Sabtu, 18 April 2009

Cara Mengagungkan Guru yang Betul

Posted by: Sirna Warna on: August 22, 2008

Kita datang ke Pondok Pesantren Suryalaya tidak diundang dan tidak ada promosi untuk datang ke sini, justru kita datang ke Pondok Pesantren Suryalaya karena merasa perlu untuk mengobati penyakit hati. Kalau kita lapar tentu harus makan, kalau sakit pasti pergi ke dokter untuk berobat, apalagi kalau hatinya sakit harus diobati. Orang bisa kenyang perutnya, tetapi ruhnya tetap lapar. Apa buktinya ? Dia mampu memikul sampai 50 Kg. tetapi diperintahkan shalat tidak kuat. Oleh karena itu ruh kita pun harus diberi makan agar tidak lapar. Apa makanannya ? Dzikir lisan adalah makanan ruh, kalau makan harus membuka mulut, maka ruh pun kalau ingin diberi makan harus dibuka yaitu dengan Talqin Dzikir. Talqin itu pembuka agar masuk kedalam ruh. Kita jangan mengotori dan mengkebiri kebesaran Pondok Pesantren Suryalaya.

Justru mengapa Pondok Pesantren Suryalaya dikunjungi oleh berbagai lapisan masyarakat dikarenakan Komplit. Seperti Pangersa Abah dulu beliau pernah menuntut ilmu di Pesantren Gentur. Tidak mungkinorang yang tidak berilmu mampu mengarang sebuah kitab Miftahus Shudur, apa itu bukan ilmu ladunni ? Yang dimaksud Ilmu Ladunni itu adalah bagi orang yang pernah belajar puluhan tahun secara lengkap lalu dia ikhlas mengamalkan semata-mata ingin meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah. Setelah itu Allah memberi imbalan sebagai ilmu tambahan disebabkan keikhlasannya. Ini bukan berarti tidak pernah belajar, sehingga ketika ingin ceramah tidak pernah membuat persiapan, biar menunggu “ilham” dari Abah.

Oleh karena itu Ilmu Fiqh, Ilmu Tauhid dan Ilmu Tasawuf dipelajari di Pondok Pesantren Suryalaya jangan sampai ada Ikhwan yang ketiduran ketika akan melaksanakan sholat tidak berwudhu lagi, karena secara biologis kalau orang tidur itu, bagian belakangnya terbuka, sehingga membatalkan wudhunya. Begitu juga Sifat 20 yang menjadi inti Sifat-sifat Allah perlu dipelajari, karena tidak akan ada tharekat kalau tidak ada Tauhid. Tharekat itu gabungan dari Tauhid, Fiqh, dan Tasawuf. Ibarat sambal terdiri dari garam. Terasi, cabe dan gula. Tidak dikatakan sambal jika tidak diaduk dan dicampur.

Begitu juga dalam pentalqinan dan manakiban perlu dipisahkan memakai pembatas antara lelaki dan perempuan agar tidak menjadi fitnah. Ini sesuai dengan wasiat Syeikh Abdul Qodir Jailani agar menjaga batas-batas syara. Kita jangan memberatkan kepada guru. Misalnya bahwa Tuan Syeikh akan berjaga-jaga dipintu neraka Jahannam, sehingga kalau ada muridnya dimasukan ke Neraka Beliau mengambilnya. Beliau berjaga itu hanya bagi muridnya saja. Siapa muridnya ? adalah mereka yang melaksanakan TANBIH (ulah aya carekeun Agama jeung Nagara / Jangan sampai melanggar perintah Agama dan Negara).

Termasuk Mesjid Nurul Asror ini sudah dibentuk sedemikian rupa sesuai dengan aturan fiqh (agar sah dipakai berjamaah oleh seluruh orang yang shalat), karena Pangersa Abahpun adalah seorang faqih (Ahli fiqh). Kalau Tuan Syeikh Abdul Qodir seorang pengamal Tasawuf Junaed al-Bagdadi yang mencapai derajat tinggi, maka dalam fiqhnya Beliau mengikuti Imam Hambali. Jadi jangan sampai mengagungkan diluar batas, karena Nabi sekalipun ada batasnya yaitu jangan dijadikan Tuhan. Begitu juga Pangersa Abah mengamalkan Ilmu Fiqh Imam Syafi’i dalam Tharekatnya adalah Tharekat Tuan Syeikh Abdul Qodir Jaelani dan Naqsyabandi dan Tasawufnya adalah mengikuti Junaedi al-Baghdadi. Bagaimana Tauhidnya ? Pondok Pesantren Suryalaya mengikuti Imam Asy’ari dan Imam Ma’turidi. Maka Pondok Pesantren Suryalaya disebut Ahlu Sunnah wal Jama’ah. Sehingga di Pondok Pesantren Suryalaya dipelajari kitab Tijan, Fathul Majid, Kifayatul Awam, Ummul Barohim, Usulul Hamidiyah, Tanwirul Qulub. Dalam fiqh minimal Safinah dan Taqrib. Jadi silahkan agungkan Pangersa Abah seagung-agungnya, akan tetapi perlu diperhatikan batas-batas tertentu yang justru nantinya mengecilkan Pangersa. Seperti cara salam kepada Beliau Pangersa Aang KH. Abdul Gaos SM. : Assalamu’alaika Yaa Malika Zaman, wa Ya Imamal Makan, wa Ya Warisal kitab,wa Yaa Naiba Rosulillah, wa yaa man minassamai wal ardhi a’idatuhi, ya man ahlu waqtihi kulluhum ‘ailatuhu,, wa ya man yanzilul ghoisa bida’watihi, wa yadhirruddor’u bibarokatihi warohmatullohi wabarokatuhu. Karena beliau pantas dan layak menyandang sebutan demikian

Tags:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar