” Tuhan atau Zat. Keduanya bersatu di dalam diri manusia. Persatuan antara ruh Tuhan dengan ruh manusia terbatas pada persatuan manusia denganNya. Persatuannya merupakan persatuan Zat sifat, ruh bersatu dengan Zat sifat Tuhan dalam gelombang energi dan frekuensi yang sama. Inilah prinsip <strong><em>kemanunggalan</em></strong> dalam ajaran tentang <em>manunggaling kawula Gusti</em> atau <em>jumbuhing kawula Gusti</em>. Bersatunya dua menjadi satu, atau <em>dwi tunggal</em>. Diumpamakan <strong><em>wiji wonten salebeting wit</em></strong>.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><strong><span style="font-size: 14pt; color: rgb(51, 102, 255); font-family: "";" lang="IN">Pandangan Syeh Lemah Abang Tentang Manusia</span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN"><span> </span>Dalam memandang hakikat manusia Siti Jenar membedakan antara jiwa dan akal. <strong>Jiwa merupakan suara hati nurani manusia yang merupakan ungkapan dari zat Tuhan, maka hati nurani harus ditaati dan dituruti perintahnya</strong>. Jiwa merupakan kehendak Tuhan, juga merupakan penjelmaan dari Hyang Widdhi (Tuhan) di dalam jiwa, sehingga raga dianggap sebagai wajah Hyang Widdhi. Jiwa yang berasal dari Tuhan itu mempunyai sifat zat Tuhan yakni kekal, sesudah manusia raganya mati maka lepaslah jiwa dari belenggu raganya. Demikian pula akal merupakan kehendak, tetapi angan-angan dan ingatan yang kebenarannya tidak sepenuhnya dapat dipercaya, karena selalu berubah-ubah.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN"><span> </span>Menurut <em><span style="color: rgb(51, 102, 255);">sabdalangit</span></em>, perbedaan karakter jiwa dan akal yang bertolak belakang dalam pandangan Siti Jenar, disebabkan oleh adanya garis demarkasi yang menjadi pemisah antara sifat hakikat jiwa dan akal-budi. Jiwa terletak di luar nafsu, sementara akal-budi letaknya berada di dalam nafsu. Mengenai perbedaan jiwa dan akal, dalam wirayat Saloka Jati diungkapkan bahwa akal-budi umpama <em>kodhok kinemulan ing leng </em>atau<em> wit jroning wiji </em>(pohon ada di dalam biji). Sedangkan jiwa umpama <em>kodhok angemuli ing leng </em>atau<em> wiji jroning wit </em>(biji ada di dalam pohon). </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN"><span> </span>Bagi Syeh Siti Jenar, proses timbulnya pengetahuan datang secara bersamaan dengan munculnya kesadaran subyek terhadap obyek. Maka pengetahuan mengenai kebenaran Tuhan akan diperoleh seseorang bersama dengan penyadaran diri orang itu. Jika ingin mengetahui Tuhanmu, ketahuilah (terlebih dahulu) dirimu sendiri. Syeh Lemah bang percaya bahwa kebenaran yang diperoleh dari hal-hal di atas ilmu pengetahuan, mengenai wahyu dan Tuhan bersifat intuitif. Kemampuan intuitif ini ada bersamaan dengan munculnya kesadaran dalam diri seseorang. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><strong><span style="font-size: 14pt; color: rgb(51, 102, 255); font-family: "";" lang="IN">Pandangan Syeh Lemah Bang Tentang Kehidupan Dunia</span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN"><span> </span>Pandangan Syeh Jenar tentang dunia adalah bahwa hidup di dunia ini sesungguhnya adalah mati. Dikatakan demikian karena hidup di dunia ini ada surga dan neraka yang tidak bisa ditolak oleh manusia. Manusia yang mendapatkan surga mereka akan mendapatkan kebahagiaan, ketenangan, kesenangan. Sebaliknya rasa bingung, kalut, muak, risih, menderita itu termasuk neraka.<span> </span>Jika manusia hidup mulia, sehat, cukup pangan, sandang, papan maka ia dalam surga. Tetapi kesenangan atau surga di dunia ini bersifat sementara atau sekejap saja, karena betapapun juga manusia dan sarana kehidupannya pasti akan menemui kehancuran. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN"><span> </span>Syeh Jenar mengumpamakan bahwa manusia hidup ini sesungguhnya mayat yang gentayangan untuk mencari pangan pakaian dan papan serta mengejar kekayaan yang dapat menyenangkan jasmani. Manusia bergembira atas apa yang ia raih, yang memuaskan dan menyenangkan jiwanya, padahal ia tidak sadar bahwa semua kesenangan itu akan binasa. Namun begitu manusia suka sombong dan bangga atas kepemilikan kekayaan, tetapi tidak menyadari bahwa dirinya adalah bangkai. Manusia justru merasa dirinya mulia dan bahagia, karena manusia tidak menyadari bahwa harta bendanya merupakan penggoda manusia yang menyebabkan keterikatannya pada dunia. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN"><span> </span>Jika manusia tidak menyadari itu semua, hidup ini sesungguhnya derita. Pandangan seperti itu menjadikan<span> </span>sikap dan pandangan Siti Jenar menjadi ekstrim dalam memandang kehidupan dunia. Hidup di dunia ini adalah mati, tempat baik dan buruk, sakit dan sehat, mujur dan celaka, bahagia dan sempurna, surga dan neraka, semua bercampur aduk menjadi satu. <strong>Dengan adanya peraturan maka manusia menjadi terbebani sejak lahir hingga mati</strong>. Maka Syeh Siti Jenar sangat menekankan pada upaya manusia untuk hidup yang abadi agar tahan mengalami hidup di dunia ini. Siti Jenar kemudian mengajarkan bagaimana mencari <em>kamoksan</em> (<em>mukswa/mosca</em>) yakni mati sempurna beserta raganya lenyap masuk ke dalam ruh (<em>warongko manjing curigo</em>). Hidup ini mati, karena mati itu hidup yang sesungguhnya karena manusia bebas dari segala beban dan derita. Karena hidup sesudah kematian adalah hidup yang sejati, dan abadi.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><strong><span style="font-size: 14pt; color: rgb(51, 102, 255); font-family: "";" lang="IN">Syeh Siti Jenar Mengkritik Ulama dan Para Santrinya</span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN"><span> </span>Alasan yang mendasari mengapa Syeh Siti Jenar mengkritik habis-habisan para ulama dan santrinya karena dalam kacamata Syeh Siti, mereka hanya berkutat pada amalan syariat (<em>sembah raga</em>). Padahal masih banyak tugas manusia yang lebih utama harus dilakukan untuk mencapai tataran kemuliaan yang sejati. Dogma-dogma, dan ketakutan neraka serta bujuk rayu surga justru membelenggu raga, akal budi, dan jiwa manusia. Maka manusia menjadi terkungkung rutinitas lalu lupa akan tugas-tugas beratnya. Manusia demikian menjadi gagal dalam upaya menemukan Tuhannya. <span> </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><strong><span style="font-size: 14pt; color: rgb(51, 102, 255); font-family: "";" lang="IN">Kritik Syeh Lemah Bang Atas Konsep Surga-Neraka</span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN"><span> </span>Konsep surga-neraka dalam ajaran Siti Jenar berbeda sekali dengan apa yang diajarkan oleh para ulama. Menurut Syeh Siti Jenar, surga dan neraka adalah dalam hidup ini. Sementara para ulama mengajarkan surga dan neraka merupakan balasan yang diberikan kepada manusia atas amalnya yang bakal diterima kelak sesudah kematian (akherat).</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN"><span> </span>Menurut Syeh Siti, orang mukmin telah keliru karena mengerjakan shalat jungkir balik, mengharap-harap surga, sedang surga sesudah kematian itu tidak ada, shalat itu tidak perlu dan orang tidak perlu mengajak orang lain untuk shalat. Shalat minta apa, minta rizki ? Tuhan toh tidak memberi lantaran shalat. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN"><span> </span>Santri yang menjual ilmu dengan siapa pun mau menyembah Tuhan di masjid, di dalamnya terdapat Tuhan yang bohong. Para ulama telah menyesatkan manusia dengan menipu mereka jungkir balik lima kali, pagi, siang, sore, malam hanya untuk memohon-mohon imbalan surga kelak. Sehingga orang banyak tergiur oleh omongan palsunya, dan orang menjadi gelisah tak enak ketika terlambat mengerjakan shalat. Orang seperti itu sungguh bodoh dan tak tau diri, jikalau pun seseorang menyadari bahwa shalat itu dilakukan karena merupakan kebutuhan diri manusia sendiri untuk menyembah Tuhannya, manusia ternyata tidak menyadari keserakahannya; dengan minta-minta imbalan/hadiah surga. Orang-orang telah terbius oleh para ulama, sehingga mereka suka berzikir, dan disibukkan oleh kegiatan menghitung-hitung pahalanya tiap hari. Sebaliknya, lupa bahwa sejatinya kebaikan itu harus diimplementasikan kepada sesama (habluminannas). </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN"><span> </span>Lebih lanjut Syekh Siti Jenar menuduh para ulama dan murid mereka sebagai orang dungu dan dangkal ilmu, karena menafsirkan surga sebagai balasan yang nanti diterima di akhirat. Penafsiran demikian adalah penafsiran yang sangat sempit. Hidup para ulama adalah hidup asal hidup, tidak mengerti hakekat, tetapi jika disuruh mati mereka menolak mentah-mentah. Surga dan neraka letaknya pada manusia masing-masing. Orang bergelimang harta, hidupnya merasa selalu terancam oleh para pesaing bisnisnya, tidur tak nyeyak, makan tak enak, jalan pun gelisah, itulah neraka. Sebaliknya, seorang petani di lereng gunung terpencil, hasil bercocok tanam cukup untuk makan sekeluarga, menempati rumah kecil yang tenang, tiap sore dapat duduk bersantai di halaman rumah sambil memandang hamparan sawah hijau menghampar, hatinya sesejuk udaranya, tenang jiwanya, itulah surga. Kehidupan ini telah memberi manusia mana surga mana neraka. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN"><span> </span>Syeh Siti Jenar memandang alam semesta sebagai makrokosmos dan mikrokosmos (manusia) sekurangnya kedua hal ini merupakan barang baru ciptaan Tuhan yang sama-sama akan mengalami kerusakan, tidak kekal dan tidak abadi. Manusia terdiri<span> </span>atas jiwa dan raga yang intinya ialah jiwa sebagai penjelmaan zat Tuhan.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN"><span> </span>Sedangkan raga adalah bentuk luar dari jiwa yang dilengkapi pancaindera, sebagai organ tubuh seperti daging, otot, darah, dan tulang. Semua aspek keragaan atau ketubuhan adalah barang pinjaman yang suatu saat, setelah manusia terlepas dari kematian di dunia ini, akan kembali berubah asalnya yaitu unsur bumi (tanah). </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN">Syeh Lemah Bang, mengatakan bahwa;</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN"><span> </span>“<em>Bukan kehendak angan-angan, bukan ingatan, pikiran atau niat, hawa nafsu pun bukan, bukan pula kekosongan atau kehampaan. Penampilanku sebagai mayat baru, andai menjadi gusti jasadku dapat busuk bercampur debu, nafasku terhembus di segala penjuru dunia, tanah, api, air, kembali sebagai asalnya, yaitu kembali menjadi baru</em>. <em>Bumi langit dan sebagainya adalah kepunyaan seluruh manusia, manusialah yang memberi nama</em>”. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><strong><span style="font-size: 14pt; color: rgb(51, 102, 255); font-family: "";" lang="IN">Kesimpulan</span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN"><span> </span>Pandangan Syeh Lemah Bang; tentang terlepasnya manusia dari belenggu alam kematian yakni hidup di alam dunia ini, berawal dari konsepnya tentang <span> </span>ketuhanan, manusia dan alam. Manusia adalah jelmaan zat Tuhan. Hubungan jiwa dari Tuhan dan raga, berakhir sesudah<span> </span>manusia menemui ajal atau kematian duniawi. Sesudah itu manusia bisa manunggal dengan Tuhan dalam keabadian. Pada saat itu semua bentuk badan wadag (jasad) atau kebutuhan jasmanisah ditinggal karena jasad merupakan barang baru (hawadist) yang dikenai kerusakan dan semacam barang pinjaman yang harus dikembalikan kepada yang punya yaitu Tuhan sendiri. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN"><span> </span>Terlepas dari ajaran Siti Jenar yang sangat ekstrim memandang dunia sebagai bentuk penderitaan total yang harus segera ditinggalkan rupanya terinspirasi oleh ajaran seorang sufi dari Bagdad, Hussein Ibnu Al Hallaj, yang menolak segala kehidupan dunia. Hal ini berbeda dengan konsep Islam secara umum yang memadang hidup di dunia sebagai khalifah Tuhan. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><strong><span style="font-size: 14pt; color: rgb(51, 102, 255); font-family: "";" lang="IN">Pandangan Kejawen Tentang Kehidupan di Dunia</span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-indent: 36pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN">Pandangan Kejawen tentang makna hidup manusia <span> </span>dunia ditampilkan secara rinci, realistis, logis dan mengena di dalam hati nurani; bahwa hidup ini diumpamakan hanya sekedar <em>mampir ngombe</em>, mampir minum, hidup dalam waktu sekejab, dibanding kelak hidup di alam keabadian setelah raga ini mati. Tetapi tugas manusia sungguh berat, karena jasad adalah pinjaman Tuhan. Tuhan meminjamkan raga kepada ruh, tetapi ruh harus mempertanggungjawabkan “barang” pinjamannya itu. Pada awalnya Tuhan Yang Mahasuci meminjamkan jasad kepada ruh dalam keadaan suci, apabila waktu “kontrak” peminjaman sudah habis, maka ruh diminta tanggungjawabnya, ruh harus mengembalikan jasad pinjamannya dalam keadaan yang suci seperti semula. Ruh dengan jasadnya diijinkan Tuhan “turun” ke bumi, tetapi dibebani tugas yakni menjaga barang pinjaman tersebut agar dalam kondisi baik dan suci setelah kembali kepada pemiliknya, yakni <em>Gusti Ingkang Akaryo Jagad</em>. Ruh dan jasad menyatu dalam wujud yang dinamakan manusia. Tempat untuk mengekspresikan dan mengartikulasikan diri manusia adalah tempat pinjaman Tuhan juga yang dinamakan bumi berikut segala macam isinya; atau <em>mercapada</em>. Karena bumi bersifat “pinjaman” Tuhan, maka bumi juga bersifat tidak kekal. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-indent: 36pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN">Betapa Maha Pemurahnya Tuhan itu, bersedia meminjamkan jasad, berikut tempat tinggal dan segala isinya menjadi fasilitas manusia boleh digunakan secara gratis. Tuhan hanya menuntut tanggungjawab manusia saja, agar supaya menjaga semua barang pinjaman Tuhan tersebut, serta manusia diperbolehkan memanfaatkan semua fasilitas yang Tuhan sediakan dengan cara tidak merusak barang pinjaman dan semua fasilitasnya. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-indent: 36pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN">Itulah tanggungjawab manusia yang sesungguhnya hidup di dunia ini; yakni menjaga barang “titipan” atau “pinjaman”, serta boleh memanfaatkan semua fasilitas yang disediakan Tuhan untuk manusia dengan tanpa merusak, dan tentu saja menjaganya agar tetap utuh, tidak rusak, dan kembali seperti semula dalam keadaan suci. Itulah “perjanjian” gaib antara Tuhan dengan manusia makhlukNya. Untuk menjaga klausul perjanjian tetap dapat terlaksana, maka Tuhan membuat rumus atau “aturan-main“ yang harus dilaksanakan oleh pihak peminjam yakni manusia. Rumus Tuhan ini yang disebut pula sebagai kodrat Tuhan; berbentuk hukum sebab-akibat. Pengingkaran atas isi atau “klausul kontrak” tersebut berupa akibat sebagai konsekuensi logisnya. Misalnya; keburukan akan berbuah keburukan, kebaikan akan berbuah kebaikan pula. Barang siapa menanam, maka mengetam. Perbuatan suka memudahkan akan berbuah sering dimudahkan. Suka mempersulit akan berbuah sering dipersulit. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: center;" align="center"><strong><span style="font-size: 14pt; color: rgb(51, 102, 255); font-family: "";" lang="IN">Konsep Kejawen Tentang Pahala dan Dosa</span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: center;" align="center"><strong><span style="font-size: 14pt; color: rgb(51, 102, 255); font-family: "";" lang="IN">dan Pandangan Kejawen tentang Kebaikan-Keburukan</span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN"><span> </span>Ajaran Kejawen tidak pernah menganjurkan seseorang menghitung-hitung pahala dalam setiap beribadat. Bagi Kejawen, motifasi beribadat atau melakukan perbuatan baik kepada sesama bukan karena tergiur surga. Demikian pula dalam melaksanakan sembahyang <em>manembah</em> kepada Tuhan Yang Maha Suci bukan karena takut neraka dan tergiur iming-iming surga. Kejawen memiliki tingkat kesadaran bahwa kebaikan-kebaikan yang dilakukan seseorang kepada sesama bukan atas alasan ketakutan dan intimidasi dosa-neraka, melainkan kesadaran kosmik bahwa setiap perbuatan baik kepada sesama merupakan sikap adil dan baik pada diri sendiri. <strong>Kebaikan kita pada sesama adalah KEBUTUHAN diri kita sendiri. Kebaikan akan berbuah kebaikan. Karena setiap kebaikan yang kita lakukan pada sesama akan kembali untuk diri kita sendiri, bahkan satu kebaikan akan kembali pada diri kita secara berlipat. Demikian juga sebaliknya, setiap kejahatan akan berbuah kejahatan pula. Kita suka mempersulit orang lain, maka dalam urusan-urusan kita akan sering menemukan kesulitan. Kita gemar menolong dan membantu sesama, maka hidup kita akan selalu mendapatkan kemudahan.</strong></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-indent: 36pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN">Menurut pandangan Kejawen, <strong>kebiasaan mengharap dan menghitung pahala terhadap setiap perbuatan baik hanya akan membuat keikhlasan seseorang menjadi tidak sempurna. Kebiasaan itu juga mencerminkan sikap yang serakah, lancang, picik, dan tidak tahu diri.</strong> <strong>Karena menyembah Tuhan adalah kebutuhan manusia, bukan kebutuhan Tuhan</strong>. Mengapa seseorang masih juga mengharap-harap pahala dalam memenuhi kebutuhan pribadinya sendiri ? Dapat dibayangkan, jika kita menjadi mahasiswa maka butuh bimbingan dalam menyusun skripsi dari dosen pembimbing, maka betapa lancang, serakah, dan tak tahu diri jika kita masih berharap-harap supaya dosen pembimbing tersebut bersedia memberikan uang kepada kita sebagai upah. Dapat diumpamakan pula misalnya; kita mengharap-harapkan upah dari seseorang yang bersedia menolong kita..?</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-indent: 36pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN">Ajaran Kejawen memandang bahwa <strong>seseorang yang menyembah Tuhan dengan tanpa pengharapan akan mendapat pahala atau surga dan bukan atas alasan takut dosa atau neraka, adalah sebuah bentuk KEMULIAAN HIDUP YANG SEJATI</strong>. Sebaliknya, menyembah Tuhan, berangkat dari kesadaran bahwa manusia hidup di dunia ini selalu berhutang kenikmatan dan anugrah dari Tuhan. Dalam satu detik seseorang akan kesulitan mengucapkan satu kalimat sukur, padahal dalam sedetik itu manusia adanya telah berhutang puluhan atau bahkan ratusan kenikmatan dan anugerah Tuhan. Maka seseorang menjadi tidak etis, lancang dan tak tahu diri jika dalam bersembahyang pun manusia masih menjadikannya sebagai sarana memohon sesuatu kepada Tuhan. Tuhan tempat meminta, tetapi manusia lah yang tak tahu diri tiada habisnya meminta-minta. Dalam sikap demikian ketenangan dan kebahagiaan hidup yang sejati akan sangat sulit didapatkan.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-indent: 36pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN">Sembahyang tidak lain sebagai cara mengungkapkan rasa berterimakasihnya kepada Tuhan. Namun demikian <strong>ajaran Kejawen memandang bahwa rasa sukur kepada Tuhan melalui sembahyang atau ucapan saja tidak lah cukup, tetapi lebih utama harus diartikulasikan dan diimplementasikan ke dalam bentuk tindakan atau perbuatan baik kepada sesama dalam kehidupan sehari-harinya</strong>. Jika Tuhan memberikan kesehatan kepada seseorang, maka sebagai wujud rasa sukurnya orang itu harus membantu dan menolong orang lain yang sedang sakit atau menderita.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-indent: 36pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN">Itu lah pandangan yang menjadi dasar <em>Kejawen</em> bahwa <strong>menyembah Tuhan, dan berbuat baik pada sesama, bukanlah KEWAJIBAN (perintah) yang datang dari Tuhan</strong>, <strong>melainkan diri kita sendiri yang mewajibkan</strong>.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; font-family: "";" lang="IN"> </span></p>Irwanhttp://www.blogger.com/profile/03401834275701612256noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3983798022146536283.post-215653616299978332009-04-17T19:40:00.000-07:002009-04-17T19:42:47.793-07:00Anjing Menyingkap Pembunuh Majikannya<div id="container"> <div id="content"> <div id="post-193" class="post"> <h2 class="title">Anjing Menyingkap Pembunuh Majikannya</h2> <div style="color: rgb(0, 0, 153);" class="meta"> <p>Posted by admin On 5 April 2009 2 Commented</p> </div> <div class="entry"> <p style="color: rgb(0, 0, 153);">Mubasysyir ar-Rumy menceritakan bahwa dia pernah mendengar kisah mantan budaknya yang dikenal dengan Abu ‘Utsman, Zakaria al-Madany, sering disebut Ibn Fulanah. Ia seorang tajir yang mulia, banyak harta, terkenal murah hati, dapat dipercaya, orang yang memegang amanah dan juga suka meriwayatkan hadits.<br /><span id="more-193"></span><br />Di dekat rumahnya, di Baghdad ia bertetangga dengan seorang laki-laki dari kalangan orang-orang fanatik yang suka bermain dengan anjing.</p> <p style="color: rgb(0, 0, 153);">Suatu hari ia pergi sampai larut malam untuk suatu hajat, lalu diikuti anjing kesayangannya namun ia mengusirnya, tetapi anjingnya ini tidak mau pulang sehingga terpaksa ia biarkan ikut.</p> <p style="color: rgb(0, 0, 153);">Ia terus berjalan hingga berhenti di tempat ‘mangkal’ beberapa orang yang memendam rasa permusuhan terhadapnya. Mengetahui kehadirannya di situ apalagi dirinya tanpa bersenjata, maka mereka pun menangkapnya. Sementara anjingnya yang ikut membuntuti sang majikan melihat apa yang dilakukan mereka. Rupanya, mereka membawanya masuk ke rumah diikuti anjing dengan diam-diam. Di sana, mereka membunuh majikannya tersebut lalu menguburkannya di sebuah sumur di dalam rumah itu. Karena melihat ada anjing, mereka pun menggebuknya, untung saja anjing itu bisa lari sekali pun terluka. Anjing yang dalam keadaan terluka ini mendatangi rumah majikannya sembari menggonggong namun penghuni rumah tidak menghiraukannya.</p> <p style="color: rgb(0, 0, 153);">Sementara itu, sang ibu merasa kehilangan putranya karena seharian ini belum juga nongol. Namun akhirnya ia dapat mengetahuinya melalui kondisi anjingnya yang mengalami luka cukup parah. Ia berpikir bahwa ini pasti perbuatan orang yang membunuh putranya dan putranya tentu sudah dihabisi. Karena itu, ia pun mengadakan undangan makan dan mengusir anjingnya itu dari pintu.</p> <p style="color: rgb(0, 0, 153);">Akan tetapi, anjing itu tidak beranjak dari pintu itu dan tidak lari. Mereka biasanya dalam beberapa kesempatan selalu mencarinya.</p> <p style="color: rgb(0, 0, 153);">Suatu hari, beberapa orang yang membunuh majikan anjing itu lewat di depan pintu rumahnya sementara anjing saat itu sedang berbaring. Melihat wajah orang-orang tersebut, ia langsung mengenalnya. Seketika ia melukai betis salah seorang dari mereka, menggigit sembari menggelayut di tubuhnya.</p> <p style="color: rgb(0, 0, 153);">Orang-orang itu berusaha menyelamatkan teman mereka dari gigitan anjing namun tidak berhasil sehingga suasana pun jadi gaduh. Kemudian datanglah SATPAM rumah untuk melihat keadaan seraya berkata, “Anjing ini tidak akan bergelayutan pada orang ini kecuali karena ia punya kisah dengannya. Barangkali dia lah yang telah melukainya.”</p> <p style="color: rgb(0, 0, 153);">Tak berapa lama, keluarlah ibu majikan anjing tersebut dan ketika ia melihat wajah orang yang digigit itu sedang digelayuti anjing dan mendengar ucapan SATPAM, ia kemudian melihatnya secara teliti dan mengamatinya. Setelah itu, barulah ia teringat bahwa orang tersebut adalah salah seorang yang pernah bermusuhan dengan putranya dan selalu mencarinya. Bahkan terbetik dalam diri sang ibu bahwa dia lah yang telah membunuh putranya. Akhirnya, ia memastikan hal itu dan menuduh orang tersebut sebagai pelaku pembunuhan. Sang ibu ini lalu memperkarakan orang tersebut kepada pihak kepolisian yang kemudian menahannya setelah sebelumnya dipukul terlebih dahulu agar mau mengaku tetapi sayang ia tidak mau mengaku. Maka, anjing itu pun tetap berada di pintu sel setia menunggu orang tersebut.</p> <p style="color: rgb(0, 0, 153);">Setelah beberapa hari berlalu, orang itu pun dibebaskan. Ketika ia keluar, sang anjing kembali menggelayutinya seperti sebelum-sebelumnya, maka orang-orang pun merasa aneh dengan tingkah anjing tersebut.</p> <p style="color: rgb(0, 0, 153);">Menyikapi kejadian aneh itu, kepala kepolisian merencanakan sesuatu untuk menjebak para pembunuh majikan anjing itu. Ia secara rahasia berbisik kepada beberapa anak buahnya agar memisahkan anjing itu dari orang tersebut, lalu membuntuti kemana orang itu pergi untuk mengetahui kediamannya dan agar dapat terus memantaunya. Maka, perintah itu pun dipatuhi anak buahnya.</p> <p style="color: rgb(0, 0, 153);">Sementara anjing terus berjalan di belakang orang yang dituduh membunuh itu, diikuti anak buah kepala kepolisian yang juga membuntuti dari belakang hingga sampai ke kediaman para penjahat tersebut.</p> <p style="color: rgb(0, 0, 153);">Kemudian polisi yang dikirim atasannya itu mendobrak kediaman tersebut secara mendadak, namun tidak menemukan apa-apa. Lalu anjing yang turut masuk melolong dan mencari-cari letak sumur di mana majikannya dikubur dan dibuang.</p> <p style="color: rgb(0, 0, 153);">Sang polisi berkata, “Gali tempat yang telah digali anjing ini.!” Maka tempat itu pun digali dan ternyata mayat korban dapat ditemukan.</p> <p><span style="color: rgb(0, 0, 153);">Kemudian penjahat itu dibawa dan dipukuli. Setelah berkali-kali digebuki, barulah ia mengaku bahwa dirinya dan teman-temannya lah yang melakukan pembunuhan itu. akhirnya, ia pun dieksekusi mati sementara teman-temanya yang lain masih terus diburu karena berhasil melarikan diri.</span><br /><em><br /><span style="color: rgb(153, 51, 153);">(SUMBER: Nihaayah azh-Zhaalimiin karya Ibrahim bin ‘Abdullah al-Hazimy, Juz.IX, h.91-94, no.39 sebagai yang dinukilnya dari I’laam Ahl al-‘Ashr al-Ahbaab Bi Ahkaam al-Kilaab karyanya sendiri yang belum dicetak -barangkali sudah dicetak sekarang, red-) </span></em></p> </div></div></div></div>Irwanhttp://www.blogger.com/profile/03401834275701612256noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3983798022146536283.post-60394404170317925432009-04-17T19:25:00.001-07:002009-04-17T19:25:51.622-07:00Abah Anom Suryalaya<h2 class="title">Abah Anom Suryalaya</h2> <div class="meta"> <p>Posted by admin On 23 June 2007 55 Commented</p> </div> <div class="entry"> <p><strong>Pendiri Pesantren Inabah, Suryalaya</strong></p> <p>Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin adalah nama asli Abah Anom. Lahir 1 Januari 1915 di Suryalaya, Tasikmalaya. Ia anak kelima dari Syekh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad, atau Abah Sepuh, pendiri Pesantren Suryalaya. Sebuah pesantren tasawuf yang khusus mengajarkan Thariqat Qadiriyyah Naqsabandiyah (TQN).</p> <p><span id="more-123"></span></p> <p>Ia memasuki bangku sekolah dasar (Vervooleg school) di Ciamis, pada usia 8 tahun. Lima tahun kemudian melanjutkan ke madrasah tsanawiyah di kota yang sama. Usai tsanawiyah, barulah ia belajar ilmu agama Islam, secara lebih khusus di berbagai pesantren.</p> <p>Ia keluar masuk berbagai macam pesantren yang ada di sekitar Jawa Barat seperti, Pesantren Cicariang dan Pesantren Jambudwipa di Cianjur untuk ilmu-ilmu alat dan ushuluddin. Sedangkan di Pesantren Cireungas, ia juga belajar ilmu silat. Minatnya untuk belajar silat diperdalam ke Pesantren Citengah yang dipimpin oleh Haji Djunaedi yang terkenal ahli “alat”, jago silat dan ahli hikmat.</p> <p>Kegemarannya menuntut ilmu, menyebabkan Abah Anom menguasai berbagai macam ilmu keislaman pada usia relatif muda (18 tahun). Didukung dengan ketertarikannya pada dunia pesantren, telah mendorong ayahnya yang dedengkot Thoriqot Qadiriyah Naqsabandiyah (TQN) untuk mengajarinya dzikir TQN. Sehingga ia menjadi wakil talqin ayahnya pada usia relatif muda.</p> <p>Mungkin sejak itulah, ia lebih di kenal dengan sebutan Abah Anom. Ia resmi menjadi mursyid (pembimbing) TQN di Pesantren tasawuf itu sejak tahun 1950. Sebuah masa yang rawan dengan berbagai kekerasan bersenjata antar berbagai kelompok yang ada di masyarakat, terutama antara DI/TII melawan TNI.</p> <p>“Tasawuf tidak hanya produk asli Islam, tapi ia telah berhasil mengembalikan umat Islam kepada keaslian agamanya pada kurun-kurun tertentu,” tegas Abah Anom, tentang eksistensi tasawuf dalam ajaran Islam.</p> <p>Tasawuf yang dipahami Abah Anom, bukanlah kebanyakan tasawuf yang cenderung mengabaikan syari’ah karena mengutamakan dhauq (rasa). Menurutnya, sufi dan pengamal tarekat tidak boleh meninggalkan ilmu syari’ah atau ilmu fiqih. Bahkan, menurutnya lagi, ilmu syari’ah adalah jalan menuju ma’rifat.</p> <p>Ia, sebagaimana lazimnya sosok sufi, tak ingin terkenal. “Ia amat sulit untuk diwawancarai wartawan, karena beliau tak ingin dikenal orang,” ungkap Ustadz Wahfiudin, mubaligh Jakarta yang menjadi salah seorang muridnya.</p> <p>Kendati demikian, ia bukanlah sosok sufi yang lari ke hutan-hutan dan gunung-gunung, seperti legenda sufi yang sering mampir ke telinga kita. Yang hidup untuk dirinya sendiri, dan menuding masyarakat sebagai musuh yang menghalangi dirinya dari Allah swt. Ia akrab dengan berbagai medan kehidupan, mulai dari pertanian sampai pertempuran.</p> <p>Pada tahun 50-60-an kondisi perekonomian rakyat amat mengkhawatirkan. Abah Anom turun sebagai pelopor pemberdayaan ekonomi umat. Ia aktif membangun irigasi untuk mengatur pertanian, juga pembangunan kincir angin untuk pembangkit tenaga listrik.</p> <p>Bahkan Abah Anom membuat semacam program swasembada beras di kalangan masyarakat Jawa Barat untuk mengantisipasi krisis pangan. Aktivitas ini telah memaksa Menteri Kesejahteraan Rakyat Suprayogi dan Jendral A. H. Nasution untuk berkunjung dan meninjau aktifitas itu di Pesantren Suryalaya.</p> <p>Medan pertempuran bukanlah wilayah asing bagi Abah Anom. Pada masa-masa perang kemerdekaan, bersama Brig. Jend. Akil bahu-membahu memulihkan keamanan dan ketertiban di wilayahnya. Ketika pemberontakan PKI meletus (1965), ia bersama para santrinya melakukan perlawanan bersenjata.</p> <p>Bahkan tidak hanya sampai di situ, Abah Anom membuat program “rehabilitasi ruhani” bagi para mantan PKI. Tak heran, jika Abah mendapat berbagai penghargaan dari Jawatan Rohani Islam Kodam VI Siliwangi, Gubernur Jawa Barat dan instansi lainnya.</p> <p>Medan pendidikan juga tak luput dari ruang aktivitasnya. Mulai dari pendirian Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah ‘Aliyah pada tahun 1977, sampai pendirian Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah pada tahun 1986.</p> <p>Kiprahnya yang utuh di berbagai bidang kehidupan manusia, ternyata berawal dari pemahamannya tentang makna zuhud. Jika kebanyakan kaum sufi berpendapat zuhud adalah meninggalkan dunia, yang berdampak pada kemunduran umat Islam. Maka menurut pendapat Abah Anom,</p> <p>“Zuhud adalah qasr al-’amal artinya, pendek angan-angan, tidak banyak mengkhayal dan bersikap realistis. Jadi zuhud bukan berarti makan ala kadarnya dan berpakaian compang camping.”</p> <p>Abah merujuk pada surat An-Nur ayat 37 yaitu, “Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah dan dari mendirikan shalat, (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati menjadi guncang.”</p> <p>Jadi, menurut beliau seorang yang zuhud adalah orang yang mampu mengendalikan harta kekayaannya untuk menjadi pelayannya, sedangkan ia sendiri dapat berkhidmat kepada Allah swt semata. Atau seperti dikatakan Syekh Abdul Qadir Jailani,</p> <p>“Dudukkanlah dirimu bersama kehidupan duniawi, sedangkan kalbumu bersama kehidupan akhirat, dan rasamu bersama Rabbmu.”</p> <p>Inabah</p> <p>Mengentaskan manusia dari limbah kenistaan bukanlah perkara mudah. Abah Anom memiliki landasan teoritis yang kuat untuk merumuskan metode penyembuhan ruhani, semuanya ada dalam nama pesantren itu sendiri yaitu, Inabah.</p> <p>Abah Anom menjadikan Inabah tidak hanya sekedar nama bagi pesantrennya, tapi lebih dari itu, ia adalah landasan teoritis untuk membebaskan pasien dari gangguan kejiwaan karena ketergantungan terhadap obat-obat terlarang. Dalam kacamata tasawuf, ia adalah nama sebuah peringkat ruhani (maqam), yang harus dilalui seorang sufi dalam perjalanan ruhani menuju Allah swt.</p> <p>“..Salah satu hasil dari muraqabatullah adalah al-inabah yang maknanya kembali dari maksiat menuju kepada ketaatan kepada Allah swt karena merasa malu ‘melihat’ Allah,” jelas Abah yang merujuk pada kitab Taharat Al-Qulub.</p> <p>Dalam teori inabah, untuk menancapkan iman dalam qalbu, tak ada cara lain kecuali dengan dzikir laa ilaha ilallah, cara ini di kalangan TQN disebut talqin. Demikian juga dalam mesikapi mereka yang dirawat di pesantren Inabah. Mereka harus diberikan ‘pedang’ untuk menghalau musuh-musuh di dalam hati mereka, pedang itu adalah dzikrullah.</p> <p>Orang-orang yang dirawat di Inabah diperlakukan seperti orang yang terkena penyakit hati, yang terjebak dalam kesulitan, kebingungan dan kesedihan. Mereka telah dilalaikan dan disesatkan setan sehingga tak mampu lagi berdzikir pada-Nya. Ibarat orang yang tak memiliki senjata lagi menghadapi musuh-musuhnya. Walhasil, obat untuk mereka adalah dzikir.</p> <p>Shalat adalah salah satu bentuk dzikir. Menurut pandangan Abah Anom, para pasien itu belum dapat shalat karena masih dalam keadaan mabuk (sukara), karena itu langkah awalnya adalah menyadarkan mereka dari keadaan mabuk dengan mandi junub. Apalagi sifat pemabuk adalah ghadab (pemarah), yang merupakan perbuatan syaithan yang terbuat dari api. Obatnya tiada lain kecuali air.</p> <p>Jadi, selain dzikir dan shalat, untuk menyembuhkan para pasien itu digunakan metode wudlu dan mandi junub. Perpaduan kedua metode itu sampai kini tetap digunakan Abah Anom untuk mengobati para pasiennya dari yang paling ringan sampai yang paling berat, dan cukup berhasil. Buktinya, cabang Inabah tak hanya di Indonesia, di Singapura langsung berdiri sebuah cabang serta Malaysia dua buah cabang. Belum lagi tamu-tamu yang mengalir dari berbagai benua seperti Afrika, Eropa dan Amerika.</p> <p>dari Suara Hidayatullah, 1999<br />sumber: http://muslimdelft.nl/titian_ilmu/biografi/abah_anom_sufi_yang_tak_menyendiri.php</p> </div>Irwanhttp://www.blogger.com/profile/03401834275701612256noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3983798022146536283.post-2717807211477538742009-04-17T17:13:00.000-07:002009-04-17T19:53:13.405-07:00membangun Bumi Nusantara yang berbudi Pekerti Luhur<div class="snap_noengage snap_noshots" style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; position: absolute; visibility: hidden; top: 0px; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; left: 0px; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; z-index: 99999; width: 328px; height: 346px;" id="snap_com_shot_main"><img id="snap_com_shot_link_icon" class="snap_preview_icon" style="border: 0pt none ; margin: 0pt ! important; padding: 1px 0pt 0pt; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: static; left: auto; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/theme/silver/palette.gif); background-color: transparent; visibility: hidden; z-index: 99999; width: 14px; height: 12px; background-position: -1128px 0pt; background-repeat: no-repeat; text-decoration: none;" src="http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif" /> <div style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; overflow: hidden; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 0px; top: 0px; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; width: 50px; height: 50px;" id="snap_com_shot_bg_div_tl"><img style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: -50px; top: 0px; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999;" id="snap_com_shot_bg_img_tl" src="http://i.ixnp.com/images/v3.77/theme/silver/palette.png" /></div> <div style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; overflow: hidden; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: auto; top: 0px; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; right: 0px; width: 50px; height: 50px;" id="snap_com_shot_bg_div_tr"><img style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: -100px; top: 0px; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999;" id="snap_com_shot_bg_img_tr" src="http://i.ixnp.com/images/v3.77/theme/silver/palette.png" /></div> <div style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; overflow: hidden; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 0px; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; bottom: 1px; width: 50px; height: 50px;" id="snap_com_shot_bg_div_bl"><img style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: -150px; top: 0px; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999;" id="snap_com_shot_bg_img_bl" src="http://i.ixnp.com/images/v3.77/theme/silver/palette.png" /></div> <div style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; overflow: hidden; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: auto; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; right: 0px; bottom: 1px; width: 50px; height: 50px;" id="snap_com_shot_bg_div_br"><img style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 0px; top: 0px; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999;" id="snap_com_shot_bg_img_br" src="http://i.ixnp.com/images/v3.77/theme/silver/palette.png" /></div> <img style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 0px; top: 50px; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/theme/silver/bg/bg_lr.png); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; width: 100px; height: 246px; background-repeat: repeat;" id="snap_com_shot_bg_img_l" src="http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif" /> <img style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: auto; top: 50px; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/theme/silver/bg/bg_lr.png); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; right: 0px; width: 100px; height: 246px; background-repeat: repeat;" id="snap_com_shot_bg_img_r" src="http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif" /> <img style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 50px; top: 0px; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/theme/silver/bg/bg_tb.png); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; width: 228px; height: 100px; background-repeat: repeat;" id="snap_com_shot_bg_img_t" src="http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif" /> <img style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 50px; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/theme/silver/bg/bg_tb.png); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; bottom: 1px; width: 228px; height: 100px; background-repeat: repeat;" id="snap_com_shot_bg_img_b" src="http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif" /> <div id="snap_com_shot_bg_div_point" style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; overflow: hidden; z-index: 100000; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 7px; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; width: 28px; height: 29px; bottom: -21px; right: auto;"><img style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: -276px; top: 0px; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999;" id="snap_com_shot_bg_img_point" src="http://i.ixnp.com/images/v3.77/theme/silver/palette.png" /></div> <img style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; z-index: 100001; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 5px; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; width: 200px; height: 5px; right: auto; bottom: 3px;" id="snap_com_shot_pointer0" src="http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif" /> <img style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; z-index: 100001; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 5px; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; width: 164px; height: 5px; right: auto; bottom: -1px;" id="snap_com_shot_pointer1" src="http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif" /> <img style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; z-index: 100001; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 5px; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; width: 128px; height: 5px; right: auto; bottom: -6px;" id="snap_com_shot_pointer2" src="http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif" /> <img style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; z-index: 100001; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 5px; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; width: 92px; height: 5px; right: auto; bottom: -11px;" id="snap_com_shot_pointer3" src="http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif" /> <img style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; z-index: 100001; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 5px; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; width: 56px; height: 5px; right: auto; bottom: -16px;" id="snap_com_shot_pointer4" src="http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif" /> <img style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; z-index: 100001; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 5px; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; width: 20px; height: 5px; right: auto; bottom: -21px;" id="snap_com_shot_pointer5" src="http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif" /> <div style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 1px; top: 1px; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; width: 322px; height: 338px;" id="snap_com_shot_bubble"> <img style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 0px; top: 0px; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; width: 322px; height: 297px;" id="snap_com_shot_bubble_img" src="http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif" /> <div style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 0px; top: 0px; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; width: 322px; height: 338px; text-align: left;" id="snap_com_shot_body"> <table id="snap_com_shot_drag_overlay" title="drag to move" style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; display: none; z-index: 100008; cursor: move ! important; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 0px; top: 0px; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; width: 322px; height: 20px;"><tbody><tr><td style="border: 0pt none ; background-color: transparent;"> </td></tr></tbody></table> <div id="snap_com_shot_top_left_menu" style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; z-index: 100009; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 1px; top: 1px; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: hidden;"><img id="snap_com_shot_preview_toggle" src="http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif" style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; cursor: pointer ! important; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: static; left: auto; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/theme/silver/palette.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; background-position: -319px 0pt; background-repeat: no-repeat; width: 25px; height: 18px; display: inline;" /><img id="snap_com_shot_rss_toggle" src="http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif" style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; cursor: pointer ! important; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: static; left: auto; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/theme/silver/palette.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; background-position: -475px 0pt; background-repeat: no-repeat; width: 25px; height: 18px; display: inline;" align="top" /></div> <div id="snap_com_shot_top_right_menu" style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; z-index: 100009; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: auto; top: 1px; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; right: 1px;"><img id="snap_com_shot_share_button" src="http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif" style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; cursor: pointer ! important; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: static; left: auto; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/theme/silver/palette.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; background-position: -807px 0pt; background-repeat: no-repeat; width: 50px; height: 17px; display: none;" align="top" /><img title="Snap Shots Options" alt="Snap Shots Options" id="snap_com_shot_option_button" src="http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif" style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; cursor: pointer ! important; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: static; left: auto; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/theme/silver/palette.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; background-position: -421px 0pt; background-repeat: no-repeat; width: 27px; height: 18px; display: inline;" /><img title="Make this Shot larger" id="snap_com_shot_zoom_img" src="http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif" style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; cursor: pointer ! important; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: static; left: auto; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/theme/silver/palette.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; background-position: -523px 0pt; background-repeat: no-repeat; width: 23px; height: 18px; display: inline;" align="top" /><img id="snap_com_shot_pin_close_img" title="Close" src="http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif" style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; cursor: pointer ! important; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: static; left: auto; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/theme/silver/palette.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; background-position: -711px 0pt; background-repeat: no-repeat; width: 23px; height: 18px; display: none;" align="top" /></div> <div id="snap_com_shot_option_menu" style="border: 1px solid rgb(139, 138, 138); margin: 0pt; padding: 0pt; z-index: 100009; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: Trebuchet; float: none; position: absolute; left: auto; top: 18px; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: white; visibility: hidden; right: 20px; font-size: 10px; color: rgb(51, 51, 51);"> <div title="Snap Shots Options" id="snap_com_shot_option_a" style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt 5px; cursor: pointer ! important; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: static; left: auto; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; white-space: nowrap; height: 17px;">Options</div> <div id="snap_com_shot_disable_a" style="border-style: solid none none; border-color: rgb(192, 192, 192) -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-width: 1px 0pt 0pt; margin: 0pt; padding: 0pt 5px; cursor: pointer ! important; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: static; left: auto; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; white-space: nowrap; height: 17px;">Disable</div> </div> <div id="snap_com_shot_search" style="border: 0pt none ; margin: 0pt ! important; padding: 0pt ! important; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 1px; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: rgb(238, 238, 238); visibility: hidden; z-index: 99999; bottom: 31px; width: 320px; height: 78px;"> <div id="snap_com_shot_search_form" style="border: 0pt none ; margin: 0pt ! important; padding: 0pt ! important; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: static; left: auto; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999;" action="#" method="GET" charset="UTF8" target="_blank"> <input id="snap_com_shot_box" name="snap_com_shot_box_name" autocomplete="off" style="border: 1px solid rgb(153, 153, 153); margin: 0pt; padding: 5px 0pt 0pt 6px; visibility: inherit ! important; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 12px; top: 24px; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); z-index: 99999; width: 232px; height: 20px; font-size: 12px; color: rgb(51, 51, 51); direction: ltr; display: none;" type="text"> <button style="border: 0pt none ; margin: 0pt 0pt 0pt 5px; padding: 1px 2px 2px; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: auto; top: 23px; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/theme/silver/palette.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; right: 7px; background-position: -164px 0pt; background-repeat: no-repeat; width: 55px; height: 29px; cursor: pointer; font-size: 11px; color: rgb(68, 68, 68); text-align: center;" type="submit" name="snap_com_shot_submit" id="snap_com_shot_submit"></button> </div> </div> <div style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 10px; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: hidden; z-index: 99999; bottom: 8px; height: 15px; direction: ltr;" id="snap_com_shot_promo"><a href="https://account.snap.com/signup.php?source=sabdalangit.wordpress.com&campaign=viral-foot" title="Sign Up and add Free Snap Shots to your site in less than 5 min!" style="border-style: none none dotted; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color rgb(116, 114, 116); border-width: 0pt 0pt 1px; margin: 0pt; padding: 0pt; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: static; left: auto; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; font-size: 11px; color: rgb(51, 51, 51); text-decoration: none;" class="snap_nopreview" id="snap_com_shot_promo_a">Get Free Shots</a><img id="snap_com_shot_promo_icon" src="http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif" style="border-top: 0pt none; border-left: 0pt none; border-right: 0pt none; border-bottom: medium none ! important; margin: 0pt; padding: 0pt; cursor: pointer ! important; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: static; left: auto; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/theme/silver/palette.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; background-position: -1128px 0pt; background-repeat: no-repeat; width: 14px; height: 12px; display: inline;" /></div> <div style="border: 1px solid rgb(196, 196, 196); margin: 0pt; padding: 0pt; overflow: hidden; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 0px; top: 20px; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: rgb(255, 255, 255); visibility: inherit; z-index: 99999; width: 320px; height: 207px;" id="snap_com_shot_preview_div"> <div style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; white-space: nowrap ! important; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 6px; top: 5px; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999;" id="snap_com_shot_url_wrapper"><a style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: static; left: auto; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: white; visibility: inherit; z-index: 99999;" class="snap_nopreview" id="snap_com_shot_url_favicon" href="http://sabdalangit.wordpress.com/2008/12/06/#"><img style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: static; left: auto; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/theme/silver/palette.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; background-position: -889px 0pt; background-repeat: no-repeat; width: 16px; height: 16px; display: inline;" id="snap_com_shot_favicon" src="http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif" /></a> <a style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: bold; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: static; left: auto; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: white; visibility: inherit; z-index: 99999; font-size: 13px; text-decoration: underline; color: rgb(0, 0, 238); text-align: left;" class="snap_nopreview" id="snap_com_shot_url_a" href="http://sabdalangit.wordpress.com/2008/12/06/#"><span style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: bold;font-family:";font-size:13;color:#0000e0;" id="snap_com_shot_url" ></span></a> <a style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: static; left: auto; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: white; visibility: inherit; z-index: 99999;" class="snap_nopreview" id="snap_com_shot_url_arrow" href="http://sabdalangit.wordpress.com/2008/12/06/#"><img style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: static; left: auto; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/theme/silver/palette.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; background-position: -1165px 0pt; background-repeat: no-repeat; width: 7px; height: 7px; display: inline;" id="snap_com_shot_arrow" src="http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif" /></a></div> <a style="border: 1px solid rgb(153, 153, 153); margin: 0pt; padding: 0pt; overflow: hidden; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 23px; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: rgb(255, 255, 255); visibility: inherit; z-index: 99999; bottom: 12px; width: 270px; height: 161px;" class="snap_nopreview" id="snap_com_shot_img_a" href="http://sabdalangit.wordpress.com/2008/12/06/#"><img style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 0px; top: 0px; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999;" id="snap_com_shot_preview_img" src="http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif" /></a> <iframe style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 0px; top: 0px; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: rgb(255, 255, 255); visibility: inherit; z-index: 99999; width: 320px; height: 207px;" name="snap_com_shot_preview" id="snap_com_shot_preview" src="about:blank" scrolling="no" frameborder="no"></iframe><img style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 0px; top: 0px; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99989; display: none;" id="snap_com_shot_loading_img" src="http://i.ixnp.com/images/v3.77/size_305/loading.gif" /> </div> <img style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 9px; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; bottom: 6px;" id="snap_com_shot_cobrand_img" src="http://i.ixnp.com/images/v3.77/theme/silver//logo_wordpress.gif" /> <table id="snap_com_shot_flash_overlay" title="Click to play" style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; display: none; z-index: 100010; cursor: pointer ! important; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 0px; top: 50px; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; width: 322px; height: 180px;"><tbody><tr><td> </td></tr></tbody></table> </div><div style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 0px; top: 0px; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; width: 322px;" id="snap_com_shot_options"> <iframe style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 0px; top: 20px; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: rgb(255, 255, 255); visibility: inherit; z-index: 99999; width: 321px; height: 207px;" id="snap_com_shot_option_iframe" src="about:blank" scrolling="no" width="265" frameborder="0" height="190"></iframe> <div style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: auto; top: 1px; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; right: 1px;" id="snap_com_shot_option_menu_bar"><img style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: static; left: auto; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/theme/silver/palette.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; background-position: -394px 0pt; background-repeat: no-repeat; width: 27px; height: 18px; display: inline;" class="snap_nopreview" id="snap_com_shot_option_button_disabled" src="http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif" /><img title="Close" alt="Close" class="snap_nopreview" id="snap_com_shot_option_close_a" src="http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif" style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; cursor: pointer ! important; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: static; left: auto; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/theme/silver/palette.gif); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; background-position: -711px 0pt; background-repeat: no-repeat; width: 23px; height: 18px; font-size: 10px; color: rgb(133, 122, 122); text-decoration: none;" /></div> <input id="snap_com_shot_option_cancel" style="border: 1px solid rgb(153, 153, 153); margin: 0pt; padding: 0pt; background: transparent url(http://i.ixnp.com/images/btn-bkgd.gif) repeat scroll 0% 0%; visibility: inherit; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: auto; top: 201px; line-height: normal; z-index: 99999; right: 54px; width: 50px; height: 21px; font-size: 11px; color: rgb(51, 51, 51); -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; display: none;" name="snap_com_shot_option_cancel_name" value="Cancel" title="Close" type="button"> </div> <a style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: static; left: auto; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: hidden; z-index: 99999;" class="snap_nopreview" id="snap_com_shot_ribbon_a" href="http://www.snap.com/snapshots.php?source=sabdalangit.wordpress.com&campaign=charity-ribbon#shares"><img title="Portions of Snap Shares Ad Impressions on this site are donated to Charity" alt="Snap Shares for charity" style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: auto; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: hidden; z-index: 99999; right: 98px; bottom: 5px; width: 17px; height: 20px;" id="snap_com_shot_ribbon" src="http://i.ixnp.com/images/v3.77/ribbon.png" /></a> <img style="border: 0pt none ; margin: 0pt; padding: 0pt; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: static; left: auto; top: auto; line-height: normal; background-image: url(http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif); background-color: transparent; visibility: hidden; z-index: 99999;" id="snap_com_shot_lg" src="http://i.ixnp.com/images/v3.77/t.gif" /> </div> </div> <div id="page"> <div id="header" onclick="location.href='http://sabdalangit.wordpress.com';" style="cursor: pointer;"> <h1><a href="http://sabdalangit.wordpress.com/">sabdalangit’s Web: Membangun Bumi Nusantara yang Berbudi Pekerti Luhur</a></h1> <div class="description">JALAN SETAPAK MENGGAPAI SPIRITUALITAS SEJATI</div> </div> <div id="content" class="narrowcolumn"> <h2 class="pagetitle">Arsip untuk Desember 6, 2008</h2> <div class="navigation"> </div> <div class="post hentry category-titik-awal-manunggaling-kawula-gusti tag-gusti tag-jumbuhing-kawula-gusti tag-kawula tag-kawula-gusti tag-loroning-atunggil tag-manunggaling tag-meretas-jalan tag-panunggalan"> <h2 id="post-243"><a href="http://sabdalangit.wordpress.com/2008/12/06/meretas-jalan-menuju-manunggaling-kawula-gusti/" rel="bookmark" title="Permanent link to MERETAS JALAN MENUJU MANUNGGALING KAWULA GUSTI">MERETAS JALAN MENUJU MANUNGGALING KAWULA GUSTI</a></h2> <small>Dikirim <a href="http://id.wordpress.com/tag/titik-awal-manunggaling-kawula-gusti/" title="Lihat seluruh tulisan dalam TITIK AWAL MANUNGGALING KAWULA GUSTI" rel="category tag">TITIK AWAL MANUNGGALING KAWULA GUSTI</a> dengan kaitan (tags) <a href="http://id.wordpress.com/tag/gusti/" rel="tag">Gusti</a>, <a href="http://id.wordpress.com/tag/jumbuhing-kawula-gusti/" rel="tag">Jumbuhing Kawula Gusti</a>, <a href="http://id.wordpress.com/tag/kawula/" rel="tag">kawula</a>, <a href="http://id.wordpress.com/tag/kawula-gusti/" rel="tag">Kawula- Gusti</a>, <a href="http://id.wordpress.com/tag/loroning-atunggil/" rel="tag">Loroning Atunggil</a>, <a href="http://id.wordpress.com/tag/manunggaling/" rel="tag">Manunggaling</a>, <a href="http://id.wordpress.com/tag/meretas-jalan/" rel="tag">Meretas Jalan</a>, <a href="http://id.wordpress.com/tag/panunggalan/" rel="tag">Panunggalan</a> pada Desember 6, 2008 oleh sabdalangit</small> <div class="entry"> <div class="snap_preview"><p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: center;" align="center"><strong><span style="color: rgb(0, 204, 255);font-family:";" lang="IN"><span style="font-size:small;">POTRET NEGERI YANG KAYA ILMU SPIRITUAL</span></span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: center;" align="center"><strong><span style="color: rgb(0, 204, 255);font-family:";" lang="IN"><span style="font-size:small;">TETAPI MISKIN PENCAPAIAN SPIRITUAL</span></span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style=";font-family:";" lang="IN"><span style="font-size:small;"> </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style=";font-family:";" lang="IN"><span style="font-size:small;">Kita sadar dan percaya, bahwa di bumi nusantara ini sangat kaya akan ilmu spiritual, tetapi ironisnya, banyak yang gagal dalam PENCAPAIAN spiritualitas. Orang bersemangat untuk memeluk agama, tetapi gagal dalam “menjadi’ agama itu.</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style=";font-family:";" lang="IN"><span style="font-size:small;"> </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style=";font-family:";" lang="IN"><span style="font-size:small;">Wajah negeri yg dahulu dicap sebagai negeri multi agama, multi etnis, multi kultur tetapi solid bersatu di atas slogan Bhineka Tunggal Ika karena rakyatnya memiliki watak toleransi. Negeri yang subur makmur gemah ripah loh jinawi. Lautan diumpamakan kolam susu, dan dikiaskan bahwa tongkat kayu pun dapat tumbuh karena saking suburnya tanah daratan. Hawanya sejuk, banyak hujan, kaya akan hutan belantara sebagai paru-paru dunia. Hampir tak ada bencana alam; tanah longsor, banjir, gempa bumi, angin lesus, kebakaran, kekeringan. </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style=";font-family:";" lang="IN"><span style="font-size:small;"> </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style=";font-family:";" lang="IN"><span style="font-size:small;">Tetapi realitasnya di masa kini sangat kontradiktif, justru kita semua sering menyaksikan di media masa maupun realitas obyektif sosial-politik sehari-hari. Negeri ini telah berubah karakter menjadi<span> </span>negeri yang berwajah beringas, angker, berapi-api, anti toleran, waton gasak, nafsu menghancurkan dan bunuh, “semangat” menebar kebencian di mana-mana. Sangat disayangkan justru dilakukan oleh para sosok figur yang menyandang nama sebagai panutan masyarakat, pembela agama, dan juru dakwah yang memiliki banyak pengikut. Ini sungguh berbahaya, dapat membawa negeri ini ke ambang kehancuran fatal.<span> </span>Alam pun turut bergolak seolah tidak terima diinjak-injak penghuninya yang hilang sifat manusianya. Sehingga bencana dan musibah datang silih berganti, tiada henti, bertubi-tubi membuat miris penghuni negeri ini.</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style=";font-family:";" lang="IN"><span style="font-size:small;"> </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style=";font-family:";" lang="IN"><span style="font-size:small;">Lantas di mana wajah negeri impian yg tentram, damai, subur, sejuk, makmur ? apakah ini sudah benar-benar hukuman atau <em>bebendu</em> dari Gusti Allah, sebagaimana sudah diperingatkan oleh para leluhur kita yg bijaksana dan waskita sejak masa silam ? masihkah kita akan mengingkari nasehat tersebut, dengan mengatasnamakan “kebenaran” maka serta merta menganggapnya sebagai “ramalan” yang tidak boleh dipercaya, karena dekat dengan syirik dan musyrik. Sikap seperti itu hanya menjauhkan kita dari watak arif dan bijaksana.</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style=";font-family:";" lang="IN"><span style="font-size:small;"> </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style=";font-family:";" lang="IN"><span style="font-size:small;">Musibah, bencana, wabah, dan seterusnya, tengah melanda negeri ini. Sudah selayaknya kita sadari semua ini sebagai hukuman, atau <em>bebendu</em> dari Tuhan. Anggapan demikian justru akan menambah kewaspadaan kita, dapat menjadi sarana instropeksi diri, dan otokritik yang bijak. Agar kita lebih pandai mensyukuri nikmat dan anugrah Tuhan. Sebaliknya anggapan bahwa ini semua sebagai COBAAN bagi keimanan kita merupakan pendapat yang terlalu NAIF, innocent. Kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan menjadi <em>ndableg,</em> lancang, kurang waspada lan <em>eling</em>. Sejak kapan kita bisa mengukur keimanan kita ? parameter apa yg dipakai ? seberapa persen keimanan kita hanya dapat diukur dgn “perspektif” yg hanya Tuhan miliki. Kita menjadi sok tahu, teralu percaya diri dengan tingkat keimanan kita. Begitulah awalnya manusia menjadi <em>keblinger</em>. Selalu ingin mencari menangnya sendiri, mencari benernya sendiri, mencari butuhnya sendiri. Manusia seperti itu tidak menyadari sesungguhnya dirinya menyembah HAWA NAFSU. Itulah makna apa yang disebut PENYEKUTUAN TUHAN, yakni nuruti RAHSANING KAREP (nafsu). Merasa sudah tinggi ilmunya, padahal ilmunya tidak mumpuni. Ilmu Tuhan bukankah ibarat air laut yang mengisi seluruh samudra di jagad raya ini. Sedangkan ilmu manusia hanya setetes air laut. Dari setetes air laut itu, sudah seberapa persenkah yang kita miliki ?</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style=";font-family:";" lang="IN"><span style="font-size:small;"> </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: center;" align="center"><strong><span style="color: rgb(0, 204, 255);font-family:";" lang="IN"><span style="font-size:small;">MEMBUKA PINTU HATI, MENUJU <em>MANUNGGALING KAWULA GUSTI</em></span></span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style=";font-family:";" lang="IN"><span style="font-size:small;"> </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style=";font-family:";" lang="IN"><span style="font-size:small;">Salah satu cirikhas orang-orang yg sudah mampu memahami hakekat “<em>manunggaling kawula-Gusti</em>“<span> </span>adalah ; “<em>DUWE RASA, ORA DUWE RASA DUWE</em>” (tidak punya rasa punya). Tumbuhnya rasa demikian itu menjadi pembuka jalan untuk menggapai tataran kemanunggalan (<em>manunggaling kawula-Gusti</em>), harus di awali dgn <em>nuruti</em> atau mengikuti <em>KAREPING RAHSA</em>. karena <em>rahsa </em>atau <em>rasa</em> atau <em>sir</em> merupakan pancaran dari “kehendak” Tuhan (<em>sirullah</em>). </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style=";font-family:";" lang="IN"><span style="font-size:small;"> </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0pt; text-align: justify;"><span style=";font-family:";" lang="IN"><span style="font-size:small;">Di manakah sinyal rasa itu berada ? Bagi yg masih ‘awam’ cermatilah suara hati nurani anda ! Hati nurani itu tidak dibelenggu nafsu, ia merupakan pancaran kehendak Tuhan atau sirullah. Sirullah diumpamakan rasa manis dengan “gulanya”. Atau bayangan rembulan dengan rembulannya. Rembulan itu satu, tetapi bayangannya ada dalam ratusan, ribuan atau jutaan ember berisi air. Begitulah personifikasi akan hakikat antara makhluk dengan Sang Pencipta. Di dalam RAHSA terdapat Zat dan energi Tuhan. Buanglah <em>setan</em> (nafsu) dari dalam hati, maka akan “tampak” sejatinya “wujud” Tuhan. Keberhasilan menyirnakan <em>setan</em> (nafsu) memudahkan kita <em>LEBUR DENING PANGASTUTI</em>, menyatu dengan hakikat energi Tuhan. Dalam peleburan itu, nurani akan mentransformasi sifat hakikat Tuhan. Terbukalah pintu hakekat “penyatuan”<span> </span>atau “panunggalan”, sebagai wujud dari makna “<em>dwi tunggal</em>” (<em>loro-loroning atunggil</em>).<br /></span></span></p></div></div></div></div><div id="sidebar"><ul><li id="search" class="widget widget_search"><form method="get" id="searchform" action="/index.php"><div> <input id="searchsubmit" value="Cari" type="submit"> </div> </form> </li></ul></div></div><img id="wpstats2" src="http://stats.wordpress.com/g.gif?v=wpcom2&rand=0.5418532297097571&crypt=RDZ8LFkxbXF1L3N2fFt3L1ttUE8sTVQsaDVzJUtRLz1HdXphSktUNj13PURPLnkuYXBxSWRDfj0tYkpUOE5nZDcwdFomY2JxajBOc10sOCtVTmdGTW8sbTFlOWFiU1tubyVTfnJpcT16a3w3UiVmP05uR1hxTURPTElSWisvLlpZL18uP0MlaWEwUSZ1ZUM2XWl2N1VVVy4uWi5IOGpJUDN0dGtCfD1KbG9ndXp+RSwrZXRsfko3X0V0d2lCfk9KeDBBdy4%3D" alt="" style="display: none;" />Irwanhttp://www.blogger.com/profile/03401834275701612256noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3983798022146536283.post-71260760830278368782009-04-10T18:20:00.000-07:002009-04-10T18:58:27.386-07:00Pidato Syekh Nazim Adil al-Haqqoni di Pesantren Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah “Suryalaya pada tanggal 05 Mei 2001″<div style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 153);"><span style="font-size:180%;">Pidato Syekh Nazim Adil al-Haqqoni di Pesantren Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah “Suryalaya pada tanggal 05 Mei 2001″</span> </div><p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center">Mursyid Kammil Mukammil Thoriqoh Naqsyabandi Al-Haqqani, As-Sayyid Al-‘Alamah Al-‘Arif billah Syekh Mohammad Nazim Adil al-Haqqani dan kholifahnya Syekh Hisyam Al-Kabbani berkunjung ke Mursyid Kammil Mukammil As-Sayyid Al-‘Alamah Al-‘Arif billah Syekh Ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin (Abah Anom ) sebagai Mursyid Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah yang berada di Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya, Jawa Barat Indonesia.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 3.6pt; text-align: center;" align="center"><strong><span style="color:red;">Pidato Syekh Nazim Adil al-Haqqoni di Pesantren Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah </span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 3.6pt; text-align: center;" align="center"><strong><span style="color:red;">“Suryalaya pada tanggal 05 Mei 2001″</span></strong></p><p class="MsoNormal" style="margin-right: 3.6pt; text-align: center;" align="center"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizTMaBpDBNxExdBi8UISY7Wff75zcRoKouy-tMlIjbl3NcoAQvmHMzMfC5l8S0BK4K54QAXKA7PWNox9adieB2bS-55Al28gMJCkRmQnawiQej_IxDCu9svxQZAVRrNQMFIWSf2WObH49Z/s1600-h/kunjungan-syekh-nazim-ke-suryalaya.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 150px; height: 113px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizTMaBpDBNxExdBi8UISY7Wff75zcRoKouy-tMlIjbl3NcoAQvmHMzMfC5l8S0BK4K54QAXKA7PWNox9adieB2bS-55Al28gMJCkRmQnawiQej_IxDCu9svxQZAVRrNQMFIWSf2WObH49Z/s320/kunjungan-syekh-nazim-ke-suryalaya.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5323244935841163058" border="0" /></a></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 3.6pt; text-align: center;" align="center"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 3.6pt; text-align: center;" align="center"><b><span style="color:red;"><!--[if gte vml 1]><v:shapetype id="_x0000_t75" coordsize="21600,21600" spt="75" preferrelative="t" path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe" filled="f" stroked="f"> <v:stroke joinstyle="miter"> <v:formulas> <v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0"> <v:f eqn="sum @0 1 0"> <v:f eqn="sum 0 0 @1"> <v:f eqn="prod @2 1 2"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @0 0 1"> <v:f eqn="prod @6 1 2"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="sum @8 21600 0"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @10 21600 0"> </v:formulas> <v:path extrusionok="f" gradientshapeok="t" connecttype="rect"> <o:lock ext="edit" aspectratio="t"> </v:shapetype><v:shape id="_x0000_i1025" type="#_x0000_t75" alt="kunjungan-syekh-nazim-ke-suryalaya" style="'width:129pt;height:84.75pt'"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\IRVANO~1\LOCALS~1\Temp\msohtml1\01\clip_image001.jpg" href="http://daikembar.files.wordpress.com/2009/01/kunjungan-syekh-nazim-ke-suryalaya.jpg?w=172&h=113"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/IRVANO%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image002.jpg" alt="kunjungan-syekh-nazim-ke-suryalaya" shapes="_x0000_i1025" height="113" width="172" /><!--[endif]--></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 3.6pt; text-align: justify;"><em><span style="color:maroon;">“</span></em><strong><i><span style="color:maroon;">Banyak para alim ulama dan para cendikiawan muslim memberikan pengetahuan agama kepada umat, pengetahuan itu bagaikan lilin-lilin, apalah artinya lilin-lilin yang banyak meskipun lilin-lilin itu sebesar pohon kelapa kalau lilin-lilin itu tidak bercahaya. Dan cahaya itu salah satunya berada dalam kalbunya beliau ( Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin).</span></i></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 3.6pt; text-align: center;" align="center"><strong><span style="color:red;">Pidato Syekh Nazim Adil al-Haqqoni di Pesantren Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah </span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 3.6pt; text-align: center;" align="center"><strong><span style="color:red;">“Suryalaya pada tanggal 05 Mei 2001″</span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 3.6pt; text-align: center;" align="center"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 3.6pt; text-align: center;" align="center"><b><span style="color:red;"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1027" type="#_x0000_t75" alt="kunjungan-syekh-nazim-ke-suryalaya" style="'width:129pt;height:84.75pt'"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\IRVANO~1\LOCALS~1\Temp\msohtml1\01\clip_image001.jpg" href="http://daikembar.files.wordpress.com/2009/01/kunjungan-syekh-nazim-ke-suryalaya.jpg?w=172&h=113"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/IRVANO%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image002.jpg" alt="kunjungan-syekh-nazim-ke-suryalaya" shapes="_x0000_i1027" height="113" width="172" /><!--[endif]--></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 3.6pt; text-align: justify;"><em><span style="color:maroon;">“</span></em><strong><i><span style="color:maroon;">Banyak para alim ulama dan para cendikiawan muslim memberikan pengetahuan agama kepada umat, pengetahuan itu bagaikan lilin-lilin, apalah artinya lilin-lilin yang banyak meskipun lilin-lilin itu sebesar pohon kelapa kalau lilin-lilin itu tidak bercahaya. Dan cahaya itu salah satunya berada dalam kalbunya beliau ( Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin).</span></i></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 3.6pt; text-align: justify;"><em><b><span style="color:blue;">Saya tidak tahu apakah Nur Illahi yang dibawanya akan putus sampai pada beliau saja, atau masih akan berlanjut pada orang lain. Tapi saya yakin dan berharap, sesudah beliau nanti masih akan ada orang lain yang menjadi pembawa Nur Illahi itu.Siapakah orangnya, saya tidak tahu.</span></b></em></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 3.6pt; text-align: justify;"><em><b><span style="color:red;">Maka Anda sekalian para hadirin, ambillah Nur Illahi itu dari beliau saat ini. Mumpung beliau masih ada, mumpung beliau masih hadir di tengah kita, sulutkan Nur Illahi dari kalbu beliau kepada kalbu anda masing-masing. Sekali lagi, dapatkanlah Nur Ilahi dari orang-orang seperti Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul ‘Arifin.</span></b></em></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 3.6pt; text-align: justify;"><em><b><span style="color:blue;">Dari kalbu beliau terpancar pesan-pesan kepada kalbu saya. Saya berbicara dan menyampaikan semua pesan ini bukan dari isi kalbu saya sendiri. Saya mengambilnya dari kalbu beliau. Di hadapan beliau saya terlalu malu untuk tidak mengambil apa yang ada pada kalbu beliau. Saya malu untuk berbicara hanya dengan apa yang ada pada kalbu saya sendiri.”</span></b></em></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 3.6pt; text-align: justify;"><strong><span style="color:maroon;">Pidato</span></strong><em><b><span style="color:maroon;"> </span></b></em><strong><span style="color:maroon;">Syekh Nazim diatas juga pernah dimuat di Majalah Sufi “Lilin-lilin tapi tidak bercahaya”</span></strong></p><p class="MsoNormal" style="margin-right: 3.6pt; text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWG1A0KzcdaJLPzGIIJ5hD1t8EL8AV9Q3-RDWdL5_6bGmpyktphjchlWylTZ7ySEQc-ISC4k5OYhncYvJl75Os5JF8kKxboUYuRqJ7Yw-4SEM8YZsAaKfNSFB0HiE3JgE2fjM2JCYlkTVn/s1600-h/syekh-nazim-salaman-dengan-abah-anom1.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 270px; height: 300px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWG1A0KzcdaJLPzGIIJ5hD1t8EL8AV9Q3-RDWdL5_6bGmpyktphjchlWylTZ7ySEQc-ISC4k5OYhncYvJl75Os5JF8kKxboUYuRqJ7Yw-4SEM8YZsAaKfNSFB0HiE3JgE2fjM2JCYlkTVn/s320/syekh-nazim-salaman-dengan-abah-anom1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5323243625923182930" border="0" /></a></p> <div style="text-align: center;"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1026" type="#_x0000_t75" alt="syekh-nazim-salaman-dengan-abah-anom1" style="'width:202.5pt;height:225pt'"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\IRVANO~1\LOCALS~1\Temp\msohtml1\01\clip_image003.jpg" href="http://daikembar.files.wordpress.com/2009/01/syekh-nazim-salaman-dengan-abah-anom1.jpg?w=270&h=300"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/IRVANO%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image003.jpg" alt="syekh-nazim-salaman-dengan-abah-anom1" shapes="_x0000_i1026" height="300" width="270" /></div><p class="MsoNormal" style="margin-right: 3.6pt; text-align: justify;"><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 3.6pt; text-align: justify;"><strong><i><span style="color:blue;">Syekh Nazim adil al-Haqqani berpamitan kepada Syeikh Ahmad Shohibulwafa Tajul ‘Arifin (Abah Anom) untuk kembali ke <st1:city st="on"><st1:place st="on">Jakarta</st1:place></st1:city></span></i></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 3.6pt; text-align: center;" align="center"><strong><span style="color:maroon;">Dan dibawah ini pidato yang diterjemahkan oleh KH.Wahfiudin yang telah mendampingi Syekh Nazim Haqqoni dan Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin ( Abah Anom ) disuryalaya.</span></strong></p> <p style="text-align: center;" align="center"><strong><span style="color:maroon;">Diterjemahkan Oleh KH.Wahfiudin, M.B.A </span></strong></p> <p style="text-align: center;" align="center"><strong><span style="color:maroon;">(Wakil Talqin Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin r.a)</span></strong></p> <p style="text-align: center;" align="center"><strong><span style="color:maroon;">dan</span></strong></p> <p style="text-align: center;" align="center"><strong><span style="color:maroon;">(salah satu Muballigh di Tv-Tv Swasta)</span></strong></p> <p style="text-align: justify;"><span style="color:maroon;">1. Hamdalah, sholawat, do’a untuk seluruh yang hadir, maupun muslimin/muslimat seluruhnya.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="color:maroon;">2. Kalau saya berbicara dalam bahasa Inggris tentu hanya sedikit orang yang faham, maka saya membutuhkan perterjemah. Sebenarnya saya ingin berbicara panjang lebar, tetapi orang-orang yang hadir sudah letih menunggu dan punya kepentingan-kepentingan yang lain. Maka saya akan berbicara kurang lebih setangah jam saja.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="color:maroon;">3. Kita saat ini hidup di zaman sulit dan serba kekurangan. Kekurangan orang-orang yang kuat, kekurangan orang-orang yang memiliki iman, kekurangan orang yang memiliki cahaya (nur) ilahi. Padahal tanpa nur Ilahi, segala kepandaian yang dimiliki manusia menjadi tidak ada apa-apanya.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="color:maroon;">4. Banyak ‘ulama dan cendikiawan di berbagai madrasah dan mejelis ilmu mengajarkan macam-macam ilmu pengetahuan. Tapi ilmu pengetahuan itu hanya ibarat lilin-lilin kecil saja dan menjadi tak berguna tanpa adanya api yang membawa cahaya. Meskipun orang membuat lilin-lilin sebesar pohon-pohon kelapa, apa artinya lilin-lilin itu kalau tidak dapat menerangi. Maka selain mencari lilinya, cari pula apinya yang menimbulkan cahaya.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="color:maroon;">5. Allah adalah cahaya langit dan bumi. Cahaya Allah disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. lalu meneruskannya kepada para Sahabatnya dan para sahabatnya meneruskannya lagi kepada generasi-generasi sholih berikutnya. Dari mereka cahaya itu terus tersalurkan kepada orang-orang yang “siap” dan “mau” menerimanya. Itulah para mursyid thoriqoh. <st1:city st="on"><st1:place st="on">Ada</st1:place></st1:city> 41 thariqoh di dunia, 40 diantaranya memperoleh Nur Ilahi melalui Sayyidina Ali bin Abi Tholib KW. Hanya satu yang memperoleh Nur Ilahi melalui Sayyidina Abu Bakar as-Shadiq, itulah thariqah Naqsyabandiyyah.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color:maroon;">6. Sekarang, tidak banyak lagi orang-orang yang membawa obor Nur Ilahi itu. Di Indonesia yang penduduknya banyak inipun, orang pembawa obor Nur Ilahi tidak lebih dari sepuluh jari tangan jumlahnya. salah satunya adalah Beliau yang ada disebelah saya, Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul ‘Arifin.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="color:maroon;">7. Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul ‘Arifin ini sudah berusia lanjut, dan sudah agak lemah keadaan fisiknya. Saya tidak tahu apakah Nur Illahi yang dibawanya akan putus sampai pada beliau saja, atau masih akan berlanjut pada orang lain. Tapi saya yakin dan berharap, sesudah beliau nanti masih akan ada orang lain yang menjadi pembawa Nur Illahi itu. Siapakah orangnya, saya tidak tahu.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="color:maroon;">8. Maka Anda sekalian para hadirin, ambillah Nur Illahi itu dari beliau saat ini. Mumpung beliau masih ada, mumpung beliau masih hadir di tengah kita, sulutkan Nur Illahi dari kalbu beliau kepada kalbu anda masing-masing.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="color:maroon;">9. Orang yang hidup di dunia tanpa Nur Illahi adalah orang yang buta. Dan (Syekh Nazim mengutip al-Qur’an), “Barang siapa yang didunia ini buta, maka di akhiratnya pun akan buta”. Sekali lagi, dapatkanlah Nur Ilahi dari orang-orang seperti Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul ‘Arifin.</span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="color:maroon;">10. Beliau (Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul ‘Arifin) nampaknya saja tertunduk dan tidur. Sebetulnya beliau tidak tidur. Dari kalbu beliau terpancar pesan-pesan kepada kalbu saya. Saya berbicara dan menyampaikan semua pesan ini bukan dari isi kalbu saya sendiri. Saya mengambilnya dari kalbu beliau. Di hadapan beliau saya terlalu malu untuk tidak mengambil apa yang ada pada kalbu beliau. Saya malu untuk berbicara hanya dengan apa yang ada pada kalbu saya sendiri.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color:maroon;">11. Demikianlah apa yang saya perlu saya sampaikan kepada anda semua. (Lalu Syekh Nazim menutup pembicaraannya dengan tahlil, sholawat dan do’a). Saya tuliskan point-point ceramah Syekh Nazim ini berdasarkan sisa ingatan saya ketika mendengar dan menterjemahkan pidato beliau empat hari setelah kejadian, sepulang saya dari <st1:place st="on"><st1:city st="on">Medan</st1:city></st1:place>. Tentu saja ada banyak kekeliruan ataupun kekurangannya. Saya mohon maaf, dan kepada Allah Swt., saya bersimpuh memohon ampun. Jakarta09 Mei 2001**</span></p> <p class="MsoNormal"><o:p>Dikutip dari <span style="font-style: italic; font-weight: bold;">http://daikembar.wordpress.com</span><br /></o:p></p>Irwanhttp://www.blogger.com/profile/03401834275701612256noreply@blogger.com0